Toksisitas Logam Berat Nikel

11 tidak beraturan dan hilangnya keseimbangan pada Tilapia mossambica Ghatak dan Konar 1990.

2.4 Toksisitas Logam Berat Nikel

Ketoksikan nikel pada kehidupan akuatik bergantung pada spesies, pH, kesadahan dan faktor lingkungan lain Blaylock dan Frank 1979. Peningkatan pH dan kesadahan air serta konsentrasi bahan toksik memberikan pengaruh signifikan terhadap konsentrasi LC- 50 Nikel termasuk unsur yang memiliki toksisitas rendah. Toksisitas nikel LC ikan. Setelah 72 jam, ikan yang hidup di dalam konsentrasi nikel 8,0 – 12,0 ppm menyebabkan kulit akan rusak dan tubuh luka-luka sebagai indikasi dari tekanan pH Isaac 2009. Menurut Nebeker et al. 1985, nikel dinyatakan sebagai logam beracun sedang untuk ikan dan hewan invertebrata ketika konsentrasinya lebih tinggi dibandingkan logam yang lain. 50 terhadap Lemna minor adalah 0,45 mgliter, Nilai LC- 50 Dampak limbah pertambangan nikel Ni yang mengandung Cu, nolin, dan garson dapat menyebabkan penurunan daya hidup dan depresi tingkat hormon testosteron ikan creek chub dan pearl dace. Kemampuan hidup berkurang dari 60 pada limbah yang mengandung Cu dan garson, juga terjadi penurunan bobot badan. Effluent pertambangan nikel juga banyak mengandung nikel, rubidium, strontium, lithium, selenium yang dapat berakumulasi dalam jaringan ikan Dube et al. 2005, diacu dalam Jalius 2008. nikel terhadap Daphnia magna adalah 19,5 mgloter, terhadap beberapa jenis ikan air tawar dan ikan air laut berkisar antara 1 – 100 mgliter. Bersama-sama dengan Cu dan Zn, nikel memiliki sifat aditif Moore 1991, diacu dalam Effendi 2003. Nikel merupakan logam berat non essensial yang dapat menyebabkan toksik bagi mahluk hidup. Meski racun ini bersifat kumulatif, artinya sifat racun akan timbul apabila terakumulasi dalam jumlah yang cukup besar dalam tubuh mahluk hidup. Ketoksikan nikel pada organisme akuatik bergantung pada kesadahan, pH dan kandungan bahan organik, seperti parameter monitor lingkungan lainnya Sanusi 2009. Pada pH 9, nikel di perairan bersifat sebagai kation bebas Effendi 2003. Chapman et al. 1980 melaporkan ketoksikan nikel akut itu pada Daphnia makin berkurang dengan meningkatnya kesadahaan. Kematian 12 organisme khususnya ikan akibat logam berat dapat terjadi karena bereaksinya kation logam berat dengan oksigen dan fraksi tertentu dari lendir sehingga menyebabkan insang diselimuti gumpalan lendir logam berat. Oksigen merupakan komponen yang utama bagi pernapasan, metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan serta untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik Anonim 1985. Nikel Ni mempunyai dampak negatif bagi kesehatan terutama jika kadarnya sudah melebihi ambang batas. Walaupun pada konsentrasi rendah, efek ion logam berat dapat berpengaruh langsung hingga terakumulasi pada rantai makanan. Seperti halnya sumber-sumber polusi lingkungan lainnya, logam berat tersebut dapat ditransfer dalam jangkuan yang sangat jauh di lingkungan Hapsari 2008. Nikel dalam jumlah kecil dibutuhkan oleh tubuh, tetapi bila terdapat dalam jumlah yang terlalu tinggi dapat berbahaya untuk kesehatan manusia, yaitu : menyebabkan kanker paru-paru, kanker hidung, kanker pangkal tenggorokan dan