-.028 -.024
-.020 -.016
-.012 -.008
-.004 .000
5 10
15 20
25 30
R e s p o n s e o f L N X T t o C h o le s k y O n e S . D . L N Q T In n o v a t io n
lain, respon ekspor kain dan benang dalam jangka panjang cenderung stabil terhadap inovasi pada produksi domestik.
Gambar 6.12 Respon Ekspor Kain dan Benang Terhadap Inovasi Produksi Domestik
6.9 Implikasi
Berdasarkan hasil estimasi VECM, ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat memiliki hubungan positif dengan harga ekspor dan kebijakan
penghapusan kuota. Sedangkan hubungan negatifnya terjadi antara volume ekspor dengan harga domestik dan nilai tukar rupiah. Antara volume ekspor dengan
produksi domestik tidak memiliki hubungan jangka panjang, namun keduanya memiliki hubungan jangka panjang dengan harga ekspor, harga domestik, nilai
tukar dan kebijakan penghapusan kuota. Hasil estimasi VECM variabel ekspor kain dan benang Indonesia ke
Amerika Serikat dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, menunjukkan volume ekspor memiliki hubungan positif dengan harga ekspor, harga domestik
dan kebijakan penghapusan kuota. Sedangkan hubungan negatifnya terjadi antara volume ekspor antara volume ekspor dengan produksi domestik dan nilai tukar
rupiah.
Kenaikan pada harga ekspor serta pemberlakuan kebijakan penghapusan kuota dalam jangka panjang dapat meningkatkan ekspor pakaian jadi, kain dan
benang Indonesia ke Amerika Serikat. Ketika harga ekspor meningkat maka dapat mendorong produsen pakaian jadi, kain dan benang domestik untuk meningkatkan
penawaran ekspornya. Kemudian, dengan adanya kebijakan penghapusan kuota maka dapat memberikan keleluasaan bagi para eksportir pakaian jadi, kain dan
benang Indonesia untuk dapat mengekspor komoditi tersebut dengan jumlah yang lebih besar, karena segala macam hambatan restriksi berupa kouta telah
dihilangkan. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan volume perdagangan pakaian jadi, kain dan benang ke Amerika Serikat dari semua negara eksportir.
Peningkatan nilai tukar rupiah terhadap dollar dapat menurunkan ekspor pakaian jadi, kain dan benang Indonesia ke Amerika Serikat. Ketika nilai tukar
rupiah mengalami depresiasi, maka harga pakaian jadi, kain dan benang Indonesia seharusnya menjadi relatif lebih murah dibandingkan dengan harga internasional
yang kemudian akan mendorong ekspor. Namun, dari hasil estimasi VECM menunjukkan bahwa depresiasi nilai tukar rupiah menyebabkan penurunan ekspor
pakaian jadi, kain dan benang Indonesia ke Amerika Serikat. Hal ini dapat terjadi karena jika nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat mengalami
depresiasi, maka terdapat kemungkinan bagi nilai tukar mata uang negara lain khususnya negara pesaing mengalami depresiasi. Hal ini menyebabkan harga
komoditi pakaian jadi, kain dan benang di negara pesaing juga menjadi lebih murah dibandingkan dengan harga Internasional. Dengan demikian, jika nilai
tukar rupiah mengalami depresiasi belum tentu dapat meningkatkan ekspor pakaian jadi, kain dan benang Indonesia ke Amerika Serikat.
Kenaikan harga domestik pakaian jadi dapat menyebabkan penurunan ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat. Ketika harga domestik
meningkat, maka produsen pakaian jadi lebih memilih untuk memasarkan produknya di dalam negeri daripada mengekspor. Sedangkan pada komoditi kain
dan benang, kenaikan harga domestik justru dapat meningkatkan ekspor dalam jangka panjang. Hal ini dapat terjadi karena selama ini Indonesia masih menerima
impor dari Cina yang harganya jauh lebih murah. Jadi konsumen dalam negeri lebih memilih produk impor tersebut. Maka dalam jangka panjang tidak ada
pilihan lain bagi produsen dalam negeri selain untuk mengekspor produk kain dan benang.
Kenaikan pada produksi kain dan benang Indonesia dapat menyebabkan penurunan ekspor kain dan benang Indonesia ke Amerika Serikat. Berdasarkan
teori ekonomi, hasil estimasi VECM terhadap variabel produksi kain dan benang Indonesia tidak sesuai dengan hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini.
Banyak hal yang menyebabkan produksi kain dan benang Indonesia dapat menurunkan ekspor, salah satu diantaranya adalah kualitas kain dan benang
Indonesia yang masih kalah bersaing dengan kualitas kain dan benang dari Cina. Produksi kain dan benang Indonesia dalam jangka panjang belum dapat
memenuhi standar ekspor yang semakin tinggi berlaku di pasar Amerika Serikat, sehingga para produsen domestik semakin sulit untuk menembus pasar ekspor
negara tersebut. Peningkatan produksi Indonesia lebih diprioritaskan untuk memenuhi permintaan domestik.
Produksi pakain jadi Indonesia memiliki hubungan positif dengan harga ekspor dan kebijakan penghapusan kuota dalam jangka panjang. Hubungan
negatifnya terjadi antara produksi dengan harga domestik dan nilai tukar rupiah. Salah satu penyebab peningkatan harga ekspor adalah peningkatan konsumsi
masyarakat luar negeri, yang dalam hal ini Amerika Serikat. Sehingga dalam jangka panjang mendorong produsen untuk meningkatkan produksinya.
Pemberlakuan kebijakan penghapusan kuota dalam jangka panjang mendorong para produsen domestik untuk meningkatkan produksi dan mutu. Karena dengan
tidak adanya kuota, peluang ekspor menjadi semakin terbuka di pasar Amerika Serikat.
Ketika harga domestik dan nilai tukar rupiah meningkat, maka produksi pakain jadi Indonesia akan menurun. Ketika nilai tukar rupiah terdepresiasi,
produksi pakain jadi Indonesia akan menurun, karena pakaian jadi Indonesia sulit bersaing dengan pakain jadi dari negara pesaing seperti Cina yang memiliki mutu
lebih baik dan harganya lebih murah di pasar Amerika Serikat. Bila produksi terus ditingkatkan maka surplus produksi yang dihasilkan akan sulit dipasarkan.
Sementara itu, ketika harga domestik mengalami peningkatan, maka dalam jangka panjang dapat menyebabkan produksi menurun. Hal ini dapat terjadi karena
selama Indonesia kerap kali mendapatkan impor ilegal dari Cina yang harganya jauh lebih murah dari harga pakain jadi Indonesia. Hal ini menyebabkan produk
pakaian jadi Indonesia sulit bersaing walaupun didalam negeri sendiri, karena
banyaknya impor ilegal yang harganya lebih murah. Maka dalam jangka panjang, produsen domestik akan membatasi produksinya.
Hubungan jangka pendek antar variabel yang diperoleh melalui uji kausalitas multivariat VAR Pairwise Granger Causality Test, menunjukkan
bahwa ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat memiliki hubungan jangka pendek dengan harga domestik. Perubahan yang terjadi pada harga
domestik dalam jangka pendek memberikan respon yang relatif cepat terhadap volume ekspor pakain jadi Indonesia ke Amerika Serikat. Sedangkan, ekspor kain
dan benang Indonesia ke Amerika Serikat memiliki hubungan jangka pendek dengan harga ekspor. Perubahan yang terjadi pada harga ekspor dalam jangka
pendek akan memberikan respon yang relatif cepat terhadap volume ekspor kain dan benang Indonesia ke Amerika Serikat.
Hasil dari
Variance Decomposition VD mengindikasikan bahwa selama
30 periode ke depan, perubahan pada volume ekspor pakaian jadi, kain dan benang lebih banyak dijelaskan oleh inovasi pada variabel itu sendiri. Variabel
lain yang memiliki pengaruh cukup signifikan terhadap ekspor pakaian jadi adalah produksi domestik, sedangkan variabel lain yang memiliki pengaruh cukup
signifikan tehadap ekspor kain dan benang adalah harga ekspor. Hasil
analisis Impulse Response Function
IRF dengan responnya adalah volume ekspor pakaian jadi, kain dan benang Indonesia ke Amerika Serikat
menunjukkan bahwa inovasi pada variabel ekspor bulan sebelumnya, produksi domestik, nilai tukar rupaih, harga ekspor, harga domestik dan kebijakan
penghapusan kuota turut mempengaruhi perkembangan ekspor pakaian jadi, kain
dan benang Indonesia ke Amerika Serikat. Inovasi pada ekspor bulan sebelumnya menunjukkan bahwa sebelum mengekspor, para eksportir pakaian jadi, kain dan
benang akan melihat volume ekspor bulan sebelumnya. Perkembangan ekspor pakaian jadi, kain dan benang Indonesia ke Amerika Serikat yang semakin
meningkat akibat diberlakukannya kebijakan penghapusan kuota, menyebabkan jumlah penawaran ekspornya semakin ditingkatkan. Dalam jangka panjang
responnya semakin stabil, karena Indonesia memiliki negara pesaing dalam mengekspor pakaian jadi, kain dan benang ke Amerika Serikat. Dengan adanya
negara pesaing, maka pangsa pasar pakaian jadi, kain dan benang Indonesia di pasar Amerika Serikat menjadi sulit bertambah.
Di awal periode respon ekspor pakaian jadi, kain dan benang terhadap inovasi pada produksi, harga ekspor, harga domestik dan nilai tukar cenderung
tidak tetap. Namun dalam jangka panjang respon ekspor pakaian jadi, kain dan benang terhadap inovasi pada produksi, harga ekspor, harga domestik dan nilai
tukar cenderung mendekati titik stabil.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis Constant Market Share, terlihat bahwa efek daya saing dan efek pertumbuhan impor adalah efek yang paling menentukan dalam
peningkatan atau penurunan ekspor TPT Indonesia dan Cina di pasar Amerika Serikat. Efek daya saing TPT Indonesia lebih rendah dari Cina dalam memberikan
kontribusi ekspor. Daya saing secara komparatif untuk komoditi pakaian jadi Indonesia lebih
baik dibanding komoditi pakaian jadi Cina. Untuk komoditi kain dan benang Cina lebih memiliki keunggulan komparatif. Dari perkembangan indeks RCA
menunjukkan bahwa pangsa pasar Indonesia di Amerika Serikat untuk komoditi pakaian jadi, kain dan benang cenderung berfluktuasi dalam setiap tahunnya,
sementara pangsa pasar Cina di Amerika Serikat cenderung bertambah. Dalam jangka panjang, penurunan ekspor pakaian jadi Indonesia ke
Amerika Serikat disebabkan oleh peningkatan harga domestik dan nilai tukar. Peningkatan ekspor pakaian jadi disebabkan oleh peningkatan harga ekspor dan
pemberlakuan kebijakan penghapusan kuota. Perkembangan ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat dalam jangka panjang tidak dipengaruhi oleh
tingkat produksinya. Dalam jangka panjang peurunan ekspor kain dan benang disebabkan oleh peningkatan produksi dan nilai tukar rupiah. Peningkatan
ekspornya disebabkan oleh peningkatan harga ekspor, harga domestik dan pemberlakuan kebijakan penghapusan kuota.