79 Pemancingan itu harganya di bawah konsumsi. Kalau saat ini harga
konsumsi itu Rp 17.000,00, untuk pemancingan Rp 14.000,00.”
Berdasarkan hasil wawawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil budi daya lele diperjualkan kepada pengepul, yaitu pedagang ikan
dengan harga yang berbeda, hal ini disesuaikan dengan jenis ikan lele. Ikan lele konsumsi harganya lebih mahal dibandingkan dengan lele untuk
pemancingan.
b. Kegiatan Pertanian dalam Usaha Ekonomi Produktif
1 Bentuk Kegiatan Pertanian
Pertanian merupakan kegiatan Usaha Ekonomi Produktif yang telah dilaksanakan sejak Lembaga Sosial Hafara berdiri dan mulai berkembang
sejak tahun 2010. Pertanian ini memanfaatkan lahan seluas 1.000 m
2
untuk ditanami berbagai macam tanaman, mulai dari sayur-sayuran, buah-buahan,
dan empon-empon tanaman obat. Hal ini sesuai dengan pernyataan ”Ds” sebagai berikut.
“Kalau pertaniannya sih sekarang ada papaya, ada pisang juga, ada kangkung ya, masih kecil ada terong, cabai juga ada. Trus, tanaman
obat tradisional.”
Pernyataan tersebut juga diuangkapkan oleh “Yn” selaku pengelola UEP yaitu:
“Ini ada rempah-rempah, ada jahe, ada serai, kencur, daun sirih, sayur kangkung, ada terong, ada kacang panjang. Papaya ada California,
Thailand, buah-buahan ada, belimbing ada, jambu ada.”
80 Pernyataan serupa juga dinyatakan oleh “At” selaku warga binaan yang ikut
mengelola hasil UEP bahwa, ”Sayurannya ya terong, kacang panjang, cabai, papaya, pare tapi sudah diambilin”. Ketiga pernyataan di atas juga serupa
dengan pernyataan pimpinan lembaga ”Ch” sebagai berikut. ”Pertanian ada sayuran kaya’ cabai, tomat, terong, kangkung. Buah-
buahan, ada jambu, ada sawo, jeruk, pisang, papaya juga ada. Trus ada yang kemarin dilatih tanaman obat juga ada.”
Pernyataan-pernyataan di atas juga diperkuat oleh hasil observasi. Hasil observasi menunjukkan bahwa lahan disekitar bangunan panti digunakan
sebagai lahan pertanian yang ditanami berbagai macam tumbuhan, yaitu buah-buahan, sayuran, dan tanaman obat empon-empon. Buah-buahan yang
ditanam adalah sawo, pepaya, jeruk, pisang dan jambu. Sayuran yang ditanam seperti; cabai, terong, tomat, ketela, dan kangkung. Sedangkan tanaman obat
yang ditanam meliputi; jahe, kencur, daun pandan, kunyit, dan temulawak. Berdasarkan hasil pengumpulan data dapat ditarik kesimpulan bahwa
Lembaga Sosial Hafara memanfaatkan lahan seluas 1.000 m
2
untuk kegiatan pertanian. Kegiatan pertanian yang dilakukan oleh warga adalah dengan
bercocok tanam berbagai macam tanaman seperti buah-buahan, sayuran, dan tanaman obat empon-empon.
2 Pengelolaan Kegiatan Pertanian
Pengelolaan kegiatan pertanian dilakukan oleh semua warga binaan. Kegiatan pertanian ini meliputi; penanaman, perawatan, dan pengolahan.
Penanaman yaitu menanam bibit tanaman di tanah atau media tanam yang
81 telah dipersiapkan sebelumnya. Perawatan adalah kegiatan yang dilakukan
setelah melakukan penanaman seperti menyiangi rumput dan penyiraman. Penyiraman dilakukan selama musim kemarau, sedangkan di musim
penghujan dilakukan seperlunya. Sedangkan pengolahan adalah kegiatan yang dilakukan ketika musim panen. Hal ini sesuai dengan pernyataan “Ch”
bahwa,”Kalau pertanian ya sama dari beli bibit, nanam tanaman, menyiram. Pertanian itu dua kali penyiraman”. Pernyataan tersebut diperkuat dengan
pernyataan ”Yn” selaku warga binaan yang mengelola kegiatan pertanian. “Ya pertanian, ya kita ada terapi nanam-menanam bersihin rumput.
Kalau kemarau eh musim panas di siram, kalau nggak musim hujan ya nggak di siram. Kalau musim panas ya 3 kali sehari.”
Selain pernyataan di atas, hasil observasi juga menunjukkan bahwa kegiatan penyiraman yang dilakukan warga dilakukan setiap pukul 07.00 dan 15.30
WIB. Pertanian di Lembaga Sosial Hafara merupakan pertanian organik, yaitu
penanamannya tidak menggunakan bahan kimia, hanya menggunakan pupuk kompos. Selain itu, lahan yang digunakan adalah lahan yang subur, lembaga
juga memiliki alat dan perlengkapan pertanian yang mampu mendukung berjalannya kegiatan pertanian ini. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
”Yn” selaku warga binaan yang mengelola yaitu: “Kalau di sini kan pertaniannya organik, ga pake bahan kimia. Pupuk e
kompos kandang. Biasanya kalo ikan itu kolamnya. Subur tanahnya, kaya papaya itu subur di sini. Papaya itu hampir setahun kalau ga salah.
