42
akan mengakibatkan kontraksi otot yang diikuti dengan kelemahan, hilangnya refleks dan paralisis.
b. Akumulasi nikel dalam darah dan daging
Biota laut yang hidup di perairan tercemar secara biologis akan mengakumulasi logam berat tersebut dalam jaringan tubuhnya, semakin tinggi
tingkat pencemaran suatu perairan maka semakin tinggi pula kadar logam berat yang terakumulasi dalam tubuh hewan air yang hidup di dalamnya Bryan 1976,
diacu dalam Salamah 2002. Menurut Mokoagouw 2000, ikan umumnya mengambil logam berat melalui insang, kemudian ditransfer melalui darah ke
ginjal. Bentuk logam berat anorganik disimpan dalam jaringan, kemudian ditransfer ke ginjal dan diekskresikan. Namun, logam organik tidak
diekskresikan, tetapi terakumulasi dalam jaringan otot. Selain itu, masuknya logam berat dalam tubuh ikan juga dapat melalui rantai makanan.
• Darah
Pada perlakuan dengan dosis nikel 60,05 ppm, tingkat akumulasi rata-rata nikel pada darah ikan nila mencapai 121,38 mgkg. Pada perlakuan 33,76 ppm,
18,98 ppm, dan 10,67 ppm, tingkat akumulasi rata-rata berturut-turut mencapai 103,26 mgkg, 86,82 mgkg, dan 45,58 mgkg. Pada kontrol, tidak terdeteksi
adanya nikel.
angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukan beda nyata P 0,05
Gambar 4. Tingkat akumulasi nikel pada darah ikan nila selama uji akut pemaparan nikel.
20 40
60 80
100 120
140
perlakuan
K ons
ent ra
si N
i m
g kg
d al
am
D ar
ah
0 ppm 10.67 ppm
18.98 ppm 33.76 ppm
60.05
a b
c d
e
43
• Daging
Pada perlakuan dengan dosis nikel 60,05 ppm, tingkat akumulasi rata-rata nikel pada darah ikan nila mencapai 73,37 mgkg, sedangkan pada perlakuan
33,76 ppm, 18,98 ppm, dan 10,67 ppm, tingkat akumulasi rata-rata berturut-turut mencapai 56,08 mgkg, 42,00 mgkg , dan 32,90 mgkg. Pada kontrol, tidak
terdeteksi adanya nikel.
angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukan beda nyata P 0,05
Gambar 5. Tingkat akumulasi nikel pada dagingotot ikan nila selama uji akut
pemaparan nikel. c. Frekuensi bukaan operculum
angka yang diikuti huruf sama menunjukan tidak beda nyata P 0,05
Gambar 6. Rata-rata frekuensi pergerakan operculum ikan nila selama uji akut pemaparan nikel.
10 20
30 40
50 60
70 80
perlakuan K
ons ent
ra si
m g
kg N
i
dal am
D ag
in g
0 ppm 10.67 ppm
18.98 ppm 33.76 ppm
60.05 ppm
a b
c d
e
20 40
60 80
100 120
siang sore
malam subuh
pagi Fr
ek w
en si
R at
a- rat
a G er
ak
O pe
rc ulu
m k
alim en
it
0 ppm 10.67 ppm
18.98 ppm 33.76 ppm
60.05 ppm
a b
c d e
a b
c d e
a a
b c
d e
a b
c d d
b c
d d
44
Gerak operculum pada konsentrasi tinggi memperlihatkan frekuensi yang lebih rendah dengan bukaan operculum yang lebih lebarluas dibanding kontrol.
Perbedaan ini juga terjadi pada konsentrasi yang sama pada waktu pengamatan yang berbeda siang, sore, malam, subuh, dan pagi hari. Secara berturut-turut
frekuensi gerak operculum rata-rata per menit pada setiap perlakuan di setiap waktu pengamatan adalah: Perlakuan A yaitu 98,33, 85,67, 102,33, 68,33, dan
102,67; Perlakuan B yaitu 86,67, 64,67, 83,67, 71,67, dan 72,00; Perlakuan C yaitu 74,67, 61,67, 61,67, 62,33, dan 62,33; Perlakuan D yaitu 70,67, 57,00,
50,00, 53,67, dan 54,33; dan Perlakuan E yaitu 64,67, 52,00, 29,33, 48,00, dan 52,00. Tingkah laku ini diduga untuk mempertahankan terpenuhinya kebutuhan
oksigen pada kondisi insang mulai tertutup oleh lendir akibat sifat toksik yang ditimbulkan oleh nikel. Tingkah laku ini untuk meningkatkan suplai oksigen yang
dibutuhkan oleh proses biokimia tubuh sebagai pola adaptasi fisiologi sehingga dapat bertahan hidup atau memperlambat efek kematian. Respon fisiologi ini
diikuti dengan menurunnya nafsu makan dan umumnya ikan uji cenderung lebih banyak berada di tengah dan permukaan akuarium. Mortalitas ikan uji mulai
terlihat 8 jam setelah pemaparan nikel pada konsentrasi 60,05 ppm, 16 jam setelah pemaparan nikel pada konsentrasi 33,76 ppm, 18 jam setelah pemaparan nikel
pada konsentrasi 18,98 ppm, dan 30 jam setelah pemaparan nikel pada konsentrasi 10,67 ppm.
a a b b
d. Nilai LC