Upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS melalui penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw : studi kasus siswa kelas VIII SMP Karitas Ngaglik.

(1)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW Studi kasus pada siswa-siswi kelas VIII SMP Karitas Ngaglik

MARGARETA UDUK SERAN Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS siswa. Penerapan model pembelajaran ini dilakukan pada mata pelajaran IPS dengan pokok bahasan pelaku ekonomi di masyarakat serta pranata dan penyimpangan sosial. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP Karitas Ngaglik dengan jumlah siswa 18 orang.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif dalam beberapa siklus. Masing-masing variabel diukur dengan instrumen yang berbeda dan dilakukan dalam dua siklus. Motivasi diukur dengan lembar penilaian diri, sedangkan hasil belajar diukur dengan membandingkan nilai ulangan sebelum implementasi tindakan dan sesudah implementasi tindakan. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, lembar penilaian diri tentang motivasi dan dokumentasi. Lembar observasi terdiri dari dua jenis yakni lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Lembar penilaian diri memuat lima indikator motivasi yakni minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, semangat melaksanakan tugas, tangggung jawab melaksanakan tugas, rasa senang dan puas terhadap pelajaran, reaksi yang terhadap stimulus. Sedangkan dokumentasi disimpan dalam bentuk rekaman video yang berfungsi sebagai alat bantu untuk mendeskripsikan suasana kelas selama penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan metode pembelajaran koopertif tipe jigsaw meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Kesimpulan itu didasarkan pada adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dari kondisi awal serta target yang ditetapkan sebelum implementasi tindakan dengan hasil yang dicapai pada saat implementasi tindakan.


(2)

ABSTRACT

THE EFFORTS IN UPGRADING THE MOTIVATION AND THE LEARNING RESULT OF SOCIAL SCIENCES STUDENTS BY THE APPLICATION OF JIGSAW TYPE THE COOPERATIVE

LEARNING METHOD

A Case Study on the 8th grade students of Karitas Junior High School MARGARETA UDUK SERAN

Sanata Dharma University Yogyakarta

2010

The aim of this research is to find out the effect of applying Jigsaw Type, the cooperative teaching model in upgrading the motivation and the learning result of social sciences students. This teaching model is applied on the subject study of social sciences with the economic agent in the society as the main discussion, and the institution and the social disorder. The subjects of this research are 18 students of the 8th grade students of Karitas Junior High School.

This research is a class action research, the research that combines the research procedures with a substantive action in several cycles. Each variable is measured by a different kind of instrument, and it is done in two cycles. The motivation is measured by the self-evaluation sheet, while the learning result is measured by comparing the test scores before and after the implementation. Instruments employed in this research are the observation sheet and the self-evaluation sheet of motivation and documentation. The observation sheet consists of two types: the observation sheet of teachers’ activities and observation sheet of students’ activities. The self-evaluation sheet contains of five motivation indicators: the students’ interest and attention toward the school subjects, students’ enthusiasm in doing the task, students’ responsibility in finishing the task, the pleasure and the satisfaction toward the school subjects, and the reaction toward the stimulus given. The documentation is recorded in the form of video recording which functions as the instrument to depict the class situation during the application of Jigsaw type the cooperative teaching method.

The result of this research shows that the application of the cooperative teaching method increases the students’ motivation and their learning result. This conclusion is derived from the fact that describes the increase of students’ motivation and their learning result from the beginning of the application, and from the determined target before the action implemented the goal when implementing at the time of the action.


(3)

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW

Studi kasus: Siswa kelas VIII SMP Karitas Ngaglik

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Margareta Uduk Seran 051334001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2010


(4)

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW

Studi kasus: Siswa kelas VIII SMP Karitas Ngaglik

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Margareta Uduk Seran 051334001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2010


(5)

(6)

(7)

PERSEMBAHAN

Karya kecilku ini kupersembahkan kepada Tuhan Yesus, keluarga besarku, para sahabatku yang telah menerima dan mencintai aku apa adanya


(8)

MOTTO

Kalau kita sendiri pernah lemah dan mengalami

kekacauan batin, kita dapat merasakan apa yang dialami

oleh orang lain.

(Butir-Butir Emas St.Vinsensius a Paulo, 24 Mei)

Manusia melihat hasil yang kita kerjakan, tetapi Allah

melihat alasan kita mengerjakannya

(Bdk kolose 1:10)

Orang yang mencoba melakukan sesuatu tapi gagal jauh

lebih baik ketimbang mereka yang tidak melakukan

apa-apa tapi sukses

( Ron Heron)


(9)

(10)

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan atas semua rahmat dan kasih-Nya yang senantiasa penulis rasakan lewat perhatian, dukungan, cinta dan kebaikan banyak orang terlebih mereka yang telah meluangkan waktu, pikiran, tenaga, materi untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini dari lubuk hati yang terdalam penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada mereka yang secara langsung maupun tidak langsung dan dengan caranya masing-masing telah membantu penulis:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Laurentius, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi yang mengerti situasi penulis sekaligus mendukung, memacu semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih Pak, saya yakin ada tangan-tangan tidak kelihatan yang akan selalu merahmati, menuntun, setiap gerak langkah dalam menyelesaikan tugas setiap hari.

4. Bapak S. Widanarto, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang memahami situasi penulis dan telah berkenan mendampingi, meluangkan waktu, tenaga, pulsa, dan dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih pak semoga Tuhan senantiasa memberkati usaha dan karya bapak.

5. Bapak Drs. F.X. Muhadi, M.Pd selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji, membimbing, memberi kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini


(12)

6. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd.,M.Pd. Selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji, membimbing, memberi kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.Si. yang juga mencoba mengerti situasi penulis dan telah merelakan waktu untuk bersharing dengan penulis.

8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Akuntansi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang tentunya telah banyak membantu dan membimbing penulis selama penulis kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

9. Bapak Wawik dan Ibu Aris selaku staf sekretariat PAK yang siap sedia melayani dan membantu urusan administrasi selama penulis kuliah hingga penyusunan skripsi ini.

10. Bapak Aluysius Riwi Widakdo S.Pd. selaku kepala Sekolah SMP Karitas Ngaglik yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SMP Karitas Ngaglik.

11. Bapak Drs. Yacobus Agus Budiyanto selaku guru mata pelajaran IPS yang telah bersedia membantu penulis dalam penelitian skripsi ini.

12. Para siswa-siswi SMP Karitas Ngaglik yang telah bersedia bekerja sama dalam penelitian skripsi ini.

13. Para suster KYM yang telah berjasa menyumbangkan tenaga, pikiran, waktu, materi dan banyak hal yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terimakasih dan maaf atas keputusan yang mungkin mengecewakan.

14. Bapa, Ibu dan nenekku yang tercinta, saudara-saudariku (Ka‘ Vin & Ka’Hila, Ka’Merry&Ka’Felix, Ka‘ Mais & ka’Vinsen, Ka‘Mesak & Ka, Manu) yang mengerti, menerima, mencintaiku apa adanya.


(13)

15. Keponakan-keponakanku tercinta yang menjadi spirit bagi kuku untuk meyelesaikan skripsi ini. Khusus untuk Jefry, makasih ya sayang sudah bersedia meminjamkan komputernya untuk kuku.

16. Suster-Suster SPC, SsPS, FdCC (Sr. Udis, Sr. Lusi, Syirila, Tere, Agustin, Filo, Mia, Via, Denci, Kharita, Tarsi dll) terimakasih atas perhatian dan dukungannya.

17. Para sahabatku di biara MSF, CMF, CSSR, CMM, SSCC, Rm. Benso, Rm. Yosep, Rm. Hiro, Rm In, Rm. La Nike, Rm. Salvador, atas doa, perhatian dan dukungannya.

18. Fr. Relly dan Fr. Yano yang selalu meluangkan waktu ditengah-tengah kesibukannya untuk membantu banyak hal, mendukung, memotivasi, mengkritik walau kadang-kadang sedikit cerewet, membuat dongkol tetapi disyukuri sebagai cara Allah bekerja lewat orang-orang yang baik.he..he..he...terimakasih ya, maju terus kami mendoakan.

19. Teman-teman kos Menur 15: Dencia, Lorita, Indri, Putri, Ocha, Lina, Sari, Tina, Martha, Evin, Ela, Deci. Terimakasih banyak atas dukungan dan persahabatan yang terjalin. Kalian semua adalah sahabat, teman, adik yang telah mengajariku untuk mengerti situasi orang muda yang sesungguhnya tanpa ada yang harus di tafsir. Khusus untuk Lorita, Ita dan Indri...terimakasih adikku, ayo...tetap semangat.

20. Teman-teman PAK 05 yang dengan caranya masing-masing telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Yogyakarta, Maret 2010 Penulis


(14)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW Studi kasus pada siswa-siswi kelas VIII SMP Karitas Ngaglik

MARGARETA UDUK SERAN Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS siswa. Penerapan model pembelajaran ini dilakukan pada mata pelajaran IPS dengan pokok bahasan pelaku ekonomi di masyarakat serta pranata dan penyimpangan sosial. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP Karitas Ngaglik dengan jumlah siswa 18 orang.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif dalam beberapa siklus. Masing-masing variabel diukur dengan instrumen yang berbeda dan dilakukan dalam dua siklus. Motivasi diukur dengan lembar penilaian diri, sedangkan hasil belajar diukur dengan membandingkan nilai ulangan sebelum implementasi tindakan dan sesudah implementasi tindakan. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, lembar penilaian diri tentang motivasi dan dokumentasi. Lembar observasi terdiri dari dua jenis yakni lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Lembar penilaian diri memuat lima indikator motivasi yakni minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, semangat melaksanakan tugas, tangggung jawab melaksanakan tugas, rasa senang dan puas terhadap pelajaran, reaksi yang terhadap stimulus. Sedangkan dokumentasi disimpan dalam bentuk rekaman video yang berfungsi sebagai alat bantu untuk mendeskripsikan suasana kelas selama penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan metode pembelajaran koopertif tipe jigsaw meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Kesimpulan itu didasarkan pada adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dari kondisi awal serta target yang ditetapkan sebelum implementasi tindakan dengan hasil yang dicapai pada saat implementasi tindakan.


