Perjanjian TPT di Bawah Kerangka WTO World Trade Organization

pengimpor. Kemudian terdapat tambahan yang berasal dari pertumbuhan kuota growth rate sebesar 6 persen dari tahun ke tahun.

4.3.2 Perjanjian TPT di Bawah Kerangka WTO World Trade Organization

Putaran Uruguay yang ditandatangani oleh 123 negara pada tanggal 15 April di Makaresh telah berhasil menurunkan tarif serta menambah jumlah pos tarif. Perjanjian putaran Uruguay memberikan keuntungan bagi semua anggota serta terhadap sistem perdagangan internasional secara keseluruhan. Keuntungan yang diperoleh adalah pengurangan hambatan perdagangan dan penurunan tarif. Dengan disepakatinya hasil Putaran Uruguay tersebut maka perjanjian tekstil dan pakaian jadi sesuai kesepakatan GATT akan segera diimplementasikan besamaan dengan pembentukan organisasi perdagangan dunia WTO. Prinsip utama dari isi perjanjian TPT adalah bahwa perdagangan TPT dunia yang selama ini diatur dalam MFA yang memperkenankan adanya pembatasan impor melalui sistem kuota akan dikembalikan ke dalam aturan GATT dengan masa peralihan 10 tahun sejak tahun 1995 dan terbagi dalam 3 tahap, 3 tahun tahap pertama, 4 tahun tahap kedua dan 3 tahun tahap ketiga. Dengan demikian, setelah tahun kesepuluh perdagangan TPT dunia menjadi bebas dari sistem kuota. Semua kuota bilateral berdasarkan MFA bertahap dialihkan pada ketentuan WTO, artinya setelah masa tersebut perdagangan TPT dunia disatukan ke dalam GATT 1994. Beberapa hal yang diatur selama masa peralihan MFA ke dalam GATT : 1. Untuk produk-produk negara berkembang yang ekspornya masih dibatasi kuota dikenakan kenaikan kuota sedangkan produk yang masih dikenakan kuota secara bertahap dihapus kuotanya integrasi tekstil ke dalam WTO 2. Cakupan barang ditetapkan atas kesepakatan bersama dan dicantumkan dalam suatu daftar, yang tidak dapat diperluas lagi selama berlakunya persetujuan. Proses liberalisasi melalui peningkatan angka pertumbuhan kuota secara lebih cepat, dibagi dalam tiga tahap: a. Pada tahap I sejak berlakunya The Agreement tahun 1995-1997 ditingkatkan angka pertumbuhannya sekurang-kurangnya 16 persen. b. Pada tahap II tahun 1998-2001 sekurang-kurangnya 25 persen. c. Pada tahap III tahun 2002-2004 sekurang-kurangnya 27 persen. 3. Untuk pengawasan pelaksanaan persetujuan, dibentuk suatu badan dengan nama Textile Monitoring Body TMB. Segala pembatasan dalam perdagangan TPT yang masih berlaku harus dilaporkan kepada TMB sebagai pengganti Textile Surveilance Body selambat-lambatnya September 1994. 4. Dalam proses integrasi negara-negara berkembang harus membuka pasarnya dengan menurunkan bea masuk, menghapuskan subsidi, menghambat dumping dan mengawasi masalah paten serta desain. 5. Pada tanggal 1 Januari 2005 semua bentuk pembatasan berupa kuota TPT akan dihapus. Sektor TPT diintegrasikan ke dalam GATT secara keseluruhan.

V. ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR

AMERIKA SERIKAT

5.1 Determinan Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekspor Tekstil dan

Produk Tekstil di Pasar Amerika Serikat 5.1.1 Analisis CMS Indonesia Untuk menentukan aspek-aspek yang paling signifikan dalam mempengaruhi pertumbuhan ekspor digunakan analisa Constant Market Share. Analisa CMS pernah digunakan salah satunya oleh Ichikawa dalam Pramudito 2004 dalam mengevaluasi pertumbuhan ekspor komoditi unggulan Australia di pasar Selandia Baru periode 1990-1994. Berdasarkan hasil kalkulasi CMS, pertumbuhan ekspor pakaian jadi, kain lembaran dan benang Indonesia ke Amerika Serikat periode 1999-2005 lebih dipengaruhi oleh efek daya saing dan efek pertumbuhan impor atau efek pangsa makro dari Amerika Serikat. Sedangkan efek komposisi komoditi atau efek pangsa mikro kurang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekspor pakaian jadi, kain lembaran dan benang Indonesia. Analisis lebih spesifik berdasarkan masing-masing periode dapat dijelaskan sebagai berikut : ▪ Periode 1999-2000 : Tahun 1999-2000 merupakan periode awal peningkatan ekspor Indonesia secara keseluruhan setelah krisis ekonomi. Peningkatan juga terjadi pada ekspor Tekstil dan Produk Tekstil. Pada komoditi pakaian jadi, ekspor Indonesia ke Amerika meningkat sebesar US 506,08 juta. Peningkatan ini