Kegiatan Budidaya Ikan dalam Usaha Ekonomi Produktif

74 oleh semua warga binaan terutama Gepeng yang mampu, dengan memanfaatkan lahan kosong seluas 1.000 m 2 melalui belajar sendiri secara otodidak dan pelatihan. Kegiatan yang dilakukan adalah perikanan, pertanian, dan warung. Kegiatan dalam Usaha Ekonomi Produktif ini bertujuan untuk melatih kemandirian warga binaan supaya mereka dapat mandiri dan mampu bekerja, sehingga mampu mencukupi kebutuhannya dan tidak kembali lagi ke jalanan.

a. Kegiatan Budidaya Ikan dalam Usaha Ekonomi Produktif

Kegiatan budidaya ikan dalam Usaha Ekonomi Produktif di Lembaga Sosial Hafara berlangsung sejak tahun 2011. Kegiatan perikanan ini merupakan program yang berasal dari pemerintah. Hal ini dinyatakan oleh “Ds”, selaku pengurus lembaga sebagai berikut. “Berlanjut tahun 2011 itu ada program dari pemerintah lagi untuk budi daya ikan. Nah, dari tahun 2011 sampai sekarang kita fokuskan ke budi daya ikan. Karena kan hasilnya lumayan karena kan kalo usaha lele itu tinggal nunggu tiga 3 bulan itu kita udah panen.” Kegiatan budi daya ikan tersebut berkembang hingga tahun 2015 dan diuraikan sebagai berikut. 1 Bentuk Budidaya Ikan Budidaya ikan merupakan salah satu kegiatan dalam program Usaha Ekonomi Produktif UEP. Ikan yang dibudidayakan di Lembaga Sosial Hafara ada dua macam, yaitu ikan nila dan ikan lele. Saat ini lembaga hanya fokus membudidayakan ikan lele karena budidaya ikan nila tidak berkembang dengan baik. Hal ini dinyatakan oleh ”Ds” selaku pengurus lembaga 75 yaitu,“Lele. Dulu pernah nila sih mbak, tapi ga tahu kenapa gagal karena ga bisa besar-besar jadi ya segitu-gitu aja”. Pernyataan tersebut serupa dengan pernyataan ”Yn” selaku warga binaan yang mengelola kegiatan Usaha Ekonomi Produktif bahwa: ”Sekitar 25 an kolam untuk lele sama nila. 7 kolam lele, 3 kolam nila. Kalau nila itu tidak besar-besar, jadi ya hanya di kolam itu, yang dijual hanya lele.” Kedua pernyataan di atas juga diperkuat dengan pernyataan ”Ch” selaku pimpinan lembaga sebagai berikut. “Perikanan ada lele dan nila. Ya itu hasil ikannya di jual. Ikan lele ya dijual di pasar, ada pengepul yang datang ke sini, kalau nilanya tidak karena ga berkembang, ga besar.” Berdasarkan pernyataan-pernyataan dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan perikanan dalam program Usaha Ekonomi Produktif UEP adalah budidaya ikan lele dan nila, akan tetapi budidaya ikan yang sekarang berkembang dan diperjualbelikan adalah ikan lele saja, hal ini sebabkan karena ikan nila tidak tumbuh dengan baik. 2 Pengelolaan Budidaya Ikan Pengelolaan ikan lele maupun nila dilakukan oleh semua warga binaan yang mampu mengerjakan. Kegiatan pengelolaan ikan adalah penebaran benih dan menyiapkan air kolam. Air kolam untuk budidaya ikan telah diberi probiotik air yang dibuat sendiri oleh warga binaan. Probiotik air ini berfungsi untuk menjernihkan air kolam. Selain probiotik air, warga binaan 76 juga memberikan probiotik pakan. Kegiatan selanjutnya adalah pegurasan kolam yang dilakukan seminggu sekali. Kegiatan pegelolaan ikan lainnya adalah pemberian makan ikan. Warga binaan memberi makan ikan dengan LP pelet tiga kali sehari. Hal tersebut dinyatakan oleh ”Yn” selaku warga binaan yang mengelola dan bertanggungjawab dalam pengelolaan UEP. “Temen-temen ikut juga, menebar benih. Kalau ikan itu biasanya kan dari air. Kita ada air, ada probiotik air, probiotik pakan. Kalau bikin sendiri itu susu sachet, ada ager-ager, itu sama tetes tebu. Ya buat probiotik air, dikasih ke benih lele kalo airnya sudah butek sedikit ya dikasih itu. Ikan diberi makan 3 kali sehari, makannya LP. Lha nggih pellet niku. Merek LP.” Pernyataan di atas diperkuat dengan pernyataan ”Ch” selaku pimpinan lembaga sebagai berikut. ”Melibatkan semua warga kecuali yang ga bisa jalan.... Karena perikanan ini sudah modern. Kalau tradisional kan ada air, ada pengairan. Kolamnya kita itu ada bagaimana oksigen, diberi oksigen kolamnya, kolamnya dikasih tutup. Ada yang ngurus, sudah ada jadwalnya. Ya, dari awal ada beli benih, nyiapin kolam, nguras kolam, kasih makan ikan juga. Ikan itu 3 kali sehari makan, seminggu sekali menguras.” Hasil observasi dan dokumentasi menunjukkan jadwal yang dimaksud dalam pernyataan “Ch” adalah jadwal pemberian makan ikan. Pemberian makan ikan dilakukan setiap pukul 06.00, 12.00, dan 16.00 WIB. Pengelolaan budidaya ikan di Lembaga Sosial Hafara juga didukung dengan peralatan dan perlengkapan yang lengkap. Hal ini sesuai dengan pernyataan “Ch” selaku pimpinan lembaga sebagai berikut. 77 ”Peralatan Insya Allah, ada semua. Kolam ada 10 kolam yang digunakan. Karena perikanan ini sudah modern. Kalau tradisional kan ada air, ada pengairan. Kolamnya kita itu ada bagaimana oksigen, diberi oksigen kolamnya, kolamnya dikasih tutup.” Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil pengumpulan data yang menghasilkan daftar alat dan perlengkapan perikanan sebagai berikut. Tabel 1. Daftar Alat dan Perlengkapan Perikanan No Nama Alat Kondisi Jumlah 1 Ember Baik 4 2 Ember grading Baik 2 3 Jerigen pengangkut benih Baik 2 4 Seser halus dan kasar Baik 4 5 Selang air Baik 2 6 Jaring Baik 1 7 Timbangan Baik 1 8 Drum pengangkut hasil panen Baik 1 9 Mesin Pompa Celup Baik 3 sumber: Dokumen Lembaga Sosial Hafara 2015 Berdasarkan hasil pengumpulan data tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelolaan ikan di Lembaga Sosial Hafara sudah dilengkapi oleh peralatan dan perlengkapan yang memadai. Kegiatan pemeliharaan ikan sehari-hari yang dilakukan warga binaan dimulai dengan penebaran benih, kemudian berlanjut pada persiapan probiotik, pengurasan kolam, dan pemberian makanan. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh semua warga binaan yang mampu secara terjadwal. 78 3 Hasil Produksi dan Tindak Lanjut Budidaya Ikan Budidaya ikan yang berhasil dibudidayakan oleh lembaga adalah ikan lele. Ikan lele siap panen yang telah dibudidayakan oleh Lembaga Sosial Hafara saat ini mencapai 5.000-an ekor. Ikan lele tersebut dijual kepada pengepul. Ikan lele yang diperjualkan dibagi menjadi dua macam yaitu, ikan lele untuk konsumsi dan ikan lele untuk pemancingan. Harga penjualan kedua macam ikan lele tersebut berbeda. Harga ikan lele konsumsi lebih mahal daripada ikan lele untuk pemancingan. Harga untuk ikan lele konsumsi mencapai Rp17.000,00 per kilogram kg, sedangkan untuk lele pemancingan mencapai Rp14.000,00 -an per kilogram kg. Hal ini dinyatakan oleh ”Ds” selaku pengurus lembaga. ”Kalau ikan ya pasti untung sih mbak, ikannya di jual ada pengepul yang datang ke sini juga. Satu kali panen bisa 150 lebih sih mbak, 150 kg. Per kilonya Rp 14.500,00 tapi itu sih tergantung kan ada lele konsumsi, ada lele yang untuk pemancingan itu beda harganya.” Pernyataan tersebut juga serupa dengan pernyataan ”Yn” yaitu: “Di jual kalau lele itu. Kalau lele itu harganya biasanya naik turun mbak. Kalau musim kaya’ gini sulit, itu biasanya mahal sih harganya. Kalau biasanya mau mendekati puasa itu biasanya mahal, kalau di sini sekitar 20 ribuan eh Rp 17.000,00-an.” Kedua pernyataan tersebut juga diperkuat dengan pernyataan ”Ch” selaku ketua lembaga sebagai berikut. ”Kalau saat ini ada sekitar 5000-an tapi nanti kalau setelah musimnya udah musim penghujan nanti kita mulai beli bibit baru. Siap panen 5000. Kalau harga yang dijual untuk konsumsi dan pemancingan beda. 79 Pemancingan itu harganya di bawah konsumsi. Kalau saat ini harga konsumsi itu Rp 17.000,00, untuk pemancingan Rp 14.000,00.” Berdasarkan hasil wawawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil budi daya lele diperjualkan kepada pengepul, yaitu pedagang ikan dengan harga yang berbeda, hal ini disesuaikan dengan jenis ikan lele. Ikan lele konsumsi harganya lebih mahal dibandingkan dengan lele untuk pemancingan.

b. Kegiatan Pertanian dalam Usaha Ekonomi Produktif