24
4 Save Concentration SC Konsentrasi tertinggi yang paling aman bagi biota akuatik
5 Maximum Allowable Toxicant Concentration MATC Konsentrasi tertinggi yang diperbolehkan ada di perairan yang tidak akan
menyebabkan bahaya apapun bagi organisme akuatik APHA 1979; Effendi 1993.
Dari harga LC
50
sangat tinggi : 1 mgL
, selanjutnya potensi ketoksikan akut senyawa uji dapat digolongkan menjadi :
tinggi : 1 -50 mgL
sedang : 50 – 500 mgL
sedikit toksik : 500 – 5000 mgL
hampir tidak toksik : 5 – 15 gL
relatif tidak berbahaya : 15 gL, Balazs 1970
2.11 Kualitas Air
Kelarutan logam dalam air dikontrol oleh pH air. Kenaikan pH menurunkan kelarutan logam dalam air, karena kenaikan pH mengubah kestabilan dari bentuk
karbonat menjadi hidroksida yang membentuk ikatan dengan partikel pada badan air, sehingga akan mengendap membentuk lumpur Palar 2004. Menurut
Swingle 1969 diacu dalam Boyd 1984, akibat variasi pH pada ikan di kolam adalah pada pH 6,5- 9 pertumbuhan baik, pada 4-6,5 atau 9-11 ikan tumbuh
lambat, dan pada pH 4 atau 11 ikan akan mati. Selanjutnya dikatakan bahwa paling tinggi perairan alami memiliki nilai pH 6,5-9,0 Swingle 1969, diacu dalam
Boyd 1984. Parameter kualitas air yang secara signifikan sangat berpengaruh terhadap
akumulasi logam berat di perairan adalah: pH, suhu, dan kandungan oksigen Kurniastuty et al. 2008. Penurunan pH akan menyebabkan tingkat bioakumulasi
semakin besar Sorense 1991; NOAA 2000, diacu dalam Kurniastuty et al. 2008. Odum 1971 menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air laut akan
bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Kandungan oksigen terlarut DO minimum adalah 2 ppm
dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun toxit,
25
Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme Swingle 1968. Bila DO 1 mgL ikan mati jika lama pemaparan
selama beberapa jam, 1,00-5,00 mgL ikan hidup tetapi reproduksi rendah dan pertumbuhan lambat jika pemaparan kontinyu, 5 mgL reproduksi dan
pertumbuhan normal Swingle 1969, diacu dalam Boyd 1984. Tingkat kesadahan 0,00-75,00 mgL lunak, 75,00-150,00 mgL sedang,
150,00-300,00 mgL sadah, dan 300,00 mgL sangat sadah Sawyer dan Mc Carty 1967, diacu dalam Boyd 1984.
Kenaikan suhu air dan penurunan pH akan mengurangi absorpsi senyawa logam berat pada partikulat. Suhu air yang lebih dingin akan meningkatkan
absorpsi logam berat ke partikulat untuk mengendap di dasar. Sementara saat suhu air naik, senyawa logam berat akan melarut di air karena penurunan laju adsorpsi
ke dalam partikulat. Logam yang memiliki kelarutan yang kecil akan ditemukan di permukaan air selanjutnya dengan perpindahan dan waktu tertentu akan
mengendap hingga ke dasar, artinya logam tersebut hanya akan berada di dekat permukaan air dalam waktu yang sesaat saja untuk kemudian mengendap lagi. Hal
ini ditentukan antara lain oleh massa jenis air, viskositas air, temperatur air, arus serta faktor-faktor lainnya Palar 2004.
Daya larut logam berat dapat menjadi lebih tinggi atau lebih rendah tergantung pada kondisi lingkungan perairan. Pada daerah yang kekurangan
oksigen, misalnya akibat kontaminasi bahan-bahan organik, daya larut logam berat akan menjadi lebih rendah dan mudah mengendap Lawrence 2003.
Suhu air yang optimum untuk mendukung pertumbuhan ikan nila berkisar antara 25-30
o
C, sedangkan pH optimal adalah 6,5-8,5, namun masih dapat hidup pada kisaran pH 4-12 Bardach dan lelono, 1986 diacu dalam Haryono et al.
2001. Hal ini diperkuat pula oleh Anonim 2011 bahwa suhu air yang disarankan untuk nila adalah 28-30
o
C 82-86
o
F. Tingkat pertumbuhan akan menurun secara dramatis jika air dingin sampai 20
o
C 50
o
F dan ikan biasanya akan mulai mati di sekitar 10
o
C 50
o
F. Juga penting untuk diingat bahwa air dingin akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh ikan dan membuatnya lebih
rentan terhadap kesehatan yang buruk sehingga suhu air di bawah 13 ˚C 55 ˚F
tidak pernah dianjurkan. Kebutuhan oksigen pada ikan bervariasi bergantung
26
pada spesies, kondisi lingkungan yang ada dan aktivitas ikan Pescod 1973. Selanjutnya dikatakan bahwa kadar oksigen terlarut yang layak bagi kehidupan
ikan tidak boleh kurang dari 2 ppm dengan asumsi tidak ada bahan-bahan toksik yang masuk. Kisaran oksigen terlarut yang layak untuk kehidupan biota air tawar
menurut EPA 1991 adalah tidak boleh kurang dari 4,0 ppm, sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 1990 persyaratan kandungan oksigen yang
minimum untuk perikanan adalah tidak boleh kurang dari 3,0 ppm.
27
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Maret 2010. Lokasi pelaksanaan penelitian yaitu: Laboratorium Lingkungan
Departemen Budidaya Perairan, Laboratorium Kesehatan Ikan Departemen Budidaya Perairan, dan Laboratorium Pengujian Departemen Teknologi Industri
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas:
3.2.1 Bahan dan Ikan Uji
Bahan kimia yang digunakan adalah nikel klorida NiCl
2
3.2.2 Media
. Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan nila GIFT Oreochromis niloticus
dengan bobot 13 – 15 gramekor sebanyak 510 ekor. Ikan tersebut digunakan dalam tahap uji nilai kisaran sebanyak 180 ekor, tahap uji toksisitas akut sebanyak
150 ekor, dan tahap uji sub kronik sebanyak 180 ekor.
Media uji yang digunakan adalah air tawar yang berasal dari bak air tawar Laboratorium Lingkungan Akuakultur Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan Institut Pertanian Bogor, yang berkesadahan lunak rata-rata 57,66 mgL.
3.2.3 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah blower, aerator, termometer, selang plastik, timbangan elektrik, DO meter, dan pH meter. Alat-
alat yang digunakan untuk pembuatan preparat histologi antara lain: seperangkat alat bedah disecting unit, inkubator, timer, kotak preparat, object glass, cover
glass , botol sampel, peralatan gelas, baskom plastik, hotplate, mikroskop cahaya,
mikroskop binokuler serta seperangkat peralatan fotomikroskop merek Olympus model PM-10 AD.