Ada California, Thailand, buah-buahan ada, belimbing ada, jambu ada.”
82 Pernyataan mengenai peralatan diungkapkan oleh ”Ch” selaku pimpinan
lembaga yang menyatakan, “peralatan yang belum ada traktor. Insya Allah, ada semua.” Pernyataan di atas juga diperkuat oleh hasil observasi dan
pengumpulan dokumen yang menunjukkan bahwa lembaga mempunyai peralatan dan perlengkapan pertanian sebagai berikut.
Tabel 2. Daftar Alat dan Perlengkapan Pertanian No
Nama Alat Kondisi
Jumlah 1
Mesin diesel Baik
1 2
Gembor air Baik
3 3
Pengkiceleng Baik
1 4
Selang air Baik
1 5
Cangkul Baik
2 6
Sabit Baik
2 7
Kapak Baik
1 8
Cetok Baik
2
sumber: Dokumen Lembaga Sosial Hafara 2015
Berdasarkan hasil pengumpulan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan pengelolaan pertanian yang dilakukan oleh warga binaan
dimulai dari penanaman bibit, perawatan tanaman hingga panen yang dilakukan secara teratur dan didukung oleh sumber daya alam serta peralatan
dan perlengkapan yang memadai. 3
Hasil Produksi dan Tindak Lanjut Pertanian Kegiatan bercocok tanam dalam Usaha Ekonomi Produktif ketika panen
menghasilkan berbagai macam tanaman, baik itu buah-buahan, sayuran,
83 maupun tanaman obat. Hasil panen tersebut digunakan untuk membantu
mencukupi kebutuhan hidup seluruh warga binaan di lembaga. Cara yang digunakan yaitu dengan dikonsumsi sendiri untuk seluruh warga dan
diperjualbelikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan “Ds” selaku pengurus lembaga sebagai berikut.
“Kalau kemarin sih, dari tahun 2015 itu ada ikan sama pertanian, tapi kalau pertanian itu untuk konsumi sendiri, kalau biasanya sih kita jual
tapi sekarang kita konsumsi dulu. Yang masih dijual itu papaya sama daun papaya itu sudah ada yang mengambil. Ini sih mbak, ada di atas
itu kan ada toko buah. Itu pepayanya diambil mereka. Kalau dari kita sih satu kilonya itu Rp 2.500,00.”
Warga binaan yang mengolah hasil kegiatan UEP yaitu ”At” dan ”Wn” juga menyatakan bahwa sayuran yang ditanam di lembaga digunakan untuk
bahan memasak, tetapi bila ada yang ingin membeli seperti buah pepaya juga akan disediakan oleh warga binaan. Warga binaan lain seperti ”Yn” juga
menyatakan hal serupa bahwa, “Sayur ya di konsumsi. Paling pisang. Pisang Ambon, papaya itu di jual”. Pernyataan-pernyataan tersebut diperkuat oleh
”Ch” selaku pimpinan lembaga yaitu: ”Ikan itu nanti dijual atau sayur itu nanti digunakan oleh panti. Jadi kan
sayur itu dimasak panti. Pertanian yang jual itu pepaya masih dijual. Macam-macam mbak, gerek sing arep California po Thailand. 2 dua
kita. Harganya bisa sampai telungewu Rp 3.000,00. Model penjualan kita di panti, model barter. Kalau panti yang makai, nanti panti yang
bayarin.”
Warga binaan terutama eks Gepeng yang mengelola UEP di bidang pertanian selain belajar cara bercocok tanam juga mendapat pelatihan dan
pembinaan bagaimana cara mengolah hasil pertanian tersebut untuk di
84 konsumsi seluruh penghuni pantilembaga. Hal ini sesuai dengan pernyataan
”Ds” selaku pengurus lembaga yang menyatakan, “Kalau untuk ibu-ibu itu hanya membantu saja karena tugas pokok mereka sih sebenarnya untuk
masak di dapur umum itu sendiri”. Salah satu pelatihan yang diberikan kepada warga adalah pelatihan memasak. Hal ini dinyatakan oleh ”At” selaku
warga binaan yang mengolah hasil pertanian sebagai berikut, “Pernah. Pelatihan masak. Masak ayam kremes, lele kremes, terus pukis”. Pernyataan
serupa juga diungkapkan oleh ”Wn” selaku warga binaan yang juga mengolah hasil pertanian yaitu:
“Kemarin itu latihan masak dari dinas. Dulunya kan nganu kemarin itu pihak dinas kasih tahu, langsung latihannya di LPK Budi Mulya,
Seturan. Memasak, ya ada ayam kremes, ada ayam ya pepes segala macam. Kangkung, terong, ikannya nila. Dulunya banyak di masak tapi
sekarang biasa. Lelenya juga ada yang dimasak. Trus saya ikut mendampingi, kaya’ kemarin ada pelatihan nanam jahe, serai, daun
pandan dari mana itu mahasiswa juga. Sudah panen dan ada pelatihan buat jamunya juga.”
Berdasarkan pengumpulan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil pertanian digunakan warga binaan dengan cara diolahdimasak
dan diperjualbelikan. Warga binaan yang bertugas mengolah hasil pertanian diberi pelatihan memasak agar mampu memasak hasil pertanian seperti
sayuran untuk seluruh warga binaan, sedangkan hasil pertanian juga akan dijual kepada pembeli yang berminat. Saat ini hasil pertanian yang dijual
adalah papaya.
85
c. Kegiatan Warung dalam Usaha Ekonomi Produktif