kanker prostat, merusak fungsi ginjal, menyebabkan kehilangan keseimbangan, menyebabkan kegagalan respirasi, kelahiran cacat, menyebabkan penyakit asma dan bronkitis kronis serta merusak hati. Nikel terdapat di dalam air sebagai Ni 2+ dan kadang-kadang sebagai NiCO 3 . Kadar nikel di perairan tawar alami adalah 0,1-0,3 ppb, sedangkan pada perairan laut berkisar antara 0,5 – 2 ppb Lawrence 2003. Fitoplankton mengandung 1-10 ppb nikel, alga air tawar dan air asin mengandung 0,2 - 84 ppb nikel, lobsters mengandung 0,14-60 ppb nikel, moluska 0,1-850 ppb, dan ikan antara 0,1 dan 11 ppb Conard 2005. Garam-garam nikel misalnya nikel amonium sulfat, nikel nitrat, dan nikel klorida bersifat larut dalam air. Pada kondisi aerob dan pH 9, nikel membentuk senyawa kompleks dengan hidroksida, karbonat, dan sulfat dan selanjutnya mengalami presipitasi. Demikian juga pada kondisi anaerob, nikel bersifat tidak larut Moore 1990, diacu dalam Effendi 2003. Di muara sungai, nikel menunjukkan konsentrasi yang semakin meningkat dengan peningkatan kekeruhan. Peningkatan konsentrasi nikel terlarut pada tingkat kekeruhan yang tinggi terjadi karena proses desorpsi dari partikel-partikel yang ada di muara sungai dan proses resuspensi. 13 Gerberding 2005 melaporkan bahwa dalam konsentrasi tinggi nikel di tanah berpasir merusak tanaman dan di permukaan air dapat mengurangi tingkat pertumbuhan alga. Lebih lanjut dikatakan bahwa nikel juga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme, tetapi mereka biasanya mengembangkan perlawanan terhadap nikel setelah beberapa saat. Ketoksikan nikel pada kehidupan akuatik bergantung pada spesies, pH, kesadahan dan faktor lingkungan lain Blaylock dan Frank 1979. Beberapa faktor-faktor telah dihubungkan dengan tingkah laku abnormal pada ikan lele akibat toksisitas logam berat Ni, termasuk kerusakan saraf karena terganggunya transmisi antara sistem saraf dan berbagai lokasi-lokasi efektor, kelumpuhan dan gangguan sistem pernapasan karena kelainan fungsi enzim tubuh, dan penyalahgunaan energi yang mengakibatkan penghabisan energi Isaac 2009. Nilai LC 50 nikel terhadap beberapa jenis ikan air tawar dan ikan air laut berkisar 1 – 100 mgliter. Peningkatan pH dan kesadahan air serta konsentrasi bahan toksik memberikan pengaruh signifikan terhadap konsentarasi LC 50 Tabel 1. Sifat toksisitas nikel pada beberapa jenis ikan ikan. Setelah 72 jam, ikan yang hidup di dalam konsentrasi nikel 8,0-12,0 ppm menyebabkan kulit akan rusak dan tubuh luka-luka sebagai indikasi dari tekanan pH Isaac 2009. Menurut Nebeker et al. 1985, ketika konsentrasi nikel lebih tinggi dibandingkan logam yang lain, nikel dinyatakan sebagai logam beracun. Tingkat toleransi beberapa jenis ikan terhadap nikel tertera pada Tabel 1. No Uraian Nilai Sumber 1. LC 50 26,560 ppm -96 jam terhadap Atherinops affinis Hunt et al. 2002 2. Larva abalone LC 50 14,5 ppm -48 jam Hunt et al. 2002 3. Abalone fase juvenil LC 50 26,43ppm -48 jam Hunt et al. 2002 4. LC 50 8,87 ppm -96jam terhadap Clarias gariepinus Isaac 2009 5. Daphnia hyaline LC 50 1.9 ppm – 48 jam Chapman et al. 1980 6. Daphnia magna LC 50 30-150 ppb – 48 jam Chapman et al. 1980 14

2.5 Akumulasi Logam Berat Ni pada Tubuh Ikan Nila