(15)

ABSTRACT

THE EFFORTS IN UPGRADING THE MOTIVATION AND THE LEARNING RESULT OF SOCIAL SCIENCES STUDENTS BY THE APPLICATION OF JIGSAW TYPE THE COOPERATIVE

LEARNING METHOD

A Case Study on the 8th grade students of Karitas Junior High School MARGARETA UDUK SERAN

Sanata Dharma University Yogyakarta

2010

The aim of this research is to find out the effect of applying Jigsaw Type, the cooperative teaching model in upgrading the motivation and the learning result of social sciences students. This teaching model is applied on the subject study of social sciences with the economic agent in the society as the main discussion, and the institution and the social disorder. The subjects of this research are 18 students of the 8th grade students of Karitas Junior High School.

This research is a class action research, the research that combines the research procedures with a substantive action in several cycles. Each variable is measured by a different kind of instrument, and it is done in two cycles. The motivation is measured by the self-evaluation sheet, while the learning result is measured by comparing the test scores before and after the implementation. Instruments employed in this research are the observation sheet and the self-evaluation sheet of motivation and documentation. The observation sheet consists of two types: the observation sheet of teachers’ activities and observation sheet of students’ activities. The self-evaluation sheet contains of five motivation indicators: the students’ interest and attention toward the school subjects, students’ enthusiasm in doing the task, students’ responsibility in finishing the task, the pleasure and the satisfaction toward the school subjects, and the reaction toward the stimulus given. The documentation is recorded in the form of video recording which functions as the instrument to depict the class situation during the application of Jigsaw type the cooperative teaching method.

The result of this research shows that the application of the cooperative teaching method increases the students’ motivation and their learning result. This conclusion is derived from the fact that describes the increase of students’ motivation and their learning result from the beginning of the application, and from the determined target before the action implemented the goal when implementing at the time of the action.


(16)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

ABSTRAC ... xi

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI A. Model Pembelajaran Kooperatif Learning... 7

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 17

C. Motivasi Belajar ... 20


(17)

E. Penelitian Tindakan Kelas ... 22

F. Kerangka Berpikir... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian ... 29

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 29

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 29

D. Variabel Penelitian ... 30

E. Indikator dan Pengukuran ... 30

F. Prosedur Penelitian ... 32

G. Instrumen Penelitian ... 37

H. Pembagian Peran Guru dan Peneliti... 38

I. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 39

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Sejarah Berdirinya SMP Karitas Ngaglik ... 41

B. Visi dan Misi SMP Karitas Ngaglik ... 41

C. Sistem Pendidikan dan Satuan SMP Karitas Ngaglik... 42

D. Kurikulum Satuan Pendidikan SMP Karitas Ngaglik... 43

E. Struktur Organisasi SMP Karitas Ngaglik ... 45

F. Sumber Daya Manusia SMP Karitas Ngaglik... 57

G. Siswa SMP Karitas Ngaglik... 52

H. Kondisi Fisik dan Lingsungan SMP Karitas Ngaglik ... 52

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Observasi ... 54

1. Sebelum Implementasi Tindakan... 54

a). Motivasi ... 54


(18)

2. Proses Implementasi Tindakan ... 56

a). Siklus I ... 56

b). Siklus II... 67

B. Analisis Dan Pembahasan ... 76

1. Siklus I ... 76

a). Motivasi ... 76

b). Hasil Belajar ... 77

2. Siklus II ... 79

a). Motivasi ... 79

b). Hasil Belajar ... 81

BAB VI. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 89

B. Keterbatasan ... 90

C. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 94

LAMPIRAN ... 96


(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran kooperatif ... 13

Tabel 3.1 Kisi-kisi Motivasi Belajar Siswa... 31

Tabel 3.2 Penggolongan Skor Motivasi Belajar ... 32

Tabel 3.3 Pembagian Peran Guru dan Peneliti... 39

Tabel 4.1 Muatan Mata Pelajaran SMP Karitas Ngaglik... 44

Tabel 4.2 Jumlah Guru dan Jabatan di SMP Karitas Ngaglik... 51

Tabel 4.3 Jumlah Siswa SMP Karitas Ngaglik ... 53

Tabel 5.1 Hasil belajar Sebelum Implementasi Tindakan ... 55

Tabel 5.2 Hasil Observasi Guru Setelah Implementasi Tindakan Siklus I ... 65

Tabel 5.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Setelah Implementasi Tindakan Siklus I ... 65

Tabel 5.4 Hasil Observasi Guru Siklus II ... 74

Tabel 5.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 74

Tabel 5.6 Hasil Analisis Motivasi Siklus I... 76

Tabel 5.7 Rekap Hasil Analisis Motivasi Siklus I ... 77

Tabel 5.8 Hasil Analisis Ketuntasan Belajar Siklus I ... 78

Tabel 5.9 Hasil Analisis Motivasi belajar Siklus II ... 79

Tabel 5.10 Rekap Hasil Analisis Motivasr Siklus II... 80

Tabel 5.11 Hasil Analisis Ketuntasan Belajar Siklus II... 82

Tabel 5.12 Rangkuman Hasil Analisis Siklus I dan Siklus II ... 84

Tabel 5.13 Kondisi Awal, Indikator Keberhasilan dan Realisasi Tindakan Siklus II dan Siklus II... 85


(20)

DAFTAR GAMBAR


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran………. 97

Lampiran 2 Lembar Pembagian Kelompok……… 111

Lampiran 3 Lembar Kerja Kuis... 113

Lampiran 4 Lembar Penilaian Diri tentang Motivasi………. 117

Lampiran 5 Analisis Tingkat Kesulitan Soal………. 119

Lampiran 6 Surat-surat……… 121


(22)

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pendidikan di sekolah memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan dalam upaya mengembangkan sumber daya manusia, baik secara individu maupun sosial. Karena itu, kegiatan belajar harus dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup yang sesuai dengan lingkungan hidup dan kebutuhan peserta didik yang akan mereka hadapi selama mereka hidup.

Upaya pembekalan ini hanya akan efektif jika melibatkan secara aktif kedua pihak pelaku pendidikan yakni guru dan peserta didik. Namun mengingat para guru sebagai penanggungjawab pertama dan utama sebuah proses pembelajaran di kelas maka keterlibatan peserta didik tergantung pula dari ketepatan pemilihan dan penggunaan model serta metode pembelajaran oleh guru.

Al Muchtar (1991) dalam penelitiannya menemukan bahwa proses belajar mengajar yang berlangsung dewasa ini tidak merangsang siswa untuk terlibat secara aktif dan belum menumbuhkan budaya belajar di kalangan siswa. Masih banyak guru yang belum memiliki kemampuan dan keterampilan memadai dalam memilih serta menggunakan berbagai metode pembelajaran yang dapat mengembangkan iklim pembelajaran yang kondusif bagi siswa. Bahkan, banyak dari antara guru yang tidak memiliki kurikulum tertulis yang menjadi pedoman


(23)

dasar pemilihan metode pembelajaran.

Ketidaktepatan pemilihan metode pembelajaran oleh guru akan berdampak pada tidak sedikitnya jumlah siswa yang mengalami kesulitan untuk ikut berpartisipasi dalam pelajaran di kelas. Proses belajar mengajar pun berlangsung secara kaku, sehingga kurang mendukung proses pembekalan dan pengembangan pengetahuan, prestasi belajar, sikap moral serta ketrampilan siswa.

Kesulitan pelibatan dan keterlibatan siswa tersebut terlihat pula di kelas VIII SMP Karitas Ngaglik Yogyakarta sebagai subyek penelitian penulis. Berdasarkan hasil observasi penulis pada tanggal 23 Juli 2009 pada umumnya siswa kurang aktif. Mereka hanya menjawab pertanyaan kalau diajukan oleh guru terhadap mereka secara pribadi. Selain itu, ada siswa yang sibuk dengan diri sendiri, berbicara dengan teman semeja, bahkan ribut dan bernyanyi-nyanyi kecil ketika guru sedang mengajar. Tampaknya siswa tidak berminat mengikuti proses pembelajaran. Tidak terlihat adanya inisiatif dari para siswa untuk bertanya kepada guru bahkan kalau pun mereka tidak mendengar dengan jelas apa yang baru saja disampaikan oleh guru. Menurut guru mata pelajaran IPS motivasi belajar siswa juga sangat kurang.

Kesulitan keterlibatan serta kurangnya motivasi belajar ini berpengaruh juga pada prestasi belajar para siswa. Hal ini terlihat dari nilai ulangan, nilai ujian mid, serta ujian akhir para siswa pada semester sebelumnya yang rata-rata di bawah nilai 85. Untuk nilai ulangan satu orang siswa mendapat nilai 35, dua orang siswa mendapat nilai 40, lima orang siswa mendapat nilai 60, 4 orang


(24)

siswa mendapat nilai 70, dan satu orang siswa mendapat nilai 90. Nilai ujian mid semester hanya 1 orang siswa yang mendapat nilai 85, selebihnya di bawah 71, bahkan ada yang mendapat nilai 30. Nilai ujian akhir hanya 1 orang mendapat nilai 80 selebihnya di bawah 71. Berdasarkan hasil ujian para siswa pada semester sebelumnya menurut penulis masih belum maksimal.

Penulis menduga bahwa motivasi belajar dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang kurang tepat dan tidak variatif itulah yang ditemukan penulis dalam pengamatan di Kelas VIII SMP Karitas Ngaglik. Guru cenderung memakai metode ceramah dalam mengajar sehingga para siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran di kelas.

