Memberdayakan Konstituen, Menjaga Cita-cita Hidup Bersama

2.5. Memberdayakan Konstituen, Menjaga Cita-cita Hidup Bersama

  Media hadir sebagai elemen kunci dalam perkembangan masyarakat untuk menyediakan ruang agar warga dapat berinteraksi dan terlibat dalam perkara-perkara publik: ranah publik (Habermas, 1987, Habermas, 1984). Dalam konteks demokrasi muda seperti Indonesia, jelas bahwa media memegang peran pokok, yaitu sebagai ―Pilar Keempat‖ (Carlyle, 1840, Schultz, 1998: 49).

  Kendati berkat perkembangan teknologi komunikasi, para warga negara di negara-negara penganut sistem demokrasi dapat semakin sering mengakses informasi politik (McNair, 1998:49), penyelewengan terhadap fungsi sosial media untuk tujuan politis juga semakin menjadi. Larangan untuk menggunakan media di luar masa kampanye yang sah pun tidak jarang diabaikan. Setiap peserta Pemilu berlomba-lomba menyampaikan visi, misi, dan program melalui aneka media. Televisi sebagai media utama tidak luput dari sasaran pemanfaatan ini. Televisi, karena sifat jangkauan dan efisiensinya, dipergunakan untuk mencari dan menyaring segmen pemilih guna mendapatkan jumlah suara yang ditargetkan. Terhadap hal ini, televisi sebagai teknologi dan media komunikasi telah mengalami eksploitasi komersial di mana bentuk-bentuk simbolik (gambar, suara, tulisan) menjadi komoditas yang diperjualbelikan dalam pasar, dan kepemilikan atasnya memungkinkan kontrol terhadap produksi, reproduksi, dan transmisi informasi (Thompson, 1995:20-21). Partai-partai politik yang memiliki keuntungan sumber daya ekonomi dapat menggunakan media ini untuk mempermudah pencapaian tujuan.

  Situasi-situasi macam ini tentu saja sangat berbahaya, tidak hanya bagi proses demokratisasi, tetapi juga pemenuhan hak warga – baik dalam arti politis maupun dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menghambat pemenuhan hak warga karena mereka kehilangan ruang di mana mereka dapat berpartisipasi dalam penentuan kebijakan dan Situasi-situasi macam ini tentu saja sangat berbahaya, tidak hanya bagi proses demokratisasi, tetapi juga pemenuhan hak warga – baik dalam arti politis maupun dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menghambat pemenuhan hak warga karena mereka kehilangan ruang di mana mereka dapat berpartisipasi dalam penentuan kebijakan dan

  

  Riset ini bertujuan untuk menawarkan pemahaman strategi komunikasi partai politik dalam menyalurkan pesan politik mereka melalui televisi – media yang menggunakan frekuensi publik. Hal ini belum banyak dibahas sebelumnya. Lebih lanjut, kajian ini juga bermaksud untuk melihat sejauh terjadi silang sengkarut kebijakan dan penyalahgunaan frekuensi publik untuk kepentingan politis segelintir pihak menjelang Pemilu 2014. Kami berharap studi ini tidak hanya menawarkan sesuatu yang berbeda, tetapi juga memperkaya khasanah studi dan secara bersama-sama mendorong demokratisasi yang semakin berkualitas.

  Selanjutnya kami akan menjabarkan garis besar metodologi yang digunakan sebelum menyampaikan temuan-temuan dari penelitian ini.

  Mencermati Strategi Komunikasi Parpol:

  Metode dan Data

  Nah tapi kalau pertanyaannya bagaimana kemudian konsultan politik membuat perumusan strategi komunikasi, menurut saya biar bagaimanapun konsultan politik

  tidak boleh lepas dari... bagaimana konsultan politik membuat strategi juga tidak boleh lepas dari sesuatu yang bersifat ilmiah, apa yang disebut dengan pemetaan.

  Konsultan politik harus mengikuti tahapan... Ketika dia [konsultan] mengetahui terlebih dahulu pemetaan, sehingga saya sangat sepakat, harus dilakukan sebuah survey kah, sebuah riset kualitatif kah. Sehingga kemudian betul-betul mereka bekerja

  secara ilmiah. Karena yang membedakan kerja timses (tim sukses, red.) partai dengan

  konsultan adalah konsultan bekerja secara ilmiah, dan itu harus berbasiskan riset.

  (Yunarto Wijaya, Charta Politika, wawancara, 01112013)

  Penelitian ini dirancang untuk memberikan petunjuk tentang bagaimana strategi komunikasi parpol dibuat, dipraktikkan, serta berbagai faktor yang turut memengaruhinya. Selain itu, penelitian ini secara spesifik dimaksudkan untuk mengartikulasikan isu-isu yang diusung oleh partai-partai politik dalam beriklan, terutama di televisi, sehingga publik dapat lebih memahami model komunikasi parpol dan bagaimana politisasi media terjadi dewasa ini.

  Penelitian ini menggunakan metodologi yang terperinci namun praktis untuk membantu pengumpulan data secara valid. Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui manajemen komunikasi parpol secara utuh, faktor-faktor apa saja yang memengaruhi proses tersebut, serta untuk membangun penjelasan konseptual daripadanya. Selain itu, pengumpulan data juga dilakukan secara kuantitatif untuk mengetahui penggunaan televisi sebagai salah satu alat utama kampanye parpol.

  Penjelasan atas strategi serta instrumen penelitian akan dijelaskan secara singkat pada Bab ini.