Kondisi histopatologi insang dan hati Tabel 5. Kondisi jaringan pada organ hati dan insang

53 selmm 3 , 12,21 x 10 4 selmm 3 , 8,53 x 10 4 selmm 3 , dan 8,73 x 10 4 selmm 3 ; perlakuan dengan konsentrasi 1,39 ppm yaitu 6,27 x 10 4 selmm 3 , 7,56 x 10 4 selmm 3 , 6,57 x 10 4 selmm 3 , dan 8,98 x 10 4 selmm 3 ; dan kontrol 0,00 ppm yaitu 6,25 x 10 4 selmm 3 , 6,22 x 10 4 selmm 3 , 6,82 x 10 4 selmm 3 , dan 7,21 x 10 4 selmm 3 Hasil analisis statistik menunjukkan jumlah leukosit berbada nyata antar perlakuan P 0,05. Hasil uji lanjut dengan uji Tukey menunjukkan perbedaan yang signifikan antara perlakuan pada pengamatan hari ke-20 dan hari ke-30, sedangkan hari ke-0 dan hari ke-10 tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan Gambar 12. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pengaruh lanjut toksisitas nikel mulai pada konsentrasi 1,39 ppm dapat meningkatkan jumlah leukosit darah ikan nila. Gambar 12 dan Lampiran 15.

c. Kondisi histopatologi insang dan hati Tabel 5. Kondisi jaringan pada organ hati dan insang

Jenis Organ Kerusakan Perlakuan A B C 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Hati Edema - - - - - - - - - Kongesti - - - √ √ √ √ √ √ Hemoragi - - - √ √ √ √ √ √ Nekrosis - - - √ √ √ √ √ √ Insang Lamela primer - - - - - - - - - Lamela sekunder - - - - - - - - - Epitel lifting - - - √ √ √ √ √ √ Edema - - - √ √ √ √ √ √ Mineralisasi - - - √ √ √ √ √ √ Hyperplasia - - - - - - - - - Hypertropi - - - √ √ √ √ √ √ Fusi lamela - - - - - - √ √ √ • Hati Hati merupakan organ yang sangat rentan terhadap pengaruh zat kimia dan menjadi organ sasaran utama dari efek racun zat kimia toksikan. Struktur utama hati adalah sel hati atau hepatosit yang bertanggung jawab terhadap peran sentral hati dalam metabolisme. Sel-sel ini terletak diantara sinusoid yang berisi darah 54 dan saluran empedu. Selkupffer melapisi sinusoid hati dan merupakan bagian penting dalam sistem retikuloendotelial tubuh. Selkupffer merupakan sistem monositmakrofag dan fungsi utamanya adalah menelan bakteri dan benda asing lain dalam darah, sehingga hati merupakan salah satu organ utama sebagai pertahanan terhadap invasi bakteri dan agen toksik Anderson 1995. Takashima dan Hibiya 1995 menyatakan perubahan histologis pada hati ikan adalah terjadinya : cloudy swelling yaitu sel hati terlihat agak keruh, sitoplasma keruh dan bergranular. Hal tersebut disebabkan oleh munculnya butir hyalin eosinefil dalam sitoplasma, atropi pada sel hati, pengerutan sel, nukleus dan nukleulus seringkali menjadi mengecil, nekrosis, degenerasi vakuola, degenerasi lemak, stagnasi empedu dan gangguan aliran darah pada sinusoid atau vena. Kerusakan pada hati menyebabkan terganggunya berbagai fungsi hati. Kerusakan hepatosit menurut Ressang 1984 dapat dibagi menjadi dua yaitu taksohepatik dan trofohepatik. Kerusakan akibat taksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung dari agen yang toksik, baik berupa zat kimia maupun kuman. Kerusakan akibat trofopatik disebabkan adanya kekurangan faktor-faktor penting untuk kehidupan sel seperti oksigen atau zat makanan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Connel and Miller 1995 menyatakan bahwa toksikan dapat menyebabkan gangguan pada metabolisme lemak, karbohidrat, biosintesis protein dan sistem enzim mikrosomal. Menurut Ressang 1984, sirosis hati pada hewan akan menyebabkan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi hati, terganggunya produksi dan aliran empedu serta peredaran darah. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kondisi hati ikan nila pada kontrol 0,00 ppm memperlihatkan bentuk histologi yang normal dengan penampakan inti sel, vena sentralis, dan sinusoid pada komposisi lobulus hati. Pada hati ikan dengan perlakuan nikel mengalami kerusakan jaringan. Berupa kongesti pembendungan, hemoragi, dan nekrosis. Jumlah dari masing-masing parameter kerusakan hati yang ditimbulkan semakin tinggi seiring peningkatan konsentrasi nikel. Menurut Ressang 1984, kongesti adalah terjadinya pembendungan darah pada hati yang disebabkan adanya gangguan sirkulasi yang dapat mengakibatkan kekurangan oksigen dan zat gizi. Kongesti didahului dengan pembengkakan sel 55 hati yang mengakibatkan sinusoid menyempit sehingga aliran darah terganggu. Hal ini menyebabkan terjadinya pembendungan darah pada beberapa tempat. Hemoragi adalah keluarnya darah dari sirkulasi kardiovaskuler dan biasanya terdapat kerusakan pada susunan kardiovaskuler tersebut arteri, vena dan kapiler. Nekrosis adalah terjadinya kematian sel hati. Kematian sel terjadi bersama dengan pecahnya membran plasma. Tingkat kerusakan hati dibagi menjadi tiga yaitu ringan, sedang dan berat. Perlemakan hati termasuk dalam tingkat ringan yang ditandai dengan pembengkakan sel. Tingkat kerusakan sedang yaitu kongesti dan hemoragi, sedangkan tingkat berat adalah kematian sel atau nekrosis Darmono, 1995. • Insang Menurut Takashima dan Hibiya 1995, perubahan histologi pada insang meliputi tiga hal, yaitu : 1 Perubahan-perubahan yang bersifat regresif, seperti edema pada epitel insang, vakuolisasi, nekrosispada lamela sekunder, kematian sel mukus, dan sekresi berlebihan. Kerusakan yang serius adalah mengelupasnya epitel dari lamela sekunder, nekrosis pada sel pillar dan terjadinya pendarahan serta distorsi pada lamela sekunder. 2 Gangguan dan kerusakan pada sistem resirkulasi 3 Perubahan-perubahan yang bersifat progresif, seperti hipertropi pada permukan epitel lamela primer dan sekunder adalah tanda-tanda awal dari ikan yang terekspos bahan-bahan kimia maupun pengaruh fisik. Pengamatan histologi insang ikan nila memperlihatkan bahwa pada ikan yang diberi logam berat nikel mengalami perubahan-perubahan seperti hiperlasi, mineralisasi, epitel lifting, fusi lamela, dan hipertropi. Peningkatan jumlah dari masing-masing parameter kerusakan pada jaringan insang berbanding lurus dengan peningkatan konsentrasi nikel yang dipaparkan. Kerusakan pada insang mengakibatkan terganggunya mekanisme pernapasan pada ikan. Connel dan Miller 1995 menyatakan bahwa kerusakan pada sistem pernapasan dapat menyebabkan terhambatnya sistem transpor elektron dan fosforilasi oksidatif pada rantai pernapasan yang pada akhirnya mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan. 56

d. Pertumbuhan • Pertumbuhan bobot mutlak