Dengan demikian, permasalahan pokoknya adalah bagaimana guru memilih dan mengemas metode pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Mungkin guru sudah merasa mengajar dengan baik, namun siswanya tidak belajar sehingga terjadi salah konsep antara pemahaman guru yang mengajar berdasarkan target dengan misi pendidikan yang mengacu pada pembekalan pengetahuan serta keterampilan kepada siswa sebagai bekal dalam menjalani kehidupan bermasyarakat (Somantri, 2000).

Berdasarkan permasalahan tersebut maka upaya peningkatan motivasi belajar serta kualitas belajar mengajar merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak untuk dilakukan. Ada berbagai metode pembelajaran yang bisa digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, namun penulis memilih strategi


(25)

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

karena akan memberdayakan para siswa untuk bermotivasi belajar dan terlibat aktif dalam proses belajar di kelas.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan strategi alternatif yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa bekerja sama dengan orang lain, bertanggungjawab, meningkatkan motivasi belajar serta kualitas proses dan pada saat yang sama meningkatkan prestasi akademik siswa. Selain itu, tipe pembelajaran ini menunjukkan adanya keseimbangan peran antara guru sebagai salah satu sumber belajar dan peran aktif siswa dalam mengkonstruksikan pengetahuan secara individual dan sosial (Michaelis&Rushdoony, 1987:68).

Berdasarkan aneka uraian di atas maka penulis mengambil judul ”Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw”.

B.

Rumusan Masalah:

1. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa?


(26)

C.

Batasan Masalah

1. Motivasi belajar dibatasi pada minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, semangat melaksanakan tugas, tanggungjawab dalam melaksnakan tugas, rasa senang dan puas dalam melaksanakan tugas, reaksi siswa terhadap stimulus. 2. Hasil pembelajaran dibatasi pada kemampuan siswa dalam mengerjakan kuis 3. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Karitas Ngaglik

D.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1. Mengetahui apakah ada peningkatkan motivasi belajar siswa melalui penerapan pembelajaraan kooperatif tipe Jigsaw

2. Mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

E.

Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi para guru SMP Karitas Ngaglik dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa

2. Bagi Siswa


(27)

melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw akan berpengaruh pada motivasi belajar serta kualitas dalam aspek pengetahuan, keterampilan dan sikapnya. Selain itu mereka juga lebih berkembang dalam sikap kepedulian dan tanggung jawab sosialnya.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan dan referensi bagi penelitian sejenis.

4. Bagi Penulis

Semakin mengetahui berbagai metode pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar, dengan demikian diharapkan mampu memilih metode pembelajaran yang tepat.


(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Cooperatif Learning.

1. Pengertian Cooperative Learning.

Pembelajaran cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau strategi pembelajaran di mana siswa belajar bersama dengan kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Solihitin (2005:4-5):

Cooperatif learning lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja karena belajar dalam model cooperative learning

harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka yang bisa menimbulkan persepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk mencapai keberhasilan berdasarkan kemampuan dirinya secara individual dan sumbangsih dari anggota lainnya selama mereka belajar secara bersama-sama dalam kelompok.

Definisi lain:

Cooperatif learning is a succeful teaching strategy in wich small team, each with students of different levels of ability, use a variety of learning activitiesto improve the understanding of the subject. Each members of a team is responsible not only for learning what is taught but also for helping team mates learn, an atmosphere of achievement. (http://www.ed.gov).

Pada definisi tersebut terkandung pengertian bahwa belajar kooperatif merupakan strategi belajar dengan kelompok-kelompok kecil di mana para siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda, menggunakan beragam


(29)

aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu pelajaran. Setiap anggota kelompok tidak hanya bertanggung jawab pada diri sendiri melainkan membantu teman satu team yang lain dalam belajar, sehingga tercipta keberhasilan bersama.

Definisi lain dikemukakan oleh Roger T. Johnson dan David W. Johnson (http://www.co_operation.org), bahwa:

Cooperative learning is a relationship in a group of students that requires positive interdependence (a sense of sink or swim together), individual accountability (each of us has to contribute and learn), interpersonal skills (communication, fruit, leadership, decision making, and conflict resolution), face to face promotive interaction and processing (reflection on how well the team is functioning and how to function even better).

Pada definsi ini terkandung pemahaman bahwa pembelajaran kooperatif merupakan relasi-kerjasama dalam satu kelompok siswa yang menuntut suatu kesalingtergantungan yang positif (rasa kebersamaan) antar anggota. Masing-masing anggota merasa bertanggung jawab terhadap kelompok sehingga harus belajar dan menyumbangkan gagasan. Selain itu diperlukan keterampilan hubungan antar pribadi (komunikasi, keberhasilan, kepemimpinan, pembuatan keputusan, dan penyelesaian konflik) dan tatap muka langsung dalam berinteraksi serta kesediaan untuk terus mengupayakan agar interaksi dan aktivitas kelompok menjadi lebih baik lagi.

2. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Muslimin Ibrahim (dalam Widanarto, 2006:17) unsur-unsur pembelajaran kooperatif yaitu:


(30)

a. Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan bahwa mereka ”sehidup-sepenanggungan bersama”.

b. Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.

c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelomponya memiliki tujuan yang sama.

d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggungjawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

e. Siswa belajar sebagai pemimpin dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

f. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif

3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Wina Sanjaya (2006:242-244) mengungkapkan ciri-ciri pembelajaran yang menggunakan model kooperatif;

a. Pembelajaran secara team

Pembelajaran secara team diharapkan agar semua anggota kelompok mampu bekerja sama dan saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kelompok harus terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademis, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota dapat bertukar pengalaman, dapat saling membantu dan menerima, sehingga setiap


(31)

anggota dapat memberikan kontribusi untuk keberhasilan kelompok. b. Didasarkan pada manajemen kooperatif

Empat fungsi pokok manajemen kooperatif: 1) Fungsi perencanaan

Pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang baik, agar proses belajar dapat berjalan secara efektif.

2) Fungsi pelaksanaan

Dalam fungsi ini, pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan.

3) Fungsi organisasi

Pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama, oleh sebab itu perlu adanya pembagian tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. 4) Fungsi kontrol

Dalam fungsi ini, pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilannya.

c. Kemauan untuk bekerja sama

Pembelajaran kooperatif memerlukan adanya kemauan untuk bekerja sama, bukan saja dalam pembagian tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok, tetapi juga diperlukan adanya sikap saling membantu. Misalnya: anggota kelompok yang pintar membantu yang kurang pintar.

d. Keterampilan bekerja sama


(32)

untuk mau dan mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota kelompoknya. Sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide mengemukakan pendapat dan memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok

4. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Stahl (1994), ada beberapa prinsip dasar yang harus dikembangakan dalam pembelajaran kooperatif :

a. Ketergantungan yang Bersifat Positif

Untuk mengondisikan terjadinya interdependensi di antara siswa dalam kelompok belajar, maka guru harus mengorganisasikan materi dan tugas-tugas pelajaran sehingga siswa memahami dan mungkin untuk melakukan hal itu dalam kelompoknya. Guru harus merancang struktur kelompok dan tugas-tugas kelompok yang yang memungkinkan setiap siswa untuk belajar dan mengevaluasi dirinya dan teman kelompoknya dalam penguasaan dan kemampuan memahami materi pelajaran. Kondisi belajar ini memungkinkan siswa untuk merasa tergantung secara positif pada anggota kelompok lainnya.

b. Interaksi yang Bersifat terbuka

Interaksi yang terjadi bersifat langsung dan terbuka dalam mendiskusikan materi dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Suasana belajar seperti ini akan membantu menumbuhkan sikap ketergantungan yang positif di kalangan siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajarnya.


(33)

c. Tanggung Jawab Individu

Salah satu dasar penggunaan koopeartif dalam pembelajaran adalah bahwa keberhasilan belajar akan lebih mungkin dicapai secara lebih baik apabila dilakukan secara bersama-sama. Keberhasilan dalam belajar ini dipengaruhi oleh kemampuan individu siswa dalam menerima dan memberi apa yang telah dipelajari kepada siswa lainnya.

d. Kelompok Bersifat Heterogen

Keanggotaan dalam kelompok harus bersifat heterogen sehingga interaksi kerjasama yang terjadi merupakan akumulasi dari berbagai karakter siswa yang berbeda. Dalam suasana belajar seperti itu akan tumbuh dan berkembang nilai, sikap, moral, bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan dan melatih keterampilan dirinya dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis.

e. Interaksi Sikap dan Perilaku Sosial yang Positif

Dalam interaksi dengan siswa lainnya dalam kelompok tidak begitu saja menerapkan dan memaksakan sikap dan pendiriannya kepada anggota lainnya. Dalam kelompok siswa harus belajar bagaimana meningkatkan kemampuan interaksinya dengan memimpin, berdiskusi, bernegosiasi, dan mengklarifikasi berbagai masalah dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok.

f. Tindak Lanjut


(34)

selanjutnya perlu dianalisis bagaimana penampilan dan hasil kerja siswa dalam kelompok belajarnya. Setiap siswa dalam kelompok harus memperoleh waktu yang cukup untuk belajar dalam mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilannya.

5. Sintaks Pembelajaran Model Kooperatif (http://www.ed.gov).

Terdapat enam langkah utama atau tahapan dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan motivasi siswa belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, selanjutnya siswa dikelompokkan dalam tim-tim belajar. Pada tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama meraka. Fase terakhir dari pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau mengevaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

Ada enam tahapan pada pembelajaran kooperatif. Namun ada sedikit perbedaan pada langkah-langkahnya tergantung dari pendekatan yang dipergunakan dalam proses kegiatan pembelajarannya.

