Nonprobability Sampling Tipe Sampling

Aufar Ibna : Penggunaan Kerangka Technology Acceptance Model Di Dalam Melakukan Penilaian Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Adopsi E-Government Pemko Medan, 2009. USU Repository © 2009 bisa sama maupun berbeda. Kelompok-kelompok groups tersebut dapat dipilih baik dengan menggunakan metode acak sederhana maupun acak sistematis dengan pengacakan pada kelompok pertamanya saja.

3.4.1.2. Nonprobability Sampling

Dalam nonprobability sampling, setiap unsur dalam populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel, bahkan probabilitas anggota populasi tertentu untuk terpilih tidak diketahui. Dalam nonprobability sampling, pemilihan unit sampilng didasarkan pada pertimbangan atau penilaian subjektif dan tidak pada penggunaan teori probabilitas. Dari pengalaman penerapan nonprobability sampling, metode penarikan sampel ini relatif tepat bila digunakan pada kondisi-kondisi sebagai berikut: 20 1. Tahapan eksplorasi dari suatu penelitian 2. Pengujian awal suatu angket 3. Berhadapan dengan populasi yang homogen 4. Minimnya pengetahuan peneliti dalam bidang statistika 5. Adanya tuntutan akan kemudahan dari aspek oprasional Beberapa jenis teknik sampling dari nonprobability sampling ini antara lain convenience sampling, judgment sampling, quota sampling, dan snowball sampling. 20 Ibid, hal: 38 Aufar Ibna : Penggunaan Kerangka Technology Acceptance Model Di Dalam Melakukan Penilaian Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Adopsi E-Government Pemko Medan, 2009. USU Repository © 2009 Penjelasan singkat mengenai keempat jenis sampel tersebut dijabarkan di bawah ini. 1. Sampling Kemudahan Convenience Sampling Pada pengambilan sampel dengan cara ini, sampel diambil berdasarkan pada ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya. Dengan kata lain sampel dipilih karena sampel tersebut ada pada tempat dan waktu yang tepat. Hasil yang diperoleh dari penarikan sampel dengan cara ini seringkali dapat menyediakan bukti-bukti yang cukup melimpah sehingga terkadang pengambilan sampel yang lebih canggih tidak diperlukan lagi. 2. Sampling Pertimbangan Judgment Sampling Dengan teknik ini, sampel diambil berdasarkan pada kriteria-kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti. Dalam hal ini, sampel yang diambil dari anggota populasi dipilih sekehendak hati oleh peneliti menurut pertimbangan dan intuisinya. Sampling jenis ini dapat diterapkan dan pada umumnya lebih cocok dipakai pada tahap awal suatu studi eksploratif. Sampling jenis ini terbagi menjadi dua, yaitu expert sampling dan purposive sampling. Dalam expert sampling, pemilihan sampel yang representatif didasarkan atas pendapat ahli, sehingga siapa, dalam jumlah berapa sampel harus dipilih sangat tergantung pada pendapat ahli yang bersangkutan. Dalam purposive sampling, pemilihan sampel bertitik tolak pada penilaian pribadi peneliti yang menyatakan bahwa sampel yang dipilih benar-benar representatif. Aufar Ibna : Penggunaan Kerangka Technology Acceptance Model Di Dalam Melakukan Penilaian Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Adopsi E-Government Pemko Medan, 2009. USU Repository © 2009 3. Quota Sampling Quota sampling dapat dikatakan sebagai judgment sampling dua tahap. Tahap pertama adalah tahapan di mana peneliti merumuskan kategori kontrol atau quota dari populasi yang akan ditelitinya. Tahap kedua adalah penentuan bagaimana sampel akan diambil, dapat secara convenience atau judgment tergantung pada situasi dan kondisi pada saat akan dilakukan penelitian. Perbedaan quota sampling dengan judgment sampling terletak pada adanya suatu batasan pada quota sampling bahwa sampel yang diambil harus sejumlah tertentu yang dijatah quotum dari setiap subgrup yang telah ditentukan dari suatu populasi. 4. Snowball Sampling Cara pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan secara berantai, mulai dari ukuran sampel yang kecil, makin lama menjadi semakin besar seperti halnya bola salju yang menggelinding menuruni lereng bukit. Dalam pelaksanaannya, pertama-tama dilakukan wawancara terhadap suatu kelompok seseorang responden yang relevan, dan untuk selanjutnya yang bersangkutan diminta untuk menyebutkan menunjuk calon responden berikutnya yang memiliki spesifikasi spesialisasi yang sama.

3.4.2. Ukuran Sampel Penelitian

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepercayaan Konsumen dalam Belanja Online dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM)

4 76 116

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat kepercayaan Konsumen Dalam Belanja Online Dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM)

0 40 116

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Pada Electronic Ticketing (E-Ticket) Dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM)

7 81 104

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS SOSTEM E-GOVERNMENT

0 3 83

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepercayaan Konsumen dalam Belanja Online dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM)

0 0 17

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepercayaan Konsumen dalam Belanja Online dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM)

0 0 11

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Minat Perilaku Wajib Pajak Untuk Menggunakan E-Filing Berdasarkan Pendekatan Technology Acceptance Model - Unika Repository

0 0 19

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Online Banking dengan Kerangka Technology Acceptance Model (TAM) Pada Mahasiswa Akuntansi Unika Soegijapranata Semarang - Unika Repository

0 0 13

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT BELI KONSUMEN E-COMMERCE BERDASARKAN KERANGKA TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM), DENGAN PERSEPSI KEAMANAN INFORMASI DAN PRIVASI SEBAGAI FAKTOR MEDIASI - Unika Repository

0 0 17

KUESIONER FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT BELI KONSUMEN E-COMMERCE BERDASARKAN KERANGKA TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM), DENGAN PERSEPSI KEAMANAN INFORMASI DAN PRIVASI SEBAGAI FAKTOR MEDIASI Identitas Responden

0 0 30