2.5 Hipotesis
Berdasarkan studi penelitian terdahulu maka dalam penelitian ini akan diajukan beberapa hipotesis, diantaranya :
- Indeks RCA lebih besar dari satu berarti terjadi peningkatan pangsa
pasar di pasar tujuan ekspor. Sedangkan bila kurang dari satu berarti telah terjadi penurunan pangsa pasar.
- Pertumbuhan ekonomi dunia berhubungan positif dengan tingkat
ekspor Indonesia. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi dunia maka semakin tinggi pula ekspor Indonesia.
- Ekspor TPT Indonesia ke AS dipengaruhi oleh harga ekspor, dimana
hubungan keduanya posiif. Jika terjadi kenaikan harga ekspor maka ekspor meningkat atau sebaliknya.
- Nilai tukar rupiah secara nominal berhubungan positif dengan ekspor
TPT Indonesia ke AS. Jika terjadi depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, maka volume ekspor akan meningkat dan
sebaliknya. -
Harga domestik dengan volume ekspor TPT Indonesia ke AS berhubungan negatif. Bila terjadi kenaikan harga domestik maka
ekspor TPT akan menurun. -
Hubungan positif terjadi antara produksi TPT dengan volume ekspornya. Semakin tinggi produksi domestik maka volume
ekspornya akan mengalami peningkatan.
3.2 Metode analisis dan Pengolahan Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis perkembangan data-
data yang digunakan dalam penelitian ini. Metode kuantitatif dengan pendekatan
Revalead Comparatif Advantage
RCA digunakan untuk menganalisis tingkat daya saing Tekstil dan Produk Tekstil TPT Indonesia yang diekspor ke Amerika
Serikat. Kemudian pendekatan Constant Market Share CMS digunakan untuk
mengestimasi determinan yang mempengaruhi pertumbuhan ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat. Sedangkan metode kuantitatif yang digunakan
untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor TPT Indonesia ke
Amerika Serikat adalah dengan pendekatan Vector Error Correction Model
VECM. Pengolahan data dilakukan secara bertahap. Tahap pertama adalah
pengelompokan data. Tahap kedua adalah pengolahan data dalam model analisis. Pada penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan bantuan software Microsoft
Excel 2007 dan E-Views 4.1.
3.2.1 Revalead Comparatif Advantage RCA
Posisi ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia dalam perdagangan di Amerika Serikat dapat diketahui dengan metode RCA. Metode ini didasarkan
pada suatu konsep bahwa perdagangan antar wilayah sebenarnya menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki suatu negara. Variabel yang diukur adalah
kinerja ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat dengan menghitung pangsa nilai ekspor TPT terhadap total ekspor ke Amerika Serikat yang kemudian
dibandingkan dengan pangsa nilai ekspor TPT dunia ke Amerika Serikat. Rumusnya adalah sebagai berikut :
X
ij
X
it
RCA = …………………………………. 3.1
W
j
W
t
Dimana : X
ij
= Nilai ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat X
it
= Nilai total ekspor Indonesia ke Amerika Serikat W
j
= Nilai ekspor dunia TPT ke Amerika Serikat W
t
= Nilai total ekspor dunia ke Amerika Serikat Indeks RCA merupakan perbandingan antara nilai RCA sekarang dengan
nilai RCA tahun lalu. Rumus indeks RCA adalah sebagai berikut : RCA
t
Indeks RCA = …………………………………. 3.2
RCA
t-1
RCA
t
= Nilai RCA tahun ke-t RCA
t-1
= Nilai RCA tahun ket-1 Indeks RCA berkisar antara nol sampai tak hingga. Nilai indeks RCA
sama dengan satu berarti tidak terjadi kenaikan RCA atau kinerja ekspor TPT Indonesia di pasar Amerika Serikat tahun sekarang sama dengan tahun lalu.
3.2.2 Constant Market Share CMS
Penelitian ini juga menggunakan metode pangsa pasar konstan Constant Market Share
untuk mengetahui determinan yang mempengaruhi pertumbuhan ekspor tektil Indonesia di pasar Amerika Serikat. Variabel yang diukur yaitu efek
ekspansi sisi permintaan yang terbagi menjadi dua yaitu efek pangsa makro pertumbuhan impor dan pangsa mikro efek komposisi komoditi kemudian efek
persaingan atau efek daya saing sisi penawaran. Rumusnya adalah sebagai berikut :
X
ij 2
– X
ij 1
= mX
ij 1
+ {m
i
- mX
ij 1
} + {X
ij 2
– X
ij 1
– m
i
X
ij 1
} …….. 3.3 1
2 3
Dimana: X
ij 1
= Ekspor TPT Indonesia ke AS tahun ke-t-1 X
ij 2
= Ekspor TPT Indonesia ke AS tahun ke-t m = Persentase peningkatan impor umum di AS
mi = Persentase peningkatan impor TPT di AS 1 = Efek pertumbuhan impor; 2 = Efek komposisi; 3 = Efek daya saing
3.2.3 Uji Unit Root
Uji unit root merupakan hal penting yang berkaitan dengan penelitian yang menggunakan data time series. Data deret waktu dikatakan stasioner jika
data menunjukkan pola yang konstan dari waktu ke waktu atau dengan kata lain tidak terdapat pertumbuhan atau penurunan pada data.
Penggunaan data yang tidak stasioner dapat menghasilkan regresi yang semu spurios regresion, yaitu regresi yang menggambarkan hubungan dua
variabel atau lebih yang nampaknya signifikan secara statistik padahal dalam kenyataannya tidak sebesar regresi yang dihasilkan tersebut, sehingga dapat
menghasilkan misleading Irawan dalam Margarettha 2005. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengukur keberadaan stasioneritas, salah satunya
adalah Augmented Dickey Fuller test ADF. Jika nilai ADF statistiknya lebih kecil dari Mc Kinnon Critical Value maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut
stasioner. Namun jika ternyata nilai ADF statistiknya lebih besar dari Mc Kinnon
Critical Value maka data tersebut tidak stasioner. Kemudian langkah yang dapat
dilakukan jika data bedasarkan uji ADF ternyata time series non stasioner adalah melakukan difference non stasionary processes.
Uji ADF pada dasarnya melakukan estimasi terhadap persamaan regresi sebagai berikut :
m
Δ
y
t
= β
1
+ β
2t
+ Y
t-1
+
α
1
Σ Δ
y
t-1
ε
t
…………….. 3.4
t-1
Dimana
ε
t
= white noise dan Δ
Y
t
= Y
t-1
– Y
t-2.
Pada ADF yang akan diuji adalah apakah = 0 dengan hipotesis alternatif 0, jika nilai absolut dari nilai t
hitung untuk lebih besar dari absolut ADF, maka hipotesis nol yang menunjukkan bahwa data tidak stasioner ditolak terhadap hipotesis alternatifnya.
3.2.4 Kriteria Informasi
Penentuan lag yang optimum dapat dilakukan dengan mengaplikasikan kriteria informasi. Penentuan lag optimum bertujuan untuk memperoleh model
yang sederhana parsimonius dan fit dengan menggunakan adjusted R
2
, Likelyhood
Ratio, Final prediction Error, Aikake Information Criteria AIC, Schwarz Information
Criterion SC dan Hannan Quin Criterion HQ. Dalam penelitian ini untuk menetapkan lag yang optimum akan digunakan kriteria AIC,
yang dirumuskan sebagai berikut :
AIC
= log
[
∑
ε i
2
N
]
+ 2
k
N …………………. 3.5
Dimana ∑
ε
i 2
adalah jumlah residual kuadrat, sedangkan N dan K masing- masing adalah jumlah sampel dan jumlah variabel yang beroperasi dalam suatu
persamaan. Untuk memperoleh lag yang paling optimal, model yang digunakan harus
diestimasi dengan berbeda-beda tingkat lag-nya, kemudian dibandingkan nilai AIC-nya. Nilai AIC terkecil merupakan tingkat lag yang paling optimal.
3.2.5 Uji Kointegrasi
Kointegrasi merupakan suatu hubungan jangka panjang long term relationship equilibrium
antara variabel-variabel yang stasioner pada derajat integrasi yang sama. Suatu deret waktu dikatakan terintegrasi pada tingkat ke-d
atau Id jika data tersebut bersifat stasioner setelah pendiferensiasian sebanyak d kali Kumala, 2000.
Bila data tidak stationer, maka perlu dilakukan uji kointegrasi, dimana jika data yang tidak stationer terkointegrasi maka kombinasi linear antar variabel-
variabel dalam sistem akan bersifat stationer sehingga dapat diperoleh sistem persamaan jangka panjang yang stabil Enders, 2004. Ada beberapa cara untuk
melakukan uji kointegrasi, antara lain Eangle-Granger Cointegration Test, Johansen Cointegration Test
dan Cointegrating Regresion Durbin-Watson Test. Pada penelitian ini, uji kointegrasi dilihat dari Johansen Cointegration
Test. Untuk dapat melihat berapa jumlah persamaan yang terkointegrasi di dalam
sistem, dilakukan perbandingan estimasi Johansen Tarce Statistic terhadap nilai
kritisnya critical value. Jika nilai critical value lebih kecil dari Tarce Statistic maka persamaan tersebut terkointegrasi.
Estimasi model penelitian dengan menggunakan kointegrasi dapat dilakukan dengan mengaplikasikan metodologi Johanson yang terdiri dari
beberapa tahap, yaitu: 1.
Menguji ordo integasi semua variabel. Data perlu diplotkan untuk mengamati ada atau tidaknya trend linier. Disarankan tidak mencampur
variabel dengan ordo yang berbeda. 2.
Mengestimasi model dan menetapkan kondisi model. Kondisi model dapat dilakukan dalam tiga bentuk :
a. Semua elemen konstanta sama dengan nol A
= 0. b.
Nilai A ditetapkan.
c. Nilai A
merupakan konstanta pada vekor kointegrasi. 3.
Menganalisis untuk mendapatkan vektor kointegrasi yang dinormalkan dan koefisian.
4. Menghitung faktor koreksi galat untuk membantu mengidentifikasi model
struktural.
3.2.6 Vector Error Correction Model VECM
Vector Error Correction Model VECM adalah suatu turunan VAR yang
berguna untuk melihat hubungan keseimbangan jangka panjang dari persamaan- persamaan yang terkointegrasi. Caranya adalah dengan merestriksi beberapa
variabel dari suatu persamaan. Metode ini adalah cara untuk melihat pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya dalam jangka panjang.
Model VECM disusun apabila rank kointegrasi r lebih besar dari nol. Model VECM ordo p dan rank kointegrasi r dapat dirumuskan sebagai berikut:
P-1
ΔZ
t
= A +
π
Z
t-1
+
Σ
Ø
i
ΔZ
t-
1
+
ε
t
………………………. 3.6
i=1
Dimana :
π
= αβ
α = Vektor kointegrasi berukuran r x 1 β = Vektor adjusment berukuran berukuran r x 1
P
Ø
i
= - Σ A
j j=i+1
Pendugaan parameter dilakukan dengan menggunakan metode kemungkinan maksimum. Sedangkan interpretasi hasil estimasi VEC dapat
dilakukan dengan melihat koefisien kointegrasinya dan pembacaan tanda adalah terbalik dari tanda koefisiennya.
3.2.7 Uji Kausalitas Multiariat
Penelitian ini menggunakan Pairwise Granger Causality Test untuk melihat hubungan kausalitas antara variabel-variabel dalam model. Menurut
Granger dalam Octrianto 1969, hubungan kausalitas adalah hubungan jangka pendek antara kelompok tertentu dengan menggunakan pendekatan ekonometrik
yang mencakup juga hubungan timbal balik dan fungsi-fungsi yang muncul dari analisis spektrum, khususnya hubungan antar spektrum dan hubungan parsial
antar spektrum. Dari pandangan ekonometrik, ide utama kausalitas adalah sebagai berikut : pertama
k k
Y
t
=
Σ α
j
Y
t-j
+
Σ β
j
X
t-j
+
u
t
……………………. 3.7
j=1 j=1
k k
X
t
=
Σ
j
X
t-j
+
Σ
j
Y
t-j
+
u
t
……………………. 3.8
j=1 j=1
jika X mempengaruhi Y, berarti informasi masa lalu X dapat membantu dalam memprediksikan Y. Dengan menambah data masa lalu X ke regresi Y dengan data
Y masa lalu maka dapat meningkatkan explanatory power dari regresi. Kedua: data masa lalu Y tidak dapat membantu dalam memprediksikan X, karena jika X
dapat membantu dalam mempresiksikan Y dan Y dapat membantu memprediksikan X, maka kemungkinan besar terdapat variabel lain, misalkan Z
yang mempengaruhi X dan Y. Pada tahun 1969, Granger memperkenalkan hubungan sebab akibat antara
dua variabel yang saling berkaitan. Hubungan kausalitas dapat dibagi atas tiga kategori, yaitu hubungan kausalitas satu arah, hubungan kausalitas dua arah dan
hubungan timbal balik.
3.2.8 Variance Decomposition VD dan Impulse Response Funciton IRF
Variance Decomposition VD dapat mencirikan struktur dalam model dan
digunakan untuk mengukur kekuatan dari masing-masing variabel dalam mempengaruhi variabel lainnya selama kurun waktu yang panjang serta untuk
melihat perubahan dalam suatu variabel yang diakibatkan oleh pengaruh dari variabel lainnya. Perubahan tersebut dapat ditunjukkan melalui perubahan varians
error .
Menurut Laksani dalam Paramita 2005, Variance Decomposition VD merinci varians dari forecast error menjadi komponen-komponen yang dapat
dihubungkan dengan setiap variabel endogen dalam model. Hal ini dapat dilakukan dengan menghitung persentasi squared prediction error k-tahap ke
depan dari sebuah variabel akibat inovasi dalam variabel-variabel lain, sehingga dapat dilihat seberapa error peramalan variabel tersebut disebabkan oleh variabel
itu sendiri dan variabel lainnya. Menurut Sims 1972, cara yang paling baik untuk dapat mencirikan
struktur dinamis dalam model adalah dengan menganalisis respon dari model terhadap kejutan shock. Impulse Respon Function IRF dapat melakukan hal
tersebut dengan menunjukkan respon dari setiap variabel endogen sepanjang waktu terhadap shock goncangan dalam variabel itu sendiri dan variabel
endogen lainnya. IRF digunakan untuk menelusuri dampak goncangan sebesar satu standar kesalahan standard error sebagai inovasi pada suatu variabel
endogen terhadap variabel endogen yang lain.
3.3 Definisi Operasional
1. Industri Tekstil dan Produk Tekstil TPT merupakan industri pengolahan
non migas yang terdiri dari beberapa jenis. Dalam penelitian ini jenis komoditi yang dianalisis yaitu pakaian jadi, kain dan benang.
2. Volume ekspor Industri TPT Indonesia ke Amerika Serikat merupakan
total ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat yang dinyatakan dalam juta dollar, dengan periode tahunan 2000-2005 dan bulanan yaitu mulai
Januari 2000 – Desember 2006. 3.
Harga domestik TPT Indonesia adalah harga TPT dalam negeri di tingkat perdagangan besar, yang dinyatakan dalam indeks tahun dasar
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan terdiri dari dua bentuk, yaitu time series tahunan dan time series bulanan. Data
tahunan selama periode 1999-2005 terdiri dari ekspor TPT Indonesia dan Cina Ke Amerika Serikat, total ekspor Indonesia dan Cina ke Amerika Serikat, impor TPT
Amerika Serikat dan impor Total Amerika Serikat. Seluruh data tahunan diperoleh dari United Nations Commodity Trade Statistics Division melalui
situsnya www.comtrade.un.org. Sedangkan data bulanan selama periode Januari 2000 sampai dengan Desember 2006 yang digunakan dalam penelitian ini beserta
sumbernya disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jenis dan sumber data Jenis Data
Simbol Sumber Data
Volume ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat
LnXt Badan Pusat Statistik,
situs : www.comtrade.un.org Harga domestik TPT Indonesia
dan harga ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat
LnHDt dan
LnHEt Badan Pusat Statistik,
Departemen Perdagangan Nilai tukar nominal rupiah
terhadap dollar AS LnERt situs : www.bi.go.id
Produksi domestik TPT LnQt
Departemen Perindustrian, Badan Pusat Statistik,