Tabel II.1.

Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Fase-Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar


(35)

Menyajikan Informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Fase 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan

membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 5

Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang

telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil berjanya

Fase 6

Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

6. Manfaat pembelajaraan kooperatif

Widanarto, (2006:17), mengemukakan manfaat pembelajaran kooperatif: a. Meningkatkan kemampuan untuk bekerjasama dan bersosialisasi.

b. Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap dan perilaku selama bekerjasama.

c. Mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri meningkatkan motivasi belajar, harga diri dan sikap perilaku yang positif, sehingga siswa tahu kedudukannya dan belajar untuk menghargai satu sama lain.

d. Meningkatkan prestasi belajar dengan menyelesaikan tugas akademik, sehingga membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.

7. Model pembelajaran kooperatif


(36)

kooperatif sebagai berikut:

a. Student Teams Achievment Division

Merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dimana siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4-5 orang, dan setiap kelompok haruslah heterogen. Guru menyajikan pelajaran sementara siswa bekerja didalam tim untuk memastikan bahwa semua anggota telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian pengajar mengadakan kuis.

b. Teams Games Turnamen (TGT)

Dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan point pada skor tim mereka. Skor tersebut diperoleh dari sumbangan setiap siswa untuk diakumulasikan. Permainan disusun dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan pelajaran yang dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap pelajaran di kelas.

c. Jigsaw

Siswa dibagi berkelompok dengan jumlah anggota 5-6 orang secara heterogen. Setiap anggota kelompok masing-masing ditugaskan untuk membaca sub bab yang berbeda-beda sesuai dengan yang ditugaskan oleh guru dan bertanggung jawab untuk mempelajari bagian yang diberikan itu. Kelompok siswa yang sedang mempelajari sub bab ini disebut sebagai kelompok ahli. Setelah itu para siswa kembali ke kelompok asal mereka dan bergantian mengajarkan kepada teman sekelompoknya tentang hasil


(37)

diskusinya di kelompok ahli. Demikian dilakukan oleh semua anggota kelompok atas kajian di kelompok ahli. Satu-satunya cara siswa dapat belajar sub bab lain selain sub bab yang sudah dipelajari adalah mendengarkan secara sungguh-sungguh terhadap penjelasan teman satu kelompok mereka. Setelah selesai pertemuan dan diskusi di kelompok asal siswa diberikan kuis secara individu tentang materi ajar.

d. Think Pair Share

Tipe ini dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil

(2-6 anggota) dan lebih dicirikan oleh kooperatif daripada individu. TPS ada tiga tahap:

1) Tahap 1: Thinking (berpikir)

Guru memberikan pertanyaan dan siswa memikirkan jawaban secara mandiri untuk beberapa saat.

2) Tahap 2 : Pairing (berpasangan)

Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang dibahas pada tahap 1.

3) Tahap 3 : Sharing (berbagi)

Pada tahap ini guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan.

e. Numbered Head Together


(38)

sejenis dengan Think Pair Share. Sebagai ganti dalam struktur bertanya guru melakukan 4 tahap sebagai berikut:

1) Tahap Penomoran : Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok memilki anggota 3-5 orang. Masing-masing anggota diberi momor 1 sampai 5.

2) Tahap Mengajukan Pertanyaan: Guru mengajukan pertanyaan pada siswa.

3) Tahap Berpikir Bersama : Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan meyakinkan tiap anggota dalam kelompoknya untuk menjawabnya

4) Tahap Menjawab: Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangan dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

B. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw

1. Pengertian Jigsaw

Slavin ( 1995:341) mengungkapkan bahwa model pembelajaran tipe

Jigsaw merupakan suatu bentuk pembelajaran kooperatif yang menekankan pada interpendensi yang tinggi. Model pembelajaran tipe Jigsaw

menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Dalam tipe Jigsaw ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok dengan jumlah 4-6 orang yang mempunyai kemampuan intelektual berbeda. Pelajaran dibagi


(39)

dalam beberapa bagian atau sub bab dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari dan memahami bagian pelajaran tersebut. Semua siswa yang mendapat bagian atau sub bab yang sama belajar bersama dalam sebuah kelompok yang disebut kelompok ahli.

Dalam kelompok ahli siswa berdiskusi dan mengklarifikasi bahan pelajaran dan menyusun rencana bagaimana cara mereka mengajarkannya kepada teman. Jika semua anggota kelompok ahli sudah siap mereka kembali ke kelompok awal untuk mengajarkan hasil diskusi dalam kelompok ahli kepada teman-teman dalam kelompoknya. Cara belajar demikian menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran karena mempunyai tanggung jawab memahami dan membagikan materi yang menjadi bagiannya kepada anggota kelompoknya. Selain itu siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Siswa juga diberikan motivasi untuk selalu mengevaluasi proses pembelajaran yang sudah di laksanakan lewat refleksi.

2. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Menurut Muslimin Ibrahim (dalam Widanarto, 2006;18), Jigsaw

adalah salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Kelompok kooperatif (awal):


(40)

4-6 orang

2) Guru memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi menjadi beberapa sub bab

3) Setiap anggota membaca sub bab yang berbeda, kemudian mempresentasikan/mengajarkan kepada kelompoknya

b. Kelompok Ahli

1) Setiap siswa yang memiliki wacana atau tugas yang sama di kumpulkan dalam satu kelompok.

2) Dalam kelompok ahli setiap siswa ditugaskan untuk belajar bersama menjadi ahli sesuai dengan wacana atau tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

3) Setiap kelompok ahli diberi tanggung jawab untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi yang telah dipahami tersebut kepada kelompok kooperatif

4) Apabila tugas sudah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing siswa kembali ke kelompok kooperatif (awal).

5) Setiap siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil dari tugas kelompok ahli.

6) Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya, secara keseluruhan masing-masing kelompok melaporkan hasilnya dan guru memberi klarifikasi.


(41)

C. Motivasi belajar siswa

Setiap Individu mempunyai situasi internal yang turut berperan dalam aktivitasnya setiap hari. Salah satu situasi internal tersebut adalah motivasi.

1. Pengertian motivasi

Menurut kamus bahasa Indonesia (1991) motivasi diartikan sebagai kekuatan yang menyebabkan individu bertindak atau berbuat.

Motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai daya penggerak dalam diri yang menimbulkan kegiatan belajar dalam diri siswa. Menurut Sudjana, (2009: 61), motivasi belajar yang tinggi terdiri dari beberapa aspek yaitu:

a. Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran,

b. Tidak mudah putus asa atau semangat siswa untuk melaksanakan tugas- tugas,

c. Tanggungjawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas,

d. Reaksi yang ditujukan siswa terhadap stimulus yang diberikan, e. Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan. 2. Jenis-jenis motivasi

Pada dasarnya motivasi dibedakan menjadi 2 jenis yaitu: a. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan memenuhi kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa. Motivasi ini sering di sebut motivasi murni karena timbul dari dalam diri siswa sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar. Misalnya keinginan untuk mendapat


(42)

pengetahuan, keterampilan tertentu, b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi yang di sebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar. Misalnya ijazah, hadiah, nilai.

3. Nilai motivasi dalam pembelajaran

Widanarto, (2006:27) mengungkapkan nilai-nilai motivasi dalam pembelajaran:

a. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya suatu proses pembelajaran.

b. Pembelajaran yang bermotivasi pada hakekatnya adalah pembelajaran yang di sesuaikan dengan kebutuhan, minat, yang ada pada siswa.

c. Pembelajaran yang bermotivasi menuntut kreativitas dan imajinasi guru untuk berusaha sungguh-sungguh mencari cara yang relevan guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa.

D. Hasil belajar

Hasil belajar adalah tingkat kemampuan atau prestasi siswa mengolah materi pelajaran. Menurut Nana Sudjana (2009:22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley (Nana Sudjana 2009:22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Masing-masing hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan


(43)

dalam kurikulum.

Dari ketiga hal tersebut yang paling banyak dipakai/dinilai oleh guru di sekolah adalah pengetahuan dan pengertian karena berkaitan dengan kemampuan para siswa menguasai isi bahan pengajaran. Salah satu hal yang dapat dilihat, dinilai sebagai perubahan pengetahuan dan pengertian siswa adalah kemampuan siswa mengerjakan kuis.

E. PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

1. Pengertian (PTK) penelitian tindakan kelas

Beberapa kutipan yang biasa di pakai untuk mendefinikan penelitian tindakan kelas:

a. Menurut Bogdan dan Biklen (1996), (dalam T. Sarkim, 2008:2) merumuskan penelitian tindakan kelas sebagai suatu aktivitas pengumpulan informasi secara sistematis yang dirancang untuk membawa perubahan. b. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:3) bahwa PTK merupakan gabungan

definisi dari tiga kata “penelitian, tindakan dan kelas”.

1) Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi peneliti untuk meningkatkan suatu mutu atau minat pada suatu bidang tertentu.

2) Tindakan adalah suatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam pelaksanannya berbentuk rangkaian siklus


(44)

kegiatan.

3) Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu sama, tempat sama, menerima pelajaran yang sama, dari seorang guru yang sama.

2. Karakteristik PTK

a. Spesifik dan kontekstual

Fokus penelitian tindakan kelas adalah masalah aktual yang sungguh-sungguh dihadapi dalam pembelajaran yang diselenggarakan.

b. Problem solving

Pemngembangan pembelajaran dalam PTK berorientasi pada pemecahan masalah yang menggunakan siklus-siklus spiral dari identifikasi masalah, analisis masalah, rumusan masalah yang layak untuk ditindaki, rumusan hipotesis yang kemudian diikuti dengan perencanaan dan tindakan.

c. Kolaboratif

Penelitian tindakan kelas melibatkan mereka yang terlibat langsung dalam pembelajaran (guru, dosen, mahasiswa), bersama-sama merencanakan dan melaksanakan penelitian untuk perbaikan pembelajaran.

d. Reflektif

Penelitian tindakan kelas dimulai dari refleksi awal yang bertujuan menyadarkan adanya permasalahan pembelajaran dan menganalisis berbagai kemungkinan penyebanya. Selanjutnya refleksi dilakukan dalam proses pelaksanaan tindakan dan refleksi atas perubahan hasil tindakan. 3. Manfaat PTK (<http://public>. Kompasiana.com)


(45)

a. Membantu guru mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperbaiki mutu pembelajaran

b. Menerapkan teori-teori pembelajaran bermakna di kelas

c. Menghasilkan laporan PTK yang dijadikan bahan panduan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran

d. Mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di ruang kelas 4. Proses Pelaksanaan Penelitian Tindakan kelas

Penelitian tindakan kelas meliputi empat tahap ( Gambar II.1) yakni; a. Perencanaan Tindakan

b. Implementasi tindakan

c. Observasi dan interpretasi, dilanjutkan dengan analisi dan evaluasi d. Refleksi


(46)

Gambar II.1

Model Spiral Kemmis dan Taggart

Keterangan gambar II.1 (Susilo 2006:9-12) 1). Perencanaan tindakan

perencanaan tindakan hendaknya memanfaatkan secara optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari masa lalu dalam kegiatan penelitian sebidang. Penulis menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS siswa

2). Pelaksanaan tindakan

Setelah merencanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian maka langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan rencana tersebut dalam situasi aktual di kelas. Dalam penelitian ini akan menggunakan metode jigsaw sesuai dengan rencana yang telah disusun


(47)

3). Observasi

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Secara umum kegiatan observasi dilaksanakan untuk merekam proses pembelajaran. Dalam hal ini penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

4). Refleksi

Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis, interpretasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang dipeloreh dari pelaksanaan tindakan. Refleksi merupakan bagian yang amat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil perubahan yang terjadi sebagai akibat dari pelaksanaan tindakan.

F. Kerangka berpikir

Berdasarkan landasan teori diatas maka upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat di jelaskan sebagai berikut:

Untuk memotivasi dan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran serta pada saat yang sama meningkatkan hasil belajar dibutuhkan suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan dan waktu yang cukup bagi siswa berinteraksi dalam kelompok untuk mencari dan menggali pengetahuan dari teman kelompok dan dari dirinya sendiri. Dalam pembelajaran kooperatif tipe


(48)

Jigsaw siswa dibagi berkelompok dengan jumlah anggota 4-5 orang secara heterogen. Setiap anggota kelompok masing-masing ditugaskan untuk membaca sub bab yang berbeda-beda sesuai dengan yang ditugaskan oleh guru dan bertanggung jawab untuk mempelajari bagian yang diberikan itu. Kelompok siswa yang sedang mempelajari sub bab ini disebut sebagai kelompok ahli.

Setelah itu para siswa kembali ke kelompok asal mereka dan bergantian mengajarkan kepada teman sekelompoknya tentang hasil diskusinya di kelompok ahli. Demikian dilakukan oleh semua anggota kelompok atas kajian di kelompok ahli. Satu-satunya cara siswa dapat belajar sub bab lain selain sub bab yang sudah dipelajari adalah mendengarkan secara sungguh-sungguh terhadap penjelasan teman satu kelompok mereka. Setelah selesai pertemuan dan diskusi di kelompok asal siswa diberikan kuis secara individu tentang materi ajar.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw belum tuntas jika ada anggota kelompok yang belum memahami materi. Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh seluruh anggota kelompok. Untuk itu semua anggota kelompok dituntut untuk berani bertanya, mengemukakan pendapat, mengklarifikasi dan membantu teman dalam mempelajari dan memahami materi. Dengan demikian besar kemungkinan prestasi belajarpun akan meningkat.

Hasil Penelitian Sejenis yang di lakukan oleh

1. AnastasiaYunita (2007) dalam penelitiannya mengenai model pembelajaran koopetatif tipe Jigsaw dan implikasinya terhadap peningkatan interaksi teman sebaya dalam mata pelajaran matematika di SMP Stella Duce II, menemukan


(49)

bahwa sistem belajar dengan kelompok awal dan kelompok ahli mendorong tumbuhnya rasa tanggungjawab, berkembangnya sikap ketergantungan positif, mendorong peningkatan motivasi belajar, serta peningkatan interaksi antar teman sebaya dan pada saat yang sama meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Sunaryanto (1998: 252-262), dalam penelitiannya bekerja sama dengan 15

guru SD di Victoria-Australia, menemukan bahwa para guru menyadari bahwa pembelajaraan kooperatif melibatkan siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas akademik dan mereka menyadari bahwa ketergantungan positif di antara siswa adalah penting. Dengan bekerja sebagai kelompok maka siswa akan memperoleh hasil yang optimal dari implementasi pembelajaraan kooperatif.


(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang mengkaji dan merefleksikan secara mendalam beberapa aspek dalam kegiatan belajar mengajar yaitu penerapan metode pembelajaran jigsaw oleh guru, interaksi guru-siswa, interaksi antar siswa. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu aktivitas pengumpulan informasi secara sistematis yang dirancang untuk membawa perubahan (Bogdan dan Biklen, 1996:223).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Karitas Ngaglik 2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan : Januari-Februari 2010

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah bagian yang terlibat dalam penelitian dan yang terkait dalam penelitian. Dalam hal ini subyek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Karitas Ngaglik


(51)

2. Objek penelitian

Obyek penelitian adalah semua yang menjadi pokok pembicaraan dalam penelitian. Dalam hal ini yang menjadi pokok pembicaraan adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan motivasi dan hasil pembelajaran IPS.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang menjadi titik perhatian peneliti untuk dipelajari yang kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Motivasi 2. Hasil Belajar

E. Indikator dan Pengukuran

1. Motivasi

Motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai daya penggerak dalam diri yang menimbulkan kegiatan belajar dalam diri siswa. Menurut Sudjana, (2009: 61), motivasi belajar yang tinggi terdiri dari beberapa aspek yaitu:

a. Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran,

b. Tidak mudah putus asa atau semangat siswa untuk melaksanakan tugas-tugas,


(52)

d. Reaksi yang ditujukan siswa terhadap stimulus yang diberikan, e. Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

Berdasarkan hasil observasi di kelas lewat pengamatan langsung dan perekaman video serta wawancara lisan dengan guru mata pelajaran IPS diketahui bahwa siswa-siswi kelas VIII SMP Karitas Ngaglik belum memenuhi kriteria tersebut. Hanya berkisar antar satu-tiga siswa atau 5,55%-16,66% yang memiliki motivasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudjana di atas. Berdasarkan hasil observasi itu, peneliti menentukan target minimal keberhasilan tindakan. Untuk mengukur motivasi, peneliti menggunakan kuesioner tertutup dimana peneliti membagikan lembar penilaian diri sesuai dengan indikator motivasi dengan dua alternatif jawaban. Berikut lima indikator motivasi yang dikemukakan oleh Sudjana dan dikembangkan untuk kepentingan penelitian ini.

Tabel III.1 Kisi-kisi Motivasi

Variabel Indikator Nomor

pertanyaan

Instrumen Minat dan perhatian siswa terhadap

pelajaran

2,3,5,7,10 Lembar Penilaian diri

Semangat melaksanakan tugas 9,15 Lembar Penilaian diri

Tanggungjawab siswa dalam melaksanakan tugas

6,8,14 Lembar Penilaian

diri Rasa senang dan puas dalam

melaksanakan tugas

1,11,12 Lembar Penilaian diri

Motivasi

Reaksi siswa terhadap terhadap stimulus


(53)

Penggolongan motivasi dilakukan dengan menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP II). Kuesioner motivasi terdiri dari 15 item. Jika responden menjawab YA maka skor =1, jika responden menjawab TIDAK skor =0. Dengan demikian skor maksimal 15 dan skor minimal 0. Untuk skor yang ada di atas atau di bawah skor ditentukan sebagai berikut:

Tabel III.2

Penggolongan skor motivasi belajar Rentang Skor Golongan Motivasi Belajar

12,5 - 15 Sangat Termotivasi Sekali

10 - 12,4 Sangat Termotivasi

8 - 9,9 Termotivasi

6 - 7,9 Tidak termotivasi

0 - 5,9 Sangat Tidak termotivasi

Siswa dikatakan termotivasi jika mendapat skor 8 ke atas. Target pencapaian motivasi yang ditetapkan adalah minimal 6 siswa (33,33%), mendapat skor 8 ke atas/termotivasi untuk belajar.

2. Hasil belajar

Dalam penelitian ini, hasil belajar siswa diukur dengan kuis di setiap akhir siklus. Peningkatan hasil belajar dengan membandingkan hasil belajar sebelum pelaksanaan tindakan dan hasil belajar sesudah pelaksanaan tindakan siklus pertama dan siklus kedua. Hasil belajar siswa dikatakan tuntas jika mencapai nilai 6,5 sesuai dengan kriteria ketuntasan minimum yang sudah ditetapkan sekolah.


(54)

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini direncanakan berlangsung dalam dua siklus. Siklus kedua dilaksanakan apabila indikator pencapaian tidak terpenuhi. Berikut ini langkah dalam setiap siklus penelitian.

1. Perencanaan. Dalam langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah merumuskan masalah, menentukan tujuan dan metode penelitian serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan motivasi dan hasil pembelajaran

2. Tindakan, yaitu pelaksanaan rencana tindakan sebagai upaya meningkatkan motivasi dan hasil pembelajaran

3. Observasi, yaitu pengamatan atas hasil atau dampak pelaksanaan tindakan. 4. Refleksi. Pada langkah ini peneliti menganalisis, memaknai dan

menyimpulkan hasil observasi terhadap kegiatan belajar mengajar

Secara operasional penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Siklus pertama

Kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam dua kali pertemuan/tatap muka di kelas. Kegiatan yang dilakukan meliputi:

a. Perencanaan:

Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, yaitu meliputi;


(55)

memetakan para siswa. Data yang digunakan untuk memetakan siswa adalah hasil kuis yang sudah dilakukan sebelumnya. Setelah mengetahui hasil evaluasi siswa, peneliti dan guru merangking siswa dari siswa yang mempunyai nilai tinggi sampai dengan siswa yang mempunyai nilai terendah. Siswa dibagi dalam kelompok secara heterogen berdasarkan tingkat prestasi dan jenis kelamin, yang masing-masing kelompok beranggotakan empat siswa. Beberapa perangkat lain yang disiapkan dalam tahap ini adalah rencana pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, lembar kerja siswa, kuis, lembar observasi.

Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi:

1) Kriteria keberhasilan penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

terhadap motivasi dan hasil belajar siswa berdasarkan pelaksanaan tindakan. Kriteria keberhasilan PTK dapat ditetapkan antara lain dengan menggunakan prinsip belajar tuntas, misalnya 65%. Apabila peningkatan yang diharapkan dalam hal ini motivasi dan hasil belajar tercapai minimal 65%, maka pencapaian tersebut dikatakan memenuhi kriteria.

2) Instrumen penilaian diri tentang motivasi belajar siswa yang memuat ke lima indikator: minat dan perhatian siswa mengikuti pelajaran, tidak mudah putus asa/semangat dalam melaksanakan tugas, tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas, rasa senang dan puas dalam melaksanakan tugas, reaksi siswa terhadap stimulus.


(56)

3) Lembar penilaian kemampuan siswa mengerjakan kuis individu yang dilakukan pada setiap akhir siklus untuk melihat seberapa besar peningkatan yang dialami setiap siswa selama pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

4) Lembar observasi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

5) Lembar observasi aktivitas siswa di kelas selama penerapan proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

b. Tindakan

Pada tahap ini dilaksanakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw sesuai rencana tindakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Guru memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan garis

besar materi yang akan dipelajari dengan melibatkan siswa dalam diskusi kelas.

2) Peneliti dan guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok heterogen beranggotakan empat orang dan membagikan sub bab secara berbeda dalam bentuk kartu kerja (KK) kepada setiap anggota kelompok. Setiap kelompok mendapat empat kartu kerja sesuai dengan jumlah siswa dalam kelompok.

3) Siswa yang memegang kartu kerja (KK)-1, dikumpulkan menjadi kelompok baru. Demikian juga dengan siswa yang memegang KK-2, KK-3, KK-4. Siswa-siswa dalam kelompok baru disebut kelompok


(57)

ahli.

4) Siswa dalam kelompok ahli kembali ke kelompok awal dan membagikan hasil diskusi dalam kelompok ahli kepada anggota kelompok awal.

5) Guru dan siswa mendiskusikan dan mengoreksi hasil diskusi kelompok secara bersama.

6) Guru memberi soal kuis secara tertulis, dan siswa mengerjakannya secara individual.

c. Observasi

Tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan tahap tindakan. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan atas hasil atau dampak pelaksanaan tindakan, yaitu meliputi: penerapan metode pembelajaran, aktivitas siswa dalam kelas dan kelompok, aktivitas guru dalam menerapkan metode pembelajaran tipe jigsaw, serta aktivitas siswa dalam kaitannya dengan indikator motivasi. Pengamatan dilakukan dengan bantuan instrumen observasi dan dilengkapi perekaman dengan video camcorder.

d. Refleksi:

Pada tahap ini dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan hasil observasi terhadap motivasi dan hasil pembelajaran. Ada dua macam refleksi yang dilakukan, yaitu:

1) Refleksi segera pada saat pertemuan berakhir, digunakan untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan


(58)

pemecahannya untuk perbaikan dalam pertemuan berikutnya (penyesuaian rencana pembelajaran dan/atau instrumen yang perlu disempurnakan).

2) Refleksi pada akhir siklus pertama, digunakan untuk mengetahui apakah target yang ditetapkan sesuai indikator keberhasilan tindakan telah tercapai. Secara teknis peneliti melakukan self-reflection dahulu terkait dengan keterampilan kooperatif siswa dalam kegiatan pada masing-masing fase, hasil kegiatan kelompok, hasil kuis dan kaitannya dengan kegiatan kelompok dan kemudian dilakukan refleksi dan diskusi bersama guru untuk penyempurnaan tindakan dalam siklus kedua.

2. Siklus kedua

Kegiatan pada siklus kedua pada dasarnya sama dengan siklus pertama, hanya tindakannya yang berbeda. Tindakan pada siklus kedua ini ditentukan berdasarkan hasil refleksi siklus pertama dan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan/tatap muka.

G. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua macam instrumen yang digunakan yaitu untuk melakukan kegiatan belajar mengajar dan pengumpulan data

1. Instrumen untuk melakukan kegiatan belajar mengajar


(59)

pembelajaran tipe jigsaw. Rencana pelaksanaan pembelajaran ini memuat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dalam rangka implementasi tindakan. (Lampiran 1)

b. Lembar pembagian kelompok

Lembar pembagian kelompok berisi nama-nama anggota kelompok. Dalam melaksanakan PTK siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Dalam penelitian ini siswa dibagi dalam empat kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa. (Lampiran 2)

2. Instrumen untuk mengumpulkan data a. Format daftar nilai siswa kelas VIII

b. Lembar observasi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

c. Lembar penilaian diri tentang motivasi belajar siswa (lampiran 3) d. Lembar observasi aktivitas siswa dalam kelompok

e. Lembar kerja siswa secara individu untuk kuis (Lampiran 4).

H. Pembagian Peran Peneliti dan Guru

Dalam penelitian ini peneliti bekerjasama dengan guru mata pelajaran IPS untuk menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dengan tujuan meningkatkan motivasi dan pada akhirnya dapat pula meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu ada pembagian peran antara guru dengan peneliti. Pembagian peranan peneliti dan guru tampak pada tabel III.3


(60)

Tabel III. 3

Pembagian Peran Peneliti dan Guru

No Kegiatan Output Petugas

1 Penyusunan perangkat

pembelajaran

Rencana pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Peneliti & guru

2 Pemetaan kemampuan

siswa

Kelompok heterogen beranggota 4-5 siswa

Peneliti & guru

3 Penyusunan instrumen

pengumpulan data

Instrumen observasi dan lembar kerja Peneliti

4 Pelajaran IPS dengan

model kooperatif tipe

Jigsaw

Kegiatan diskusi, membagikan hasil diskusi kepada kelompok asal, kuis

Peneliti & guru

5 Observasi kegiatan

belajar mengajar

Aktivitas siswa dalam kelas, Aktivitas guru dalam menerapkan metode pembelajaran

Peneliti

6 Analisis data Motivasi dan hasil belajar siswa Peneliti

7 Refleksi Dampak tindakan pada motivasi dan hasil

belajar siswa

Peneliti

8 Implementasi siklus Tindakan perbaikan dan dampaknya pada

peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa

Guru & peneliti

I. Pengumpulan Dan Analisis Data

1. Pengumpulan data a. Observasi

Observasi digunakan untuk merekam kualitas proses dan hasil belajar siswa berdasarkan instrumen observasi dan penggunaan alat perekam

video camcorder.

b. Wawancara digunakan untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara lisan dengan guru maupun siswa.


(61)

2. Analisis Data

a. Analisis Deskriptif

Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan pemaparan data/informasi tentang suatu gejala yang diamati selama proses pembelajaran berlangsung dalam bentuk paparan naratif maupun tabel.

b. Analisis Tingkat Motivasi dan Hasil Belajar Siswa

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk mengetahui motivasi dan hasil belajar siswa. Peningkatan motivasi dan hasil belajar dilakukan dengan membandingkan motivasi dan hasil belajar siswa sebelum implementasi tindakan dengan motivasi dan hasil belajar sesudah implementasi tindakan siklus pertama dan kedua.


(62)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Berdirinya SMP Karitas Ngaglik

SMP Karitas Ngaglik berdiri pada tanggal 1 Januari 1968 dengan SK. No. 02 a/B.6/JKB/68 yang ditetapkan di purworedjo oleh F.S Wirjotaruna sebagai Ketua Yayasan Karya Bakti No. 051/KB/59/III/1968 pada tanggal 25 Maret 1968. Sekolah Karitas dikelola oleh para Bruder Karitas dibawah naungan Yayasan Karya Bakti Yogyakarta. Oleh karena dikelola para Bruder Karitas maka penyelenggaraan pendidikan sejalan dengan pandangan hidup para Bruder Karitas yaitu cinta kasih kepada Tuhan dan sesama.

B. Visi dan Misi Sekolah

1. Visi

Visi SMP Karitas adalah membentuk peserta didik dalam proses pendewasaan diri untuk mampu mengolah dan mengembangakn potensi diri yang lebih berkualitas dalam menanggapi perkembangan zaman berdasarkan cinta kasih kepada Tuhan dan sesama.

2. Misi

Misi SMP Karitas adalah mendampingi proses pembentukan diri peserta didik dalam mengoptimalkan aspek intelektualitas, humanitas, religiositas dan sosialitas melalui penyelarasan kurikulum sekolah dengan tingkat perkembangan peserta didik dan masyarakat.


(63)

Perkembangan SMP Karitas tak lepas dari kepedulian dan kerja keras para pendahulu dan generasi penerusnya. Berikut nama-nama kepala sekolah yang pernah memimpin SMP Karitas :

Tahun 1968-1973 Br. Hugon, FC Tahun 1973-1978 Br. Paulus FC

Tahun 1978-1979 Theresia Gunarti B. A Tahun 1979-1988 Br. Paulus, FC Tahun 1988-1992 Supandiyono B.A

Tahun 1992-1996 Ig Ngadiman B.A Tahun 1996-2000 Br. Ferdinandus, FC Tahun 2000-2003 Theresia Gunarti S. P.d Tahun 2003-2005 Br. Eduardus S. Utomo, FC Tahun 2005-2009 Dra. Ch. Tuti Rahayu

Tahun 2009-Sekarang Aluysius Riwi Widakdo S.Pd

C. Sistem Pendidikan Satuan Pendidikan SMP Karitas Ngaglik Sleman

Sistem pendidikan di SMP Karitas mengacu pada undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:

1. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar

2. Pendidikan menegah berbentuk sekolah menengah pertama (SMP), Mandrasah, Tsanawiyah (MTS), atau bentuk lain yang sederajat.


(64)

Menegah Pertama (SMP).

Selain itu sistem pendidikan di SMP Karitas juga mangacu pada delapan Standardisasi pendidikan dalam UU tersebut yaitu:

a. Standar Kompetensi Lulusan b. Standar Isi

c. Standar Proses

d. Standar Pendididk dan Kependidikan e. Standar Sarana dan Prasarana

f. Standar Pengelolaan g. Standar Pembiayaan h. Standar Penilaian

D. Kurikulum Satuan Pendidikan SMP Karitas Ngaglik Sleman

Struktur Kurikulum SMP Karitas Ngaglik adalah sebagai berikut : 1. Mata Pelajaran

Muatan mata pelajaran yang diberikan di SMP Karitas Ngaglik Sleman Yogyakarta sesuai dengan struktur kurikulum yang terdapat dalam Standar Isi.


(65)

Komponen Alokasi Waktu Kelas

Mata Pelajaran VII VIII IX

1. Pendidikan Agama/Religiusitas 2 2 2 2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 3. Bahasa Indonesia 6 6 6 4. Bahasa Inggris 5 5 5

5. Matematika 6 6 6

6. IPA 6 6 6

7. IPS 5 5 5

8. Jasa pembukuan 2 2 2

9. Seni Rupa 1 1 1

10. Seni Suara 1 1 1

11. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

2 2 2

12. Bahasa Jawa 2 2 2

13. Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2 2

2. Kegiatan Pengembangan Diri/Layanan BK/Ekstrakurikuler

Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi SMP Karitas Ngaglik Sleman

Jenis pengembangan diri : a. Musik/Orkestra b. Volley

c. Bimbingan dan Konseling d. Pramuka

e. Bahasa Inggris f. Tari/Modern Dance


(66)

Segala aktivitas peserta didik berkenaan dengan kegiatan Pengembangan diri dibawah pembinaan dan pengawasan guru pembina yang telah ditugasi oleh Kepala Sekolah.

E. Organisasi Sekolah Satuan Pendidikan SMP Karitas Ngaglik Yogyakarta

1. Struktur Organisasi Sekolah

SMP Karitas Ngaglik Yogyakarta bernaung di bawah Yayasan Karya Bakti yang dikelola oleh para Bruder Karitas. Sekolah ini memiliki personil yang cukup mendukung, seperti karyawan dan guru yang profesional dalam bidangnya. SMP Karitas Ngaglik Yogyakarta dari segi organisatorik yang bernaung di bawah Yayasan Karya Bakti secara struktur tampak dari satu orang kepala sekolah, kepala tata usaha, dan empat orang wakil kepala sekolah. Selain itu, guru-guru wali kelas turut berperan aktif sehingga semua aturan sekolah dapat terwujud dengan baik.


(67)

STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA SMP KARITAS NGAGLIK

KOMITE SEKOLAH

KEPALA SEKOLAH

URUSAN TATA USAHA

WAKASEK SARANA PRASARANA WAKASEK

KESISWAAN

WAKASEK KURIKULUM

GURU MATA PELAJARAN WALI KELAS

VIII WALI KELAS

VII

WALI KELAS IX

GURU PEMBIMBING

WAKASEK HUMAS


(68)

2. Wewenang dan Tanggung jawab Masing-masing Unsur a. Kepala Sekolah

Kepala Sekolah : Aluysius Riwi Widakdo, S.Pd

Kepala sekolah mengemban tugas menyusun perencanaan, mengorganisasi, mengarahkan, mengkoordinasi, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pendidikan di sekolah dengan perincian sebagai berikut:

1). Mengatur Proses Belajar Mengajar

a). Program tahunan, semester, berdasarkan kalender pendidikan b). Jadwal pelajaran per tahunan, per semesteran, termasuk

penetapan jenis mata pelajaran/bidang studi pengembangan/pengajaran/keterampilam dan pembagian tugas

c). Program satuan pelajaran satuan dan praktek berdasarkan buku kurikulum.

d). Pelaksanaan jadwal satuan pelajaran menurut alokasi waktu yang telah ditentukan berdasarkan kalender pendidikan

e). Pelaksanaan ulangan/tes/hasil kenaikan kelas dan ujian kelulusan.

f). Penyusunan norma penilaian g). Penetapan kenaikan kelas 2). Laporan kemajuan hasil belajar siswa


(69)

3). Penetapan dalam peningkatan proses belajar mengajar a). Mengatur administrasi kantor

b). Mengatur administrasi siswa c). Mengatur administrasi pegawai d). Mengatur administrasi perlengkapan e). Mengatur administrasi keuangan f). Mengatur administrasi perpustakaan g). Mengatur hubungan dengan masyarakat b. Wakil Kepala Sekolah

1) Urusan Kesiswaan

Kesiswaan merupakan salah satu bidang pelayanan akademis, yang bertugas menangani atau mengatur semua hal yang berkaitan dengan siswa dalam mengikuti pembelajaran di sekolah dengan tujuan terciptanya situasi pembelajaran yang tertib, teratur dan aman. Disamping mengatur siswa dalam kegiatan belajarnya, urusan kesiswaan juga bertugas membangun sikap mental yang baik pada diri anak didik, melalui pembinaan kedisiplinan.

Tugas Wakasek Kesiswaan juga berkaitan erat dengan urusan lain seperti urusan Ekstrakurikuler, Bimbingan Konseling, urusan Kurikulum, Wali kelas, dan lain sebagainya sehingga diharapkan semuanya berjalan secara sinergi demi tercapainya tujuan pembelajaran.


(70)

2) Urusan Kurikulum

Tugas-tugasnya adalah sebagai berikut:

a). Menyusun program pembelajaran, pembagian tugas guru, jadwal pelajaran, jadwal evaluasi belajar, pelaksanaan UAS/UN, kriteria persyaratan naik kelas atau lulus / tidak lulus dan laporan pengajaran secara berkala.

b). Mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusunan program pelajaran, menyediakan daftar buku acuan guru dan siswa serta menyusun laporan secara berkala.

3) Urusan Sarana Prasarana

Wakil kepala sekolah urusan sarana dan prasarana mempunyai tugas membantu kepala sekolah dalam hal sebagai berikut:

a). Urusan inventarisasi sarana dan prasarana b). Pendayagunaan sarana dan prasarana c). Urusan pemeliharaan sarana dan prasarana d). Urusan perpustakaan

e). Urusan laboratorium komputer dan mengetik, laboratorium bahasa, fisika, kimia, biologi.

4) Urusan Hubungan Masyarakat

Tugas urusan Humas adalah sebagai berikut:

a). Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan masyarakat, orangtua/wali siswa


(71)

b). Urusan piket guru

c). Membina hubungan sekolah dengan POMG

d). Membimbing para siswa dalam kegiatan sosial pada hari nasional dan hari besar agama serta mengkoordinasi pengumpulan dan penyerahan dana kepada yang berhak menerima.

e). Menyusun laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara berkala.

5) Urusan Bimbingan dan Penyuluhan

Tugas wakasek bimbingan dan penyuluhan adalah;

a). Mendampingi dan membimbing para siswa yang mengalami masalah tertentu

b). Memberikan informasi penting kepada para siswa melalui penyuluhan dengan tujuan meningkatkan budi pekerti dan kualitas moral para siswa yang meliputii bahaya narkoba, menjaga hubungan seks yang aman, dll.

c. Dewan Guru

Guru selaku pelaksana pembelajaran mengemban tugas membuat program pembelajaran, membuat satuan pembelajaran, melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, meneliti daftar hadir siswa, membuat catatan kemajuan siswa, dan mengelola kelas.


(72)

F. Sumber Daya Manusia Satuan Pendidikan SMP Karitas Ngaglik

Sumber daya manusia di SMP Karitas Ngaglik Sleman tahun ajaran 2009/2010 saat ini berjumlah 13 orang, yang terdiri dari seorang Kepala Sekolah, 8 orang guru dan 4 orang karyawan, dengan rincian sebagai berikut:

No. Nama Jabatan (Mengajar Mata

Pelajaran)

1. Aluysius Riwi Widakdo, S.P.d Kepala Sekolah (Matematika) 2. Dra. Ch Tuti Rahayu Guru (Ekonomi)

( Penjas Orkes) ( Pkn)

( Jasa Pembukuan) 3. C. Poncowati, S.Si Guru (IPA)

4. Drs. Yacobus Agus Budiyanto Guru (IPS) (Seni Rupa)

5. Fransisca Sri Yuanti, S.Pd Guru (Bahasa Indonesia) ( Bahasa Jawa) 6. Cosmas Lanang Guru (Religiositas)

( Seni Suara) 7. F.x. Sudarto Guru (TIK)

8. Agustinus Iswantoro, S.Pd Guru (Matematika) 9. Ignatia Supriatustuti, S.Pd Guru (IPA)

10. Antonius Mardiyono Ka. TU

11. Martinus Lugiana Bendahara Humas 12. Ch Retno Wulandari Bendahara


(73)

G. Siswa SMP Karitas Ngaglik

Siswa SMP Karitas Ngaglik berjumlah 53 orang. Sekolah ini hanya memiliki 3 kelas. Perincian jumlah tersebut berdasarkan kelas adalah sebagai berikut :

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

VII 6 11 17

VIII 11 7 18

IX 10 8 18

TOTAL 27 26 53

Kondisi perekonomian keluarga siswa-siswi SMP Karitas Ngaglik Sleman sebagian besar berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah.

H. Kondisi Fisik dan Lingkungan Satuan Pendidikan SMP Karitas Ngaglik Sleman

1. Lingkungan Sekolah

SMP Karitas beralamat di Jl. Monjali, Nandan, Sariharjo, Ngaglik No.68 Sleman Yogyakarta. SMP Karitas satu lokasi dengan TK dan SD yang juga dikelola oleh para Bruder Karitas. Jarak antara sekolah dan jalan raya kurang lebih 100 meter sehingga tidak terganggu oleh kebisingan lalu lintas. Bangunan merupakan bangunan yang permanen dengan halaman yang kurang begitu luas namun dipergunakan untuk upacara bendera dan kegiatan lainnya. Keamanan bangunan sekolah ini cukup terjamin dengan adanya pagar sekolah yang kokoh.


(74)

2. Keadaan sekolah

Dalam proses belajar mengajar SMP Karitas Ngaglik Sleman memiliki sarana dan prasarana pendukung antara lain :

3 Ruang kelas 1 Ruang Pertemuan

1 Ruang Kantor Kepala Sekolah 1 Ruang Kantor TU

1 Ruang Perpustakaan 1 Ruang tamu

1 Ruang Laboratorium IPA 1 Ruang Laboratorium Bahasa 1 Ruang Laboratorium Komputer 1 Ruang Guru

1 Ruang Musik dan Karawitan 3 Toilet ( guru, putra-putri)

Secara keseluruhan, lingkungan fisik SMP Karitas Ngaglik sudah cukup mendukung dan memadai sebagai tempat yang digunakan untuk menimba ilmu pengetahuan demi masa depan anak-anak bangsa. Di samping itu tidak terlalu bising, karena jarak yang lumayan jauh dari jalan umum.


(75)

BAB V

HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Observasi

Penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw ini dilaksanakan di kelas VIII SMP Karitas Ngaglik dengan jumlah siswa 18 orang. Sebelum dilaksanakan penelitian ini, peneliti telah melakukan observasi dan wawancara lisan dengan guru mata pelajaran IPS dan beberapa orang siswa untuk mengetahui motivasi belajar, kondisi dan situasi kelas selama proses belajar mengajar berlangsung yang selanjutnya dijadikan sebagai landasan dalam merencanakan dan melaksanakan tindakan.

1. Sebelum Implementasi Tindakan

a. Motivasi Belajar

Kondisi awal siswa tentang motivasi dipaparkan berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPS sebelum pelaksanaan rencana tindakan. Berdasarkan hasil observasi tampak bahwa selama proses belajar mengajar berlangsung pada umumnya siswa kurang aktif, sibuk dengan diri sendiri, berbicara dengan teman sebangku maupun teman yang ada di depan dan di belakanganya bahkan ribut dan bernyanyi-nyanyi kecil ketika guru sedang mengajar. Tidak terlihat adanya inisiatif dari para siswa untuk bertanya kepada guru bahkan kalau pun mereka tidak mendengar dengan jelas apa yang baru saja


(76)

disampaikan oleh guru. Hanya sekitar satu-tiga siswa (16,66%) yang tampak memperhatikan dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Empat orang tampak sibuk mengipas dengan buku, dua orang bernyanyi-nyanyi kecil, tiga orang tidur-tiduran. Siswa yang duduk disebelah kiri dan kanan guru yang jumlahnya sekitar delapan orang sibuk berbicara dengan teman sebangku maupun teman yang duduk di depan dan di belakangnya. Bahkan ada yang ketika guru sedang menulis berjalan kedepan untuk mengganggu temannya. Menurut guru mata pelajaran IPS motivasi belajar siswa sangat kurang.

b. Hasil Belajar

Kondisi awal hasil belajar siswa sebelum implementasi tindakan disajikan dalam bentuk tabel berikut:

Tabel V.1

Hasil belajar Siswa Sebelum Implementasi Tindakan Tahun ajaran 2008/2009

No Nama Siswa Kondisi Awal

1 Antonius Fajar Dwi Nugroho 6 2 Bonifasius Bryan Ofens 6 3 Chatarina Linggit W. P 7

4 Christian Santoso 6

5 Dessyana Yohana S.M 6 6 Erik Mahardika Putra Kusuma 4 7 Gabriela Janet Justisia 7 8 Gabriella Dorida Isti Wardini -

9 Jaler Panuntun 3,5

10 Karen Debora Natalia 7 11 Kevin geovani Resa - 12 Kukuh Seno Prasetyo 6,5

13 Laurant Christian 6

14 Maria Rika Karolina 9

15 Vagusdhammajati 7

16 Yohanes Anang Nugroho 4,5

17 Aprilia Prastiwi -


(77)

KKM yang ditetapkan adalah 6,5 dan kriteria keberhasilan PTK 65%. Apabila jumlah siswa yang mendapat nilai 6,5 tercapai minimal 65%, maka pencapaian tersebut dikatakan memenuhi kriteria dan tuntas. Berdasarkan data hasil belajar siswa pada kondisi awal sebelum implementasi tindakan pada tabel di atas tampak bahwa jumlah siswa yang hasil belajarnya sudah mencapai KKM sebanyak 6 siswa (33,33%) dan jumlah siswa yang hasil belajarnya belum mencapai KKM sebanyak 12 siswa (66,66%). Karena jumlah siswa yang mencapai KKM lebih kecil dari 65% maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa rendah dan belum tuntas.

2. Proses Implementasi Tindakan a. Siklus Pertama

1). Perencanaan

Sebelum melakukan tindakan, peneliti mempersiapkan semua hal yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung. Hal yang perlu di persiapkan seperti; Rencana Pembelajaran (RPP), Kartu Kerja (KK), soal kuis, lembar kerja siswa untuk kuis (LKS), lembar pembagian kelompok, lembar pengamatan aktivitas siswa, lembar pengamatan guru dalam menerapkan model pembelajaran jigsaw, membuat tanda pengenal untuk siswa, mempersiapkan alat perekam.

Kemudian peneliti bersama guru melakukan pemetaan berdasarkan jenis kelamin dan hasil belajar siswa sebelum


(78)

implementasi tindakan. Pemetaan bertujuan untuk membagi siswa dalam kelompok yang heterogen berdasarkan jenis kelamin dan hasil belajar sehingga setiap anggota kelompok saling membantu dan melengkapi satu sama lain.

Jumlah siswa pada kelas VIII SMP karitas Ngaglik sebanyak 18 orang, maka peneliti membagi kelas menjadi empat kelompok yang beranggotakan 4-5 orang. Kelompok satu dan empat beranggotakan lima orang sedangkan kelompok dua dan tiga beranggotakan empat orang. Pembagian kelompok tersebut didasarkan tingkat keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung di kelas dan hasil belajar sebelum implementasi tindakan. Masing-masing kelompok beranggotakan siswa yang heterogen, baik dari prestasi (tinggi, sedang dan rendah) dan dari jenis kelamin.

2). Tindakan

a). Pertemuan pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari kamis tanggal 16 Januari 2010 dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Jumlah siswa yang hadir 18 orang. Kegiatan yang dilaksanakan selama pertemuan pertama adalah sebagai berikut:

(1). Perkenalan dan pembagian kelompok


(79)

diri, menjelaskan secara singkat tentang model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Guru memulai pelajaran dengan menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dan rencana kegiatan selama proses belajar mengajar berlangsung. Guru juga menjelaskan lagi tentang model pembelajaran bahwa siswa akan dibagi dalam 4 kelompok.

Untuk membedakan kelompok awal dengan kelompok ahli, maka kelompok awal diberi nama bunga. Kelompok satu diberi nama mawar, kelompok dua melati, kelompok tiga rose, kelompok empat aster. Sedangkan kelompok ahli sesuai dengan nomor kartu kerja yakni 1, 2, 3, dan 4. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa. Tiap anak dalam kelompok mendapat kartu kerja (KK) yang berbeda sehingga setiap kelompok mendapat empat KK. Siswa yang mendapat KK sama berkumpul menjadi satu kelompok yang dinamakan kelompok ahli.

(2). Diskusi dalam kelompok ahli

Siswa yang mendapat kartu kerja sama berkumpul dan mulai belajar dalam kelompok. Selama di kelompok suasana kelas tenang. Masing-masing siswa membaca kartu kerja, membahas soal yang ada dalam kartu kerja dan secara bergilir menjelaskan kepada temannya tentang materi yang


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar siswa atara model pembelajaran NHT (numbered head together) dengan stad (student team achievment division pada konsep laju reaksi)

3 10 173

Pengaruh penerapan model cooperative learning tipe stad terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid (quasi eksperimen di MAN 2 Kota Bogor)

4 38 126

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada pelajaran IPS kelas IV dalam materi sumber daya alam di MI Annuriyah Depok

0 21 128

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Melalui Tipe Tgt (Teams Games Tournaments) Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 13 Surakarta Tahun Pelaja

0 0 18

penelitian tindakan kelas untuk smp kata pengantar

0 1 37

penelitian tindakan kelas untuk smp kata pengantar 2

0 0 64

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA PEN

0 1 11

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBERED HEADS TOGHETHER SISWA KELAS VIII SMP N 1 ALIAN

0 0 8

Upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS melalui penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw : studi kasus siswa kelas VIII SMP Karitas Ngaglik - USD Repository

0 1 146