PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH SEBAGAI STRATEGI PEMBAHARUAN SOSIAL DI SURAKARTA 1930 1970
commit to user
i
PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH SEBAGAI
STRATEGI PEMBAHARUAN SOSIAL DI SURAKARTA
1930-1970
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh RETNA ARIYANTI
C0504039
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
(2)
commit to user
ii
PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH SEBAGAI STRATEGI
PEMBAHARUAN SOSIAL DI SURAKARTA 1930-1970
Disusun oleh :
RETNA ARIYANTI C0504039
Telah Disetujui oleh pembimbing :
Pembimbing
Dra. Hj. Isnaini Wijaya Wardani, M.Pd NIP. 195905091985032001
Mengetahui
Ketua Jurusan Ilmu Sejarah
Dra. Sri Wahyuningsih M,Hum NIP. 195402231986012001
(3)
commit to user
iii
PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH SEBAGAI STRATEGI
PEMBAHARUAN SOSIAL DI SURAKARTA 1930-1970
Disusun oleh :
RETNA ARIYANTI C0504039
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi
Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Tanggal...
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Dra. Sri Wahyuningsih, M. Hum (...)
NIP. 19540223198601200
Sekretaris Insiwi Febriary Setiasih, SS, MA (...)
NIP. 19800227200501200
Penguji I Dra. Hj. Isnaini Wijaya Wardani, M.Pd (...)
NIP. 195905091985032001
Penguji II Drs. Tunjung Wahadi Sutirto, M.Si (...)
NIP. 19611225198703100
Dekan,
Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Drs. Sudarno, M.A. NIP. 195303141985061001
(4)
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : RETNA ARIYANTI NIM : C0504039
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Pendidikan
Muhammadiyah Sebagai Strategi Pembaharuan Sosial Di Surakarta 1930-1970
adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain.
Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta, Yang membuat pernyataan,
Retna Ariyanti C0504039
(5)
commit to user
v
MOTTO :
”Penuhilah hidup ini selalu dengan ilmu”
(Retna Ariyanti)
”Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk
orang-orang yang ragu.”
(Surat Al-Baqarah ayat 147)
Allah menentukan rahmatnya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah mempunyai karunia yang besar.
(6)
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Ibu Ayahku
(7)
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Sastra.
Menyadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dan fasilitas, bimbingan maupun kerjasama dari berbagai pihak, maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Sudarno, MA, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan dalam perizinan kepada penulis untuk penelitian dan penyusunan skripsi ini.
2. Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas
Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
3. Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Sejarah yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
4. Dra. Hj. Isnaini Wijaya Wardani, M.Pd selaku pembimbing utama yang telah
banyak mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Supariadi, M.Hum, selaku pembimbing akademis penulis selama studi di
jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa, yang telah dengan sabar dan disiplin memberikan arahan dan motivasi akademis.
6. Bapak dan Ibu Dosen jurusan Ilmu Sejarah, yang telah memberikan bimbingan
dan berbagai bekal ilmu yang sangat berguna bagi penulis.
7. Pimpinan Muhammadiyah Daerah Surakarta yang telah banyak membantu penulis
dalam memberikan informasi-informasi untuk keperluan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Segenap narasumber dengan kesediaannya telah memberikan informasi yang
(8)
commit to user
viii
9. Segenap staf dan karyawan di UPT Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret,
Perpustakaan Fakultas Sastra Dan Seni Rupa, Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Perpustakaan Lembaga Pustaka Seni Dan Budaya PDM Surakarta, Arsip dan Perpustakaan Rekso Pustoko Mangkunegaran, Arsip dan Perpustakaan Sasana Wilapa Kraton Kasunanan Surakarta, Perpustakaan SD Muhammadiyah I Surakarta, Perpustakaan SMA Muhammadiyah I Surakarta yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam penyediaan dan peminjaman buku-buku yang diperlukan.
10. Teman-temanku Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas
Maret Surakarta Angkatan 2003, 2004, 2005, 2006, 2007.
11. Bapak dan Ibu, kakak, adikku serta keponakanku yang selalu memberikan kasih
sayang dan semangat dengan tulus ikhlas serta doa yang tak pernah putus kepada penulis.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan-bantuan baik berupa bantuan materiil, bantuan moril, maupun berupa bantuan spirituil selama dalam penyusunan skripsi ini sehingga penyusunan skripsi ini dapat selesai dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang sifatnya membangun akan penulis perhatikan dengan baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Surakarta,
(9)
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xvii
DAFTAR GAMBAR DAN DIAGRAM ... xix
ABSTRAK... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Tinjauan Pustaka ... 9
F. Metode Penelitian ... 13
G. Sistematika Penelitian ... I7 BAB II MUHAMMADIYAH DI SURAKARTA... 19
A. Gambaran Umum Berdirinya Muhammadiyah... 1. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah ... 2. Arti dari lambang Muhammadiyah ... 3. Latar Belakang Pembaharuan Pendidikan Muhammadiyah di Surakarta... 19 19 21 24 B.Proses Terbentuknya Muhammadiyah Cabang Surakarta... 1. Sejarah Berdirinya SATV ... 2. Terbentuknya Muhammadiyah Cabang Surakarta ... 37 27 44 C.Aktivitas Muhammadiyah Cabang Surakarta... 1. Bagian Cabang Pendidikan atau Afdeling Onderwijs ... 2. Dibidang Tabligh ... 3. Dibidang Kesehatan ... 4. Kegiatan-kegiatan Muhammadiyah Cabang Surakarta di Sontohartono ... 47 48 48 49 50 BAB III PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH DI SURAKARTA ... 53
A. Periode Awal Perkembangan Pendidikan Muhammadiyah Di
Surakarta Tahun 1930-1945 ...
1. Periode Awal Mula Munculnya Sekolah Muhammadiyah di
Surakarta Tahun 1930 ... 2. Sistem Pendidikan Pesantren ...
3. Perkembangan dan Sistem Pendidikan Yang Ada Pada Masa
Pemerintahan Kolonial Tahun 1930-1942 ...
53 53 55 61
(10)
commit to user
x
4. Pendidikan yang di Selenggarakan oleh Keraton Kasunanan
dan Pura Mangkunegaran ...
5. Masa-masa Perkembangan Awal Persyarikatan
Muhammadiyah di bidang Pendidikan di Surakarta Periode Tahun 1930-1942 ...
73
76
B. Pendidikan Muhammadiyah Masa Kependudukan Jepang di
Surakarta Tahun 1942 sampai 1945 ...
1. Kebijakan dan Tujuan Pendidikan di Masa Pemerintahan
Jepang ... 2. Berakhirnya Sekolah Jepang ...
3. Sekolah-sekolah Muhammadiyah di Surakarta tahun
1942-1945 ...
90 90 94 95
C.Isi dan Tujuan dari Pendidikan Muhammadiyah ...
1. Kurikulum dan Ciri Khusus Sekolah Muhammadiyah yang
Membedakan dengan sekolah lain ...
2. Tujuan berdirinya Sekolah Muhammadiyah ...
3. Janji Pelajar dan Pokok Dasar Pendidikan Muhammadiyah ...
4. Metode dan Sistem Belajar yang Digunakan di Sekolah
Muhammadiyah...
5. Tantangan-tantangan dan Hambatan yang dihadapi oleh
Sekolah-sekolah Muhammadiyah ...
99 99 104 106 113 107 109
D.Pengaruh Pendidikan Muhammadiyah di Surakarta Tahun
1930-1945 ...
1. Pengaruh Pendidikan Sekolah-sekolah Muhammadiyah di
Surakarta tahun 1930 Sampai 1945 ...
2. Peranan Persyarikatan Muhammadiyah dalam Membangun
Kemajuan Pendidikan Muhammadiyah bagi Masyarakat Surakarta tahun 1930 Sampai 1945 ...
112 114
120 BAB IV PERKEMBANGAN PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH DI
SURAKARTA TAHUN 1945-1970... 125
A. Perkembangan Pendidikan Muhammadiyah Tahun 1945 Sampai
1950...
1. Kebijakan Pemerintah Indonesia Mengenai Pendidikan tahun
1945 sampai 1950 ...
2. Pendidikan Muhammadiyah tahun 1945-1950 ...
125 125 131
B. Arah Gerak Muhammadiyah dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Tahun 1945-1970 ...
1. Kebijakan Pendidikan 1945-1970 ...
2. Kurikulum Pendidikan Sekolah-sekolah
MuhammadiyahTahun 1945-1970...
3. Faktor-faktor Penghambat Perkembangan Sekolah-sekolah
Muhammadiyah Tahun 1945-1970 ...
4. Usaha-usaha Pengembangan Pendidikan Muhammadiyah....
134 134 135 148 153
(11)
commit to user
xi
C. Perkembangan Sekolah-sekolah Muhammadiyah di Surakarta
tahun 1945-1970 ...
1. Pelaksanaan pendidikan Secara Informal ...
2. Pelaksanaan Pendidikan Secara Non Formal ...
3. Pelaksanaan Pendidikan Formal ...
4. Teknik Penyelenggaraan Pendidikan di sekolah-sekolah
Muhammadiyah ...
161 161 162 163 177
D. Perkembangan Masyarakat Surakarta dengan Adanya Pendidikan
Muhammadiyah 1945-1970...
1. Perkembangan Pembaharuan Pendidikan Muhammadiyah
Terhadap Perubahan sosial Msyarakat Surakarta Tahun 1945-1970...
2. Peranan Persyarikatan Muhammadiyah dalam Membangun
Kemajuan Pendidikan Muhammadiyah di Surakarta Tahun 1945-1970 ...
179
181
191
BAB V KESIMPULAN ... 199
DAFTAR PUSTAKA... 203
DAFTAR INFORMAN... 211
(12)
commit to user
xii
TABEL
Tabel 1 : Sekolah-sekolah Kolonial Yang didirikan di Surakarta Tahun
1932... 72
Tabel 2 : Sekolah-sekolah Muhammadiyah Cabang Surakarta Tahun
1930-1942... 85
Tabel 3 : Perkembangan Sekolah Muhammadiyah di Surakarta Jenjang
Sekolah Menengah Kejuruan Hingga Tahun 1970... 160
Tabel 4 : Perkembangan Sekolah Muhammadiyah di Surakarta Jenjang
Sekolah Dasar Hingga Tahun 1970... 167
Tabel 5 : Perkembangan Sekolah Muhammadiyah di Surakarta Jenjang
Sekolah Menengah Pertama Hingga Tahun 1970... 169
Tabel 6 : Perkembangan Sekolah Muhammadiyah di Surakarta Jenjang
Sekolah Menengah Atas hingga Tahun 1970... 170
(13)
commit to user
xiii
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH 1. Istilah
Abdi Dalem : Pegawai Kerajaan.
Akhlak : ti, Suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia seperti moral, budi pekerti.
Al-Qur’an : Kitab Agama Islam.
Amar Ma’ruf Nahi
Munkar
: Mengajak kepada perintah Allah dan mencegah larangan-larangan-NYA, mengajurkan kebaikan dan mencegah kemunkaran.
Bangsawan bumiputera : Keturunan darah bumi, keturunan orang-orang lahir ningrat (keluarga bangsawan raja asli pribumi).
Bid’ah : Penambahan hal baru, penyelewengan dari tradisi, hal-hal baru dalam ibadah yang diadakan, yang tidak dilaksanakan oleh Rasul selama hidupnya, tidak termasuk dalam ketentuan-ketentuan agama yang muni dan asli.
Dai Nippon : Sebutan bagi bangsa Jepang.
Diniyah : Sekolah dengan pelajaran agama Islam saja. Dualisme : Ajaran yang berdasarkan dua azas yang
berlainan.
Gradualisme : Ajaran yang mempengaruhi sedikit demi sedikit. Gunsaikanbu : Pemerintah Militer Pusat.
Gunseibu : Pemerintah Militer Daerah. Gunseikan : Kepala Pemerintahan Militer. Gunsereikan : Panglima Tentara.
(14)
commit to user
xiv
Ibtidaiyah : Sekolah Dasar dengan Agama Islam.
Ijtihad : Dalam bidang fiqih (hukum Islam) mengerahkan seluruh tenaga dan fikiran untuk menyelidiki dan mngeluarkan hukum-hukum yang terkandung
dalam Al-Qur’an dengan syarat-syarat tertentu.
Khurafat : Dogeng cerita, fiktif, cerita dusta, cerita bikin-bikinan, kepercayaan yang menyimpang dari kemurnian agama.
Kweekschool : Sekolah Guru dengan bahasa pengantar Belanda, lama belajar empat tahun, untuk menjadi guru HCS dan HIS.
Madrasah : Sebutan bagi sekolah Agama Islam, tempat proses belajar mengajar ajaran Islam secara formal yang mempunyai kelas dan kurikulum dalam bentuk klasikal.
Madrasah Mu’alimin : Sekolah guru agama tingkat tinggi.
Mubaligh : Orang yang menyampaikan ajaran agama kepada masyarakat.
Muktamar : Forum permusyawaratan tertinggi dalam
Muhammadiyah yang berfungsi untuk
merumuskan garis besar kebijakan organisasi, memilih dan menetapkan anggota Pimpinan
Pusat, serta merupakan forum
pertanggungjawaban kepengurusan selama lima tahun sebelumnya.
Nederlands Indie : Hindia Belanda Normaalschool : Sekolah Guru.
(15)
commit to user
xv
Osamu Serei : Undang-Undang Pada Masa Jepang Pangreh Praja : Abdi Kerajaan
Resident : Propinsi
Shidiq : Sifat benar dan jujur.
Syirik : Suatu kebiasaan, tradisi, yaitu kepercayaan terhadap keampuhan peninggalan-peninggalan nenek moyang yang diyakini menentukan dan mempengaruhi jalan kehidupan.
Tanah Wakaf : Bentuk pemberian dengan cara mengalihkan hak atas kekayaan dan sebagainya kepada orang lain. Tsanawiyah : Sekolah lanjutan dengan dasar Islam.
Zending : Badan-badan penyelenggara penyebaran agama kristen.
2. Singkatan
BPUPKI : Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi
Cosakai).
CVO : Cursus Volks Onderwijer (Kursus yang menerima
murid dari Vervolgschool atau Tweede Klasse
dengan lama belajar 1 tahun dan berbahasa Belanda.
HCS : Hollandsch Chineesche School ( Sekolah Rendah
untuk anak-anak keturunan Cina dengan bahasa pengantar Belanda lama belajar 7 tahun.
MULO : Meer Uitgebreit Lager Onderwijs. (Sekolah
rendah dengan program yang diperluas dengan lama belajar 3 tahun.
(16)
commit to user
xvi
PPKI : Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
( Dokuritsu Junbi Inkai).
SKKA : Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas.
SKKP : Sekolah Kesejahteraan Keluarga Pertama.
SMA : Sekolah Menengah Atas.
SMEA : Sekolah Menengah Ekonomi Atas.
SMEP : Sekolah Menengah Ekonomi Pertama.
SMP : Sekolah Menengah Pertama.
SMOA : Sekolah Menengah Olahraga Atas.
SPG : Sekolah Pendidikan Guru.
SR : Sekolah Rakyat.
(17)
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1 Algemeene Secretarie No.81, den 22 sten Augustus 1914 ... 213
2 UITTREKSEL uit het Register der Besluiten van den
Gouverneur Generaal van Nederlandsch-Indie, Batavia, den
16 den Augustus 1920 (No.40). ... 214
3 UITTREKSEL uit het Register der Besluiten van den
Gouverneur Generaal van Nederlandsch-Indie, Batavia, den 2
den September 1921 (No.36). ... 215
4 Rechtpersoon Muhammadijah 1941 ... 216
5 Surat Keputusan Perubahan Nama Muhammadiyah Cabang
Surakarta menjadi Muhammadiyah Daerah Surakarta ... 217
6 Pendirian dan Pengelolaan Sekolah Muhammadiyah tidak
Memerlukan Akte Notaris atau bentuk Yayasan Tersendiri .... 218
7 Arsip Mangkunegaran, No. L. 709, “Aturan-aturan Sakeng
Pemerintah Dai Nippon”, Tentang Penggunaan Bahasa
Indonesia di Sekolah...
222
8 Arsip Mangkunegaran No. 4300, “Pendidikan dan Pengajaran
Indonesia 21 Mei 2605”...
223
9 Arsip Mangkunegaran No. 1411, “Permohonan Tanah Untuk
keperluan HIS”... 225
10 Setifikat SD Muhammadiyah I Surakarta ... 228
11 Keadaan Sekolah-sekolah Muhammadiyah Daerah Kotamadya
Surakarta Tahun 1968...
230
12 Keadaan Murid dan Sekolah Muhammadiyah Tahun
1969...
232
13 Bunyi Pidato K.G.P.A.A Mangkunegaran VII ... 238
14 Opgave´ van Openbare Onderwijainrichtingen in het gewest
Soerakarta...
241
(18)
commit to user
xviii
16 Arsip Mangkunegaran No.1411, “Surat Permintaan Izin Untuk
Memperingati Maulud Nabi”... 247
17 Pengajaran dan Pendidikan (Berita Officieel), Ketentuan Mata
Pelajaran di HIS... 248
18 Kepribadian Muhammadiyah (Hasil Muktamar
Muhammadiyah ke-35 di Jakarta... 245
19 Gambar Gedung bersama antara SD Muhammadiyah I dan
SMA Muhammadiyah I Surakarta Tahun 1970... 250
20 Gambar Gedung SMP Muhammadiyah I Surakarta Tahun
1970 ... 251
21 Potret An-anak SMP Muhammadiyah I Dalam Mengikuti
Parade Maulud Nabi Tahun 1970... 252
22 Potret Anak-anak Yang Mengikuti Pesta Fakir Miskin
Perayaan Idul Adha Tahun 1970... 253
23 Potret Pengurus Muhammadiyah Cabang Surakarta Tahun
1930. ... 254
24 Potret Pengurus Muhammadiyah Bagian Sekolahan Tahun
1930 ... 255
25 Potret K.H. Ahmad Dahlan beserta Nyi. Ahmad Dahlan
(Pendiri Muhammadiyah)... 256
26 Potret Muhammad Amir (Sesepuh Muhammadiyah) dan
Pigura Surat Keputusan diijinkannya Pendirian
Moehammadijah Hindia Timoer ...
257 27 Potret Piala-Piala ... 258
28 Potret Rekreasi bersama dalam Rangka Kelulusan Kelas 3
SMA dan Kegiatan Keterampilan dalam Rangka Meningkatkan Mutu Pendidikan Tahun 1970 di SMA Muhammadiyah I
Surakarta ... 259
29 Piagam Pendirian Perguruan Muhammadiyah ... 260
30 Gambar Gedung Sontohartono, tempat Kegiatan
Muhammadiyah...
261
(19)
commit to user
xix
DAFTAR GAMBAR DAN DIAGRAM
Gambar I
:
Lambang Persyarikatan Muhammadiyah... 26Diagram I
:
Susunan Jenjang Sekolah Menurut Panitia Penyelidik(20)
commit to user
xx
ABSTRAK
Retna Ariyanti, C0504039, 2011, Pendidikan Muhammadiyah Sebagai Strategi
Pembaharuan Sosial Di Suraka rta 1930-1970, Skripsi, Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Penelitian ini membahas tentang Pendidikan Muhammadiyah Sebagai
Strategi Pembaha ruan Sosial Di Sura karta 1930-1970. Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Apa yang menjadi latar belakang pembaharuan pendidikan Muhammadiyah di Surakarta tahun 1930 sampai 1970? (2) Bagaimana bentuk-bentuk pembaharuan pendidikan Muhammadiyah di Surakarta? (3) Bagaimana peran pembaharuan dan pengaruh pendidikan Muhammadiyah terhadap perkembangan masyarakat di Surakarta? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui latar belakang pembaharuan pendidikan Muhammadiyah di Surakarta tahun 1930 sampai 1970, untuk mengetahui bentuk-bentuk pembaharuan pendidikan Muhammadiyah di Surakarta, untuk mengetahui peran pembaharuan dan pengaruh pendidikan terhadap perkembangan masyarakat di Surakarta.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan teknik melakukan pengumpulan data. Data selanjutnya dikritik secara intern dan ekstern. Hasilnya berupa fakta- fakta historis. Fakta ini lalu disusun dalam sebuah historiografi. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan teknik studi dokumen, studi pustaka, wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Persyarikatan Muhammadiyah didirikan karena kecenderungan masyarakat yang terbelenggu oleh tahayul, bid'ah, khurafat, kemiskinan dan penderitaan akibat penjajahan. Akibatnya masyarakat hidup dalam kebodohan, kesengsaraan dan tidak melaksanakan ajaran agama dengan baik dan benar. Untuk memperbaiki keadaan masyarakat tersebut, Muhammadiyah banyak melakukan perubahan misalnya mendirikan sekolah-sekolah dengan tujuan membentuk pribadi muslim, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri dan berguna bagi masyarakat. Muhammadiyah mendirikan sekolah dari sekolah dasar hingga menengah tinggi. Sekolah-sekolah yang berdiri berjalan lancar dan mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lain. Sekolah-sekolah Muhammadiyah diharapkan mampu menciptakan siswa-siswi yang berkualitas serta berguna bagi bangsa dan
negara. Adanya sekolah Muhammadiyah yang berdiri di Surakarta, masyarakat mengalami perubahan dalam beribadah dan dalam kehidupan sehari-hari. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah Persyarikatan Muhammadiyah sebagai lembaga pendidikan swasta mengalami perkembangan yang cukup baik. Muhammadiyah mampu menyiapkan perlengkapan pendidikan dari tingkat dasar hingga tingkat lanjutan. Muhammadiyah masih bisa mengembangkan amal usahanya walaupun dalam masa penjajahan Belanda, Jepang dan masa kemerdekaan.
(21)
commit to user
xxi
ABSTRACT
Retna Ariyanti, C0504039, 2011, Muhammadiyah Education as A Social Reform
Strategy in Surakarta 1930 to1970. Departement of Historical Science, Faculty of Letters and Fine Arts, Sebelas Maret University of Surakarta.
This research discusses about Muhammadiyah Education as A Social Reform
Strategy in Surakarta 1930-1970. The research problems are (1) What is the background of Muhammadiyah education reform in Surakarta from 1930-1970? (2) What are the kinds of Muhammadiyah education reform in Surakarta? (3) What are the reform roles and the impacts of Muhammadiyah education toward the society development in Surakarta? The aim of this research are to know the background of Muhammadiyah education reform in Surakarta from 1930-1970, to find out the kinds of Muhammadiyah education in Surakarta, and to find out the reform roles and the impacts of Muhammadiyah education toward the society development in Surakarta.
The method used in this research is a historical method with data collection technique. The data are subsequently criticized internally and externally. The result are the historical facts. This facts are then compiled in a historiografy. This research uses data collection technique with document study, literature study and interview techniques.
The result of this research show that Muhammadiyah alliance was established because of the tendency of society fettered by supersition, heresy, myth, poverty and suffering caused by the colonialism. As a result, the society lived in ignorance and misery, and did not implement the religion properly and correctly. To improve that society condition Muhammadiyah has done many changes like building schools for forming moslem individulity who is noble, competent, self confidence and useful to the society. Muhammadiyah built school, from elementary school to high school. The schools runs well and can compete with other schools. Muhammadiyah schools are expected to be able to create qualified students and useful for the nation. By the existence of Muhammadiyah schools in Surakarta, the society experiences changing in religious devotion and in daily life. The conclusion of this research is that Muhammadiyah alliance as a private education institution has developed well. Muhammadiyah is able to provide educational equipment from the basie to advanced level. Muhammadiyah is still able to develop its charitable efforts although it is either in the Dutch and Japan colonial period or in the period of independence.
(22)
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi yang berdiri sekitar abad 20 dan terbentuk karena berkeinginan untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia. Muhammadiyah didirikan pada hari Tarwiyah 8 Dzulhijah 1330 H atau 18
November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta.1Alasan terbentuknya
Muhammadiyah adalah K.H. Ahmad Dahlan berkeinginan untuk membuka sekolah sendiri yang dikelola dengan baik dan juga didukung oleh organisasi yang bersifat permanen untuk menghindarkan nasib sebagaimana kebanyakan pesantren tradisional yang terpaksa ditutup. Terbentuknya Muhammadiyah adalah untuk menghadapi pengaruh dari barat dan kaum tradisional dengan melakukan strategi tajdid atau pembaharuan strategi. Maksud dari pembaharuan strategi adalah berupa pemahaman nilai-nilai Islami yang tidak boleh ditinggalkan dan tidak boleh dicampuradukan dengan nilai-nilai non Islam, tetapi tidak boleh bersikap menolak terhadap pengaruh dari luar Islam yang bersifat positif yang
dapat memajukan umat Islam.2
Dapat di gambarkan secara garis besar 2 hal yang ingin dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan adalah (1) Melepaskan umat Islam dari pengaruh tahayul,
bid’ah dan churafat (TBC) yang membelenggu umat dari pemahaman tauhid yang
1
Muhammad Amir, 1990, Muhammadiyah Yang Saya Ketahui Sebelum Kelahiran Muhammadiyah Cabang Surakarta, Surakarta: PDM, halaman 1.
2
Amien Rais, 1998, Visi dan Misi Muhammadiyah, Yogyakarta: Pustaka Suara Muhammadiyah, halaman 7.
(23)
commit to user
benar. (2) Untuk memajukan pendidikan umat Islam dengan memberikan pengetahuan-pengetahuan Islam dan pengetahuan barat yang kepada golongan muda. Tujuannya supaya umat Islam dapat hidup sejahtera di dunia. Oleh karena
itu, maka maksud didirikan Muhammadiyah adalah untuk: “Menyebarkan
pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad S.A.W. kepada penduduk bumiputera” dan “memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya”.3 Maksud ini sesuai
dengan Al-Qur’an dan Hadits.
Ciri amal usaha Muhammadiyah sejak didirikan tahun 1912 adalah dibidang pendidikan. Perubahan pendidikan merupakan keadaan amal usaha Muhammadiyah yang dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran pembaharuan. Pembaharuan menjadi pilihan dari organisasi Muhammadiyah. Pemikiran pembaharuan Islam dilaksanakan dengan dimulainya usaha mempertemukan pemikiran ilmu dengan pemikiran keagamaan yang dilandasi ditegakkannya
Al-Qur’an dan Sunnah yang berisi keteladanan Nabi Muhammad S.A.W. Diharapkan
dengan pemikiran pembaharuan ini akan menimbulkan suatu
perubahan-perubahan yang memiliki kekuatan-kekuatan yang bersumber Al-Qur’an dan
Sunnah.4
Muhammadiyah dalam kegiatannya berusaha menjawab tantangan pendidikan Belanda dan kegiatan missionaris Kristen dalam rangka wawasan reformis Muhammad Abduh dan Rasyid Rido dari Mesir. Muhammadiyah juga merupakan badan yang pertama dan yang paling berhasil diantara banyak badan
3 Soekirjono, “Perkembangan Organisasi Muhammadiyah Dulu Kini Dan Yang akan
Datang”, Langkah Baru Edisi Desember 2007, halaman 7.
4
M.T. Arifin, 1987, Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, halaman 16-17.
(24)
commit to user
Indonesia yang melalui sistem sekolahnya5 yaitu dengan mendirikan banyak
sekolah-sekolah dari mulai Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Madrasah dengan menggunakan sistem modern tidak menggunakan sistem pesantren yang menerapkan metode sorongan yaitu sistem pendidikan dimana seorang santri menghadapi Sang Kyai dengan membawa kitabnya, kemudian Sang Kyai membacakan teks dan arti dalam kitab itu, kemudian Si Santri menirukan apa yang dibaca oleh Sang Kyai. Metode lainnya adalah Bandongan atau Weton yaitu Sang Kyai membaca, mengartikan dan menerangkan maksud teks dari kitab tertentu dihadapan sejumlah santri dan santri
tidak menirukan apa yang diucapkan oleh Sang Kyai.6
Masa awal berdirinya Muhammadiyah, Pemerintah Belanda mengambil sikap diskriminatif dengan memberi kelonggaran kepada kalangan missionaris Kristen lebih banyak termasuk bantuan uang, pemerintah juga melarang banyak kegiatan missionaris Islam di daerah animisme, sedangkan missionaris Kristen
leluasa masuk dan mengembangkan pengaruhnya.7 Pimpinan Muhammadiyah
K.H. Ahmad Dahlan kemudian mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum dan di kabulkan dengan surat
ketetapan Pemerintah N0. 81 tanggal 22 Agustus 1914.8 Namun izin ini hanya
berlaku di daerah Yogyakarta dan organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah
5
A. J. S. Reid, 1996, Revolusi Nasional Indonesia, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, halaman 6.
6
Din Syamsuddin, 1990, Muhammadiyah Kini dan Esok, Jakarta: Pustaka Panjimas, halaman 221.
7
Abduddin Nata, 2001, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, halaman 338.
8
(25)
commit to user
Yogyakarta saja. Dengan Anggaran Dasarnya dinyatakan maksud dan tujuannya: a) Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad S.A.W. kepada penduduk bumiputera didalam Residensi Yogyakarta. b) Memajukan hal Agama Islam
kepada anggota-anggotanya.9
Keputusan dari Pemerintah Hindia Belanda, Muhammadiyah hanya boleh berkembang di Yogyakarta, akhirnya K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 7 Mei 1921, mengajukan permohonan kembali kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Dan permohonan ini dikabulkan dengan Surat Ketetapan Pemerintah N0. 36 tanggal 2
September 1921.10 Hasil keputusan ini, menunjukkan bahwa Muhammadiyah
adalah salah satu gerakan pemurnian Islam di Indonesia yang pertama kali mendapat pengakuan yang sah sebagai persyarikatan dari Pemerintahan Kolonial
Belanda.11 Selanjutnya Muhammadiyah diizinkan bebas bergerak
mengembangkan gagasan pembaharuannya di seluruh Indonesia. Gagasan pembaharuan ini disebarluaskan oleh K.H. Ahmad Dahlan dan murid-muridnya kebanyak daerah di Indonesia.
Pembaharuan disebut juga dengan Gerakan Modern atau Reformasi sedangkan pengertiannya adalah sebuah gerakan yang dilakukan untuk menyesuaikan faham-faham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang diakibatkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Bertujuan
9
Tim, 2005, Profil Muhammadiyah 2005, Yogyakarta: PP Muhammadiyah, halaman 14.
10
Ibid, halaman 15.
11
Lothrop Stoddarb, 1966, Dunia Baru Islam (terj Muljadi Djojomartono, Jakarta: Panitia Penerbit Menko Kesejahteraan RI dalam Tim, Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jawa Timur, Jakarta: Depdiknas, 1978, halaman 66.
(26)
commit to user
supaya umat Islam dapat terbebas dari ketertinggalan, bahkan dapat mencapai
kemajuan setaraf dengan bangsa-bangsa lain.12 Muhammadiyah berusaha
melakukan pembaharuan untuk memurnikan keyakinan agama dari campuran sistem-sistem tradisional dengan melaksanakan gerakan pembaharuan untuk membawa agama berjalan harmonis dengan pemikiran rasional modern dengan
kembali pada Al-Qur’an dan keyakinan Islam sesungguhnya. Muhammadiyah
memilihnya lewat jalan pendidikan.13
Melalui bidang pendidikan Muhammadiyah menerapkan cara belajar agama yang mudah sehingga kalangan awam yang tidak pernah belajar di pondok pesantren menjadi tertarik untuk belajar agama Islam. Pendidikan Muhammadiyah juga memberikan pelajaran ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga terbuka jalan bagi terciptanya manusia muslim yang cerdas dengan berilmu pengetahuan
dan keterampilan yang berguna bagi masyarakat.14
K.H. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah menggabungkan antara metode pendidikan model pesantren dengan pendidikan model barat. Pelajaran yang diambil dari pendidikan pesantren adalah mata pelajaran agama Islamnya, sedangkan yang diambil dari sistem pendidikan barat adalah mata pelajaran umumnya serta sistem kelasnya. Sekolah-sekolah yang ingin didirikan oleh
Muhammadiyah tidak dilaksanakan di Surau tetapi didalam gedung dengan
menggunakan kursi, meja, papan tulis. Disamping pelajaran agama yang diberikan
12
Weinata Sarin, 1995, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, halaman 18.
13
Wertheim, W.F, 1999, Masyarakat Indonesia Dalam Transisi (Studi Perubahan Sosial), Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, halaman 163.
14
(27)
commit to user
dengan cara baru, juga diajarkan huruf latin dan ilmu-ilmu umum seperti
berhitung, ilmu bumi, ilmu tubuh manusia.15
Metode inilah yang diharapkan K.H Ahmad Dahlan untuk kemajuan
masyarakat yang modern, namun masih bersumber dalam Al-Qur’an dan Hadist.
Selain juga untuk menghadapi adanya tantangan pengaruh sistem Pemerintahan Kolonial Barat. Karena model pendidikan yang ada ketika itu hanya model pendidikan pesantren dengan belajar di masjid tanpa meja dan kursi dan hanya mempelajari agama saja. Hal ini membuat K.H Ahmad Dahlan merasa khawatir akan perkembangan masyarakat selanjutnya. Disekolah-sekolah yang didirikan Muhammadiyah mata pelajaran yang diajarkan sama dengan sekolah-sekolah pemerintah meniru metode rasional barat dan pengajaran agama dimasukkan
dalam mata pelajaran terpisah.16
Melihat perkembangan pembaharuan Muhammadiyah di bidang pendidikan ini, penulis ingin mengungkap tentang pembaharuan pendidikan Muhammadiyah di salah satu cabangnya yaitu di Surakarta. Organisasi ini di Surakarta diresmikan oleh K.H. Ahmad Dahlan beserta Muhammad Husni dan R.M Prawirowiworo pada tanggal 25 Januari 1922 dan secara resmi diganti
namanya menjadi Muhammadiyah Cabang Surakarta.17 Pada awal berdirinya
15
Djarnawi Hadikusuma, 2002, Aliran Pembaharuan Islam, Yogyakarta: Persatuan, halaman 64.
16
Wertheim, W.F, op.cit., halaman 164.
17
Syamsi Sumardjo, 1967, Penyuluhan Muhammadiyah dengan Tokoh-Tokohnya Dalam KebangunanIslam, Yogyakarta: Mu’alimat Muhammadiyah, halaman 3.
(28)
commit to user
bernama SATV (akronim sifat nabi: Sidiq, Amanah, Tablig, Vathonah) setelah
diresmikan baru berubah menjadi Muhammadiyah cabang Surakarta.18
Surakarta dipilih sebagai bahan yang dikaji karena Persyarikatan Muhammadiyah tetap menempati posisi sebagai lembaga pendidikan Islam yang cukup mempengaruhi kehidupan masyarakat Surakarta. Hal ini dapat dilihat banyaknya sekolah-sekolah yang ada di Surakarta baik sekolah negeri maupun sekolah swasta. Muhammadiyah cabang Surakarta tetap mempertahankan mutu dan kualitas hasil lulusannnya. Penelitian ini mengkaji tentang perubahan-perubahan yang dilakukan Muhammadiyah di Surakarta, khususnya di bidang pendidikan umumnya dari SD, SMP, SMA. Pendidikan yang dilakukan Muhammadiyah berbasis ajaran agama Islam. Surakarta sendiri adalah sebuah
wilayah Jawa Tengah yang masih memiliki unsur keja wen yang kuat. Unsur-unsur
ini dapat dilihat dari adanya Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran. Latar belakang dari institusi dari Keraton dengan pendidikan Muhammadiyah sehingga penelitian ini menarik untuk dikaji.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang menjadi latar belakang pembaharuan pendidikan Muhammadiyah di
Surakarta tahun 1930 sampai 1970?
2. Bagaimana bentuk-bentuk pembaharuan pendidikan Muhammadiyah di
Surakarta?
18
(29)
commit to user
3. Bagaiamana peran pembaharuan dan pengaruh pendidikan Muhammadiyah
terhadap perkembangan masyarakat di Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk:
1. Untuk mengetahui latar belakang pembaharuan pendidikan Muhammadiyah di
Surakarta tahun 1930 sampai 1970.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pembaharuan pendidikan Muhammadiyah di
Surakarta.
3. Untuk mengetahui peran pembaharuan dan pengaruh pendidikan
Muhammadiyah terhadap perkembangan masyarakat di Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Praktis
Dengan penelitian yang berjudul Pendidikan Muhammadiyah Sebagai
Strategi Pembaharuan Sosial Di Surakarta 1930-1970 diharapkan bisa memberikan gambaran tentang latar belakang pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammadiyah khususnya tentang pembaharuan di bidang pendidikan khususnya di Surakarta dan memberikan gambaran dari proses pelaksanaan pembaharuan dan dampak yang dihasilkan dari pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammadiyah. Untuk memberikan kontribusi positif bagi perkembangan ilmu sejarah khususnya sejarah perkembangan Islam dalam pendidikan.
2. Manfaat Akademik
Dengan penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan tentang penulisan sejarah Indonesia. Khusunya tentang pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammadiyah dalam bidang pendidikan. Tulisan ini diharapkan
(30)
commit to user
dapat memberikan pengetahuan tentang pembaharuan, khususnya pembaharuan dan perkembangan pendidikan di Surakarta tahun 1930 sampai 1970. Dari hasil tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi kepentingan pendidikan juga bagi para peneliti lain yang ingin mengembangkan lebih lanjut.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini lebih dulu ditinjau beberapa pustaka yang telah mengkaji atau meneliti tema-tema sebagai acuan dalam penelitian ini. Diharapkan dengan tinjauan pustaka akan memberikan rujukan, perbandingan dan bantuan analisis untuk menelaah permasalahan yang diteliti antara lain adalah buku
karangan M. T. Arifin, Gaga san Pembaharuan Muhammadiyah yang diterbitakan
oleh Dunia Pustaka Jaya, Jakarta tahun 1987. Buku ini membahas tentang perkembangan pemikiran pembaharuan dalam Muhammadiyah serta pengaruhnya terhadap perubahan pendidikan oleh beberapa faktor seperti 1. Muhammadiyah memiliki pemikiran pembaharauan, 2. Memperbaiki adanya kesenjangan sehingga antara cita-cita dengan kenyataan dapat dipertemukan, 3. Pengaruh perubahan tuntutan zaman atas amal usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan, 4. Alat kelembagaan untuk mengarahkan perubahan di bidang pendidikan menjadi ciri dari amal usaha Muhammadiyah.
Pengaruh pemikiran pembaharuan ini seperti usaha untuk mengatasi dikotomi sistem pendidikan model barat dan model pesantren. Menurut Muhammadiyah kedua model itu tidak akan memberikan kemajuan dan Muhammadiyah berusaha melakukan perubahan dengan model itu. Pendidikan Muhammadiyah menyesuaikan diri dengan kerangka sistem Pendidikan Nasional dengan tetap mempertahankan dari identitas sebagai organisasi Islam.
(31)
commit to user
Buku ini bisa digunakan sebagai sumber acuan dalam penulisan ini, karena dalam buku ini terdapat teori-teori tentang pembaharuan yang dilakukan Muhammadiyah khususnya bidang pendidikan sehingga buku ini tepat digunakan sebagai sumber yang relevan dalam tulisan ini. Namun buku ini memiliki kelemahan yaitu tidak memberikan contoh sebuah wilayah tentang perkembangan pembaharuan Muhammadiyah di suatu wilayah.
Buku lain yang digunakan sebagai sumber acuan supaya data menjadi
relevan adalah buku karangan Weinata Sairin, MTH dengan judul Geraka n
Pembaharuan Muhammadiyah yang diterbitkan Pustaka Sinar Harapan Jakarta tahun 1995. Buku ini menggambarkan awal munculnya pembaharuan Islam ada 3 yaitu kondisi Islam di Jawa, pengaruh gerakan modernis Islam di Timur Tengah, dan politik Islam pemerintah Belanda. Muhammadiyah melaksanakan pembaharuan karena keterbelakangan serta kebodohan umat Islam Indonesia hampir di semua aspek, kemiskinan yang sangat parah yang diderita umat Islam.
Keadaan Indonesia yang parah, karena keadaan pendidikan Islam yang sudah sangat kuno yaitu sistem pesantren. Muhammadiyah menginginkan
masyarakat dapat memperbaiki kehidupannya dengan bersekolah di
Muhammadiyah. Lulusan dari sekolah Muhammadiyah diharapkan memiliki sikap hidup yang kukuh secara agama, namun ahli dan padai dibidang keahlian tertentu. Buku ini menjadi acuan dalam penulisan ini karena menjadi landasan teori tentang pembaharuan pendidikan dan sebagai bahan perbandingan dengan data-data yang sudah ada.
Buku karangan Mitsuo Nakamura yang berjudul Bulan Sabit Muncul Dari
(32)
commit to user
Press ini berisi tentang awal mula terbentuknya Muhammadiyah diYogyakarta. Muhammadiyah adalah organisasi yang meneruskan penyebaran Islam yang dulu dinamakan Islamisasi Jawa, namun Muhammadiyah sejak awal sudah mempunyai
tekad untuk memurnikan ajaran Islam yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits
dan lepas dari tahayul, bid’ah, khurafat.
Muhammadiyah terbentuk di wilayah disekitar Keraton sehingga kebanyakan para anggotanya dari Abdi Dalem Keraton, Muhammadiyah berdiri dengan tidak membeda-bedakan antara manusia-manusia yang satu dengan
manusia yang lainnya. Muhammadiyah semakin berkembang dengan
terbentuknya amalan-amalan Muhammadiyah. Buku ini menceritakan tentang awal mula terbentuknya amalan-amalan Muhammadiyah dan perkembangannya di Kotagede Yogyakarta.
Buku ini digunakan sebagai bahan kajian tentang awal mula terbentuknya Muhammadiyah dan perkembangannya di Kotagede Yogyakarta. Buku ini bisa dijadikan sebagai bahan kajian tambahan penulis tentang awal mula berdirinya Muhammadiyah. Kelemahan dari buku ini adalah pembahasannya hanya disekitar wilayah Kotagede Yogyakarta sehingga hanya sempit pembahasannya. Buku ini lebih menitiberatkan tentang Muhammadiyah dan perkembangannya di Kotagede terhadap kehidupan masyarakat disana yang akhirnya terbentuk Muhammadiyah karena semakin terdesaknya masyarakat disana akan kependudukan Pemerintahan Belanda yang hanya menyebarkan agama Kristen dan hanya memberikan sistem pendidikan umum tanpa adanya pelajaran agama.
Buku lain yang juga dijadikan pedoman dalam penulisan penelitian ini
(33)
commit to user
Muhammadiyah yang diterbitkan oleh Dinamika Yogyakarta tahun 1995. Dalam buku ini dijelaskan bahwa Muhammadiyah adalah sebuah gerakan tajdid (pembaharuan). Masalah pembaharuan itu ada 5 hal yaitu pembaharuan Islam, teologi, dunia dan akhirat, pembaharuan organisasi dan pembaharuan di bidang etos kerja. Lima pakert tajdid ini dijadikan sebagai acuan kegiatan Muhammadiayah dan dijadikan pedoman untuk selalu membuat langkah dengan tetap segar kreatif, inovatif, responsif pada perkembangan zaman. Harus selalu
sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
Dari buku ini terdapat bahan yang bisa digunakan sebagai bahan acuan dalam penelitian ini. Disana dijelaskan tentang bentuk-bentuk pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammadiyah dan bisa mengetahui tentang gambaran penerapan pembaharuan yang dilakukan Muhammadiyah. Namun dalam setiap penulisan pastilah mengalami kekurangan seperti kurang spesifik dalam memberikan contoh.
Tinjauan lain yang digunakan adalah skripsi karya Muhammad Wasil Azis dengan Nim K.4490024 Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta 1997. Judulnya adalah “Perjuangan
Muhammadiyah Dalam Pembaharuan Pendidikan Di Surakarta 1922-1942”.
Skripsi ini berisi tentang keadaan pendidikan masyarakat di Jawa yang mengalami dikotomi antara pendidikan pesantren dan pendidikan barat. Kedua model pendidikan ini menggunjan sistem yang berbeda. Pesantren menggunakan sistem guru-kula sedangkan pendidikan barat menggunakan metode sekolahnya dengan jenjang klasikal. Adanya dikotomi pendidikan ini melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah. Untuk menghilangkan dikotomi pendidikan itu Muhammadiyah
(34)
commit to user
banyak mendirikan banyak sekolahan. Metode digunakan berbeda dengan lembaga-lembaga pada umumnya.
Dari skripsi ini dapat digunakan sebagai sumber acuan dalam penulisan. Karya skripsi ini memberikan gambaran tentang keadaan pendidikan di Indonesia pada masa pesantran dan masa penjajahan Belanda. Usaha-usaha Muhammadiyah dalam mendirikan sekolah-sekolahnya.
Dari buku-buku yang digunakan dalam tinjauan pustaka ini kesemuanya bisa digunakan dalam tema penelitian ini, karena buku-buku ini menunjukkan
tentang sebab-sebab kemunculan pembaharuan dan kemudian dipilih
Muhammadiyah sebagai landasan gerakan organisasinya dan pembaharuan yang dipilih Muhammadiyah khususnya bidang pendidikan.
F. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode historis, karena dalam
penelitian ini akan mendiskripsikan dan menganalisis peristiwa masa lampau.19
Nugroho Notosusanto sendiri mengartikan Metode Historis adalah kumpulan prinsi-prinsip atau aturan yang sistematis, yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam usaha mengumpulkan bahan-bahan untuk penulisan
sejarah, menilai secara kritis dan menyajikan suatu sintesa dalam bentuk tulisan.20
Langkah-langkah yang dikerjakan dalam Metode Historis yang pertama melakukan pengumpulan sumber-sumber sejarah atau Heuristik maka unsur
19
Dudung Abdurahman, 1999, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, halaman 54.
20
Nugroho Notosusanto, 1978, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer, Jakarta, Yayasan Idayu, Halaman 1.
(35)
commit to user
dokumen menjadi penting. Dokumen berfungsi untuk menyajikan data-data yang diperlukan untuk memberikan gambaran tentang fakta-fakta yang ada. Sumber tertulis yang diperoleh, berupa dokumen yang sejaman sedangkan buku, majalah, surat kabar membantu menambah informasi dalam penulisan penelitian ini. Dokumen yang dikumpulkan ada yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Sumber dokumen yang berupa arsip diperoleh dari Arsip Rekso Pustaka Puro Mangkunegaran misalnya Arsip Mangkunegaran NO. L 685 tanggal 17 Mei 1927 yaitu Surat Pengurus Muhammadiyah tahun 1927 kepada Kanjeng Gusti Pengeran Arya Adipati Mangkunegara VII, Arsip Mangkunegaran No. L 709
yaitu tentang “Aturan-aturan Sakeng Pamerentah Dai Nippon”, Arsip
Mangkunegaran No. 1411 mengenai berkas perkumpulan Muhammadiyah tahun 1940 sampai 1950 & arsip Mangkunegaran lainnya. Dari Kantor Balai Muhammadiyah Surakarta seperti tentang Anggaran Dasar Muhammadiyah, Anggaran Rumah Tangga, Laporan-laporan Tahunan Muhammadiyah Cabang Surakarta, Berita Tahoenan Moehammadijah Hindia Timoer, Riwayat Berdirinya Muhammadiyah Surakarta dll.
Dalam penelitian ini juga menggunakan sumber-sumber sekunder. Sumber Sekunder yaitu berupa sumber pelengkap yang berupa buku-buku yang relevan dengan tema pembaharuan dan pendidikan. Sumber Sekunder diperoleh dari Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Perpustakaan Lembaga Seni dan Budaya Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surakarta, Perpustakaan Fakultas Sastra Dan Seni Rupa UNS, Perpustakaan Pusat UNS, Arsip dan Perpustakaan Sasana Wilapa Kraton Kasunanan Surakarta. Sumber lain yang digunakan adalah buku-buku yang sesuai dengan tema penelitian ini juga
(36)
commit to user
ditambah dengan sumber-sumber yang berasal dari majalah dan melalui media elektronik seperti internet.
Penelitian ini selain menggunkan sumber dokumen, juga menggunakan teknik wawancara. Wawancara dilakukan untuk memperkuat data melalui
keterangan secara lisan dari yang diwawancarai.21 Hasil dari wawancara juga
digunakan untuk membandingkan dengan buku-buku yang sudah ada supaya data yang diperoleh seobjektif mungkin. Wawancara dilakukan kepada tokoh atau informan yang dirasa tahu dengan peristiwa atau tema yang dikaji. Di dalam penelitian ini agar tidak menyimpang dari sasaran tema maka penulisan ini berusaha menempatkan peran penting Muhammadiyah di dalam melakukan pembaharuan sedangkan unit analisisnya adalah pendidikan.
Semua data yang telah dikumpulkan kemudian di kritik dengan sumber-sumber yang ada. Hal ini untuk menentukan otensitas sumber-sumber data atau memberikan kritik ekstern dan mencari keaslian dari sumber-sumber yang ada dengan menentukan kredibilitas isi informasi yang dikemukan oleh sumber yang menjadi informasi atau kritik intern. Selanjutnya dilakukan perbandingan antara sumber primer berupa arsip, wawancara, dan buku-buku yang relevan dengan tulisan ini. Penelitian ini bersifat diskriptif yaitu menggambarkan peristiwa-peristiwa. Dari semua data yang diperoleh dan sudah terkumpul kemudian dianalisis. Langkah ini sangat penting dalam suatu penelitian supaya penelitian yang dihasilkan menarik, mudah dipahami oleh semua pihak.
Pengolahan data yang ditempuh dalam penulisan ini adalah dengan menggunakan metode komparatif yaitu membandingkan antara hasil informasi
21
Koentjaraningrat, 1986, Metode–Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia, halaman 129.
(37)
commit to user
dari wawancara dengan data hasil observasi dan selanjutnya hasilnya dibandingkan dengan teori-teori yang ada dalam buku-buku literatur yang di gunakan supaya memperoleh kesimpulan yang diharapkan dari tema penulisan. Langkah analisis yang diambil adalah menggunakan analisa deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan suatu fenomena beserta ciri-ciri khusus dan ciri-ciri umum yang ada di dalamnya, apabila data-data berupa kasus-kasus dan menekankan
aspek kualitas.22 Penulis berusaha melakukan penafsiran terhadap fakta-fakta
yang dimunculkan dari data-data yang sudah terseleksi dengan disesuaikan pada tