Pelaksanaan Program Usaha Ekonomi Produktif UEP di Lembaga

99 1 Usaha preventif Usaha ini meliputi; penyuluhan, bimbingan, latihan, pemberian bantuan, pengawasan, dan pembinaan lanjutan. 2 Usaha represif Usaha ini dilakukan untuk menghilangkan pergelandangan dan pengemisan serta mencegah perluasannya di masyarakat. Usaha ini meliputi; razia, penampungan sementara untuk diseleksi dan pelimpahan. 3 Usaha rehabilitatif Usaha ini bertujuan agar gelandangan dan pengemis memiliki kembali kemampuan untuk hidup secara layak sesuai harkat dan martabat manusia. Usaha ini meliputi; penyantunan, pemberian latihan dan pendidikan, pemulihan kemampuan dan penyaluran kembali ke masyarakat, pengawasan, dan pembinaan lanjutan. Salah satu program pemberdayaan yang dilaksanakan di Lembaga Sosial Hafara bagi warga binaan eks Gepengnya yaitu melalui program Usaha Ekonomi Produktif UEP.

2. Pelaksanaan Program Usaha Ekonomi Produktif UEP di Lembaga

Sosial Hafara Berdasarkan konsep ekonomi dan produktifitas, Usaha Ekonomi Produktif UEP adalah suatu aktivitas ekonomi yang dilakukan dengan penuh keyakinan dan secara terus menerus melalui berbagai cara untuk meningkatkan pemanfaatan nilai-nilai dari faktor-faktor produksi sumber daya produktif secara efektif dan efisien sehingga dapat menghasilkan 100 barang dan atau jasa yang dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup. Program Usaha Ekonomi Produktif UEP yang dilakukan oleh Lembaga Sosial Hafara bertujuan untuk memberikan pekerjaan kepada warga binaannya khususnya Gepeng supaya mereka dapat mandiri dan tidak kembali ke jalanan. Pogram ini juga merupakan suatu usaha rehabilitatif bagi Gepeng dewasa melalui kegiatan pemberdayaan. Pemberdayaan menurut Korten dalam Soetomo 2010: 404 adalah kemampuan untuk mengubah kondisi masa depan dengan menggunakan tindakan dan pengambilan keputusan dimana dalam proses pembangunan dapat diartikan sebagai penguasaan atau kontrol terhadap sumber daya, pengelolaannya, hasil, dan manfaat yang diperoleh. Inti dari pemberdayaan itu menurut Winarni dalam Sulistiyani 2004: 79 adalah pengembangan enabling, memperkuat potensi atau daya empowering, dan terciptanya kemandirian. Oleh sebab itu, program ini tidak lepas dari proses pemberdayaan. Menurut Sulistyani 2004: 77 proses pemberdayaan adalah tahapan yang dilakukan untuk mengubah individu atau kelompok yang kurang atau belum berdaya, yaitu lemah dalam knowledge, attitude, practice KAP agar dapat berdaya yaitu menguasai ilmu pengetahuan, sikap-perilaku sadar, dan kecakapan-ketrampilan yang baik. Proses pemberdayaan dalam program Usaha Ekonomi Produktif UEP ini adalah pemberian pengetahuan, pelatihan dan pembinaan yang memanfaatkan faktor-faktor produksi. Kegiatan dalam program Usaha Ekonomi Produktif UEP berupa kegiatan di bidang perikanan, pertanian, 101 dan usaha warung. Menurut Michael Parkin 2008: 3-4 faktor produksi dibagi menjadi 4 kategori yaitu: land sumber daya alam, labor sumber daya manusia, capital modal dan entrepreneurship kewirausahaan. Faktor-faktor produksi tersebut berperan penting dalam pelaksanaan program Usaha Ekonomi Produtif UEP sebagai berikut. a. Land atau sumber daya alam SDA yang digunakan dalam kegiatan- kegiatan Usaha Ekonomi Produktif UEP yaitu tanah seluas ± 1.000 m 2 untuk dikelola menjadi lahan pertanian, tempat pembangunan kolam ikan, dan usaha warung. Selain tanah, pemeliharaan ikan dan perawatan tanaman juga membutuhkan air. Air digunakan untuk mengisi kolam dan menyiram tanaman. b. Labor atau sumber daya manusia. Sumber daya manusia SDM yang terlibat dalam kegiatan Usaha Ekonomi Produktif UEP adalah warga binaan yang mampu terutama Gepeng yang dibantu oleh pengurus atau pengelola lembaga lainnya. Pada awalnya, Gepeng yang mengelola kegiatan ini mempunyai kualitas yang belum baik. Gelandangan eks psikotik merupakan sumber daya manusia yang kualitasnya kurang baik karena secara mental dan psikologis belum sepenuhnya sembuh. Sedangkan Gepeng lainnya yang secara mental ‘sehat’ belum memiliki pengetahuan dan ketrampilan mengenai kegiatan Program Usaha Ekonomi Produktif UEP itu sendiri. Meskipun demikian, seiring dengan proses belajar yang terus berjalan terjadi peningkatan kualitas warga binaan khususnya eks Gepeng melalui belajar sendiri sendiri secara otodidak dan 102 mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh perorangan maupun instansi seperti; pemerintah dan sekolahkampus. Kini, Gepeng mampu mengelola kegiatan Usaha Ekonomi Produktif UEP secara mandiri. c. Capital atau modal yang dimiliki oleh lembaga dalam pelaksanaaan kegiatan Usaha Ekonomi Produkif UEP bukan hanya uang, tetapi juga berupa peralatam, perlengkapan, dan sarana prasarana gedung, bangunan. Modal keuangan dalam pelaksanaan kegiatan Usaha Ekonomi Produktif UEP ini berasal dari dana pribadi, pemerintah, dan masyarakat. Peralatan dan perlengkapan untuk menunjang kegiatan perikanan dan pertanian cukup lengkap, sedangkan usaha warung juga telah memiliki bangunan sendiri. d. Enterpreneurship atau kewirausahaan. Lembaga melakukan pengorganisasian terhadap ketiga faktor produksi di atas, yaitu; sumber daya alam, sumber daya manusia, dan modal hingga menghasilkan produksi ikan yaitu ikan lele, sayuran, buah-buahan, dan tanaman obat tradisional, serta hasil usaha toko. Hasil produksi yang diperoleh ini kemudian diperjualbelikan. Hasil penjualan digunakan untuk operasional produksi. Sedangkan keuntungan yang diperoleh dibagi dengan warga binaan eks Gepeng dan untuk simpanan kas lembaga sendiri dan tabungan eks Gepeng. 103 Pelaksanaan pemberdayaan Gepeng melalui Usaha Ekonomi Produktif UEP di Lembaga Sosial Hafara dapat digambarkan dengan siklus analisa pemberdayaan sebagai berikut. Gambar 3. Siklus Analisa Pemberdayaan di Lembaga Sosial Hafara Pada siklus pemberdayaan yang terjadi di Lembaga Sosial Hafara, dimulai dari adanya kemauan untuk berubah kearah yang lebih baik memperbaiki diri yang dilakukan oleh Gepeng. Salah satu faktor penyebab timbulnya kemauan tersebut adalah karena pengalaman penindasan yang telah dialami, seperti: pengucilan oleh masyarakat dan tindakan yang tidak 104 dimanusiakan oleh oknum tertentu. Paulo Freire 2008: 17-27 menyatakan bahwa pendidikan merupakan jalur pembebasan, akan tetapi tahap pertama yang harus dilalui adalah kesadaraan orang-orang terhadap penindasan yang mereka rasakan, kemudian melalui praxis mengubah keadaan mereka yang pada tahap kedua nanti berkembang menjadi sebuah proses permanen yaitu aksi budaya pembebasan. Gepeng yang berada di jalanan maupun eks Gepeng yang berada di Lembaga Sosial Hafara merupakan salah satu kaum tertindas yang harus sadar akan penindasan yang mereka alami agar mampu terlepas dari penindasan itu sendiri. Hal ini dipertegas oleh Paulo Freire yang menyatakan bahwa: “Only power that spirings from weakness of the oppressed will be sufficiently strong enough to free both Paulo Freire,2008: 27.” Pernyataan tersebut berarti hanya kekuatan yang muncul dari kelemahan kaum tertindaslah yang akan mampu dan cukup kuat untuk membebaskan keduanya kaum tertindas dan penindas. Sehingga dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa kewajiban kaum tertindas adalah sadar akan penindasan yang dialami dan berusaha untuk terbebas dari penindasan tersebut. Seperti halnya eks Gepeng yang berada di Lembaga Sosial Hafara, mereka memiliki kesadaran dan mencoba untuk terbebas dari penindasan yang mereka alami. Tahap berikutnya, Gepeng bersama-sama dengan fasilitator melakukan identifikasi permasalahan yang terjadi dalam kehidupan gepeng tersebut dan berusaha mencari jalan untuk menyelesaikannya. Gepeng kemudian mendapatkan petunjuk dan bantuan dari fasilitator, diantaranya; seperti Cak Nun, Anang Imamuddin, Uthu Munjung Jermia Taedini, Ir. Maskun 105 Baharuddin Nur, Sunawi, Chabib Wibowo, dan Etty Sugiyarty. Para tokoh tersebut membantu menyelesaikan permasalahan dengan membentuk sebuah komunitas jalanan. Komunitas ini kemudian berkembang Lembaga Sosial Hafara. Selain itu, permasalahan yang dihadapi oleh eks Gepeng yang berada di lembaga tersebut Pada tahap ini menganalisis permasalahan yang dialami oleh Gepeng diantaranya; kondisi mental gelandangan psikotik yang membutuhkan rehabilitasi, anak jalanan, yang membutuhkan pendidikan, kurangnya ketrampilan yang dimiliki oleh Gepeng dan kebutuhan untuk meningkatkan dana operasional lembaga. Selanjutnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, Gepeng dan fasilitator mengidentifikasi kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas. Dalam pendidikan non formal, mengidentifikasi sebuah program yang sesuai dapat dilakukan dengan cara identifikasi SWOT, yaitu melihat Strength kekuatan, Weakness kelemahan, Opportunity peluang, Threat ancaman. Berdasarkan hasil penelitian, fasilitator bersama Gepeng menggunakan faktor-faktor produksi yang ada seperti sumber daya alam yaitu tanah kosong seluas 1000 m 2 , sumber daya manusia yaitu Gepeng yang sehat jasmani-rohani, sarana serta prasarana yang dimiliki sebagai kekuatan yang dapat digunakan. Selain itu, lembaga memiliki mitra yang dapat membantu pelaksanaan program baik dalam bentuk modal maupun pelatihan yang berasala dari berbagai kalangan seperti; pemerintah, mahasiswa, instansi tertentu, maupun masyarakat. 106 Tahap berikutnya setelah memperoleh kekuatan yang dapat dimanfaatkakan, lembaga kemudian mulai menyusun dan mengembangkan rencana. Pada tahap ini, salah satu rencana yang disusun adalah program pemberdayaan melalui Usaha Ekonomi Produktif UEP, dalam kegaiatan program ini diharapkan eks Gepeng dapat meningkatkan ketrampilan di bidang perikanan, pertanian, dan usaha warung sehingga mendapatkan pekerjaan, penghasilan, dan kemandirian. Pada tahap selanjutnya adalah implementasi, dalam penelitian ini pelaksanaan program pemberdayaan melalui Usaha Ekonomi Produktif UEP yang diselenggarakan oleh Lembaga Sosial Hafara ditempuh melalui proses pemberian pelatihan dan pengembangan secara non formal. Pelatihan secara khusus terfokus pada pemberian ketrampilan tertentu untuk membantu individu memperbaiki kekurangan dalam kinerjanya Kaswan, 2012: 96. Dalam pemberdayaan ini, tujuan pelatihan yang diselenggarakan oleh Lembaga Sosial Hafara adalah untuk meningkatkan ketrampilan eks Gepeng dalam bidang perikanan, pertanian, dan usaha warung yang disebut dengan Usaha Ekonomi Produktif UEP. Pemberian pelatihan Usaha Ekonomi Produktif UEP dilaksanakan oleh Gepeng yang dibantu dan didamping oleh fasilitator yang berasal dari pemerintah, mahasiswa, danatau masyarakat dalam bidang perikanan, pertanian, dan usaha warung mulai dari hal pengelolaan, pengolahan, hingga penjualan hasilnya. Lebih lanjut, timbul motivasi dalam diri eks Gepeng untuk belajar, membangun, memperluas pengetahuan, pemahaman, dan ketrampilan yang telah diberikan. Aktivitas 107 atau kegiatan dalam Usaha Ekonomi Produktif UEP berkembang menjadi suatu pembelajaran yang terfokus pada pekerjaan saat ini dan yang akan datang, sehingga hasilnya pun bukan hanya untuk individu, tetapi juga untuk organisasi, serta kegiatannya berlangsung terus menerus jangka panjang. Pelaksanaan kegiatan Usaha Ekonomi Produktif UEP ini juga mencakup tahap pemberdayaan yang dikemukakan oleh Ambar Teguh Sulistiyani 2004: 77, yaitu: a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku sadar dan peduli. Pemberian motivasi dan rehabilitasi bagi eks Gepeng, baik Gepeng dewasa maupun eks gelandangan psikotik untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya memperbaiki kondisi agar dapat menciptakan masa depan yang lebih baik adanya kesadaran untuk belajar dan terbuka merasa membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan untuk memperbaiki kondisi b. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan dan kecakapan – ketrampilan. Tahap ini adalah tahap dimana eks Gepeng mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan salah satunya dengan program kegiatan Usaha Ekonomi Produktif UEP. Proses pembelajaran tentang pengetahuan dan kecakapanketrampilan ini telah relevan atau sesuai dengan tuntutan kebutuhan, sesuai identifikasi masalah dan kekuatan yang telah dilakukan sebelumnya. Tahapan dalam siklus selanjutnya adalah me-review kegiatan yang telah diimpleentasikan dan menelaah hasil dari pelaksanaan progam seperti Usaha 108 Ekonomi Produktif UEP baik dibidang perikanan, pertanian, dan usaha warung apakah dapat memberi perubahan, kemajuan, dan kebutuhan sesuai yang dibutuhkan atau tidak. Tahap ini, menghadirkan pengalaman yang memberdayakan dan tidak memberdayakan. Selanjutnya, menganalisa sebab akibat terjadi pemberdayaan dan ketidakberdayaan. Menganalisis alasan atau sebab akibat terjadinya pemberdayaan dan ketidakberdayaan. Apabila terjadi ketidakberdayaan, maka perlu penelusuran penyebab terjadinya hal tersebut, dan apabila kegiatan tersebut telah memberdayakan, maka akan menimbulkan suatu pengentasan yang dilaksanakan oleh eks Gepeng yaitu dengan adanya praktik secara mandiri dalam kehidupan bermasyarakat. Pada tahap praktik secara mandiri ini merupakan tahapan dimana masyarakat dalam hal ini Gepeng dapat mencapai tahapan terakhir pemberdayaan yang dikemukakan oleh Ambar Teguh Sulistiyani 2004: 77 yaitu tahap pengembangan kemampuan intelektual, kecakapan – ketrampilan yang membentuk inisiatif dan kemampuan inovatif. Tahap ini adalah tahap pengayaan atau peningkatan intelektual dan kecakapan ketrampilan yang diperlukan agar dapat membentuk kemampuan mandiri. Kemandirian tersebut akan ditandai oleh kemampuan masyarakat dalam membentuk inisiatif, melahirkan kreasi-kreasi, dan melakukan inovasi-inovasi di dalam lingkungannya. Apabila Gepeng telah mencapai tahap ini maka Gepeng dapat secara mandiri melakukan pembangunan. 109

3. Keberhasilan Program Usaha Ekonomi Produktif UEP di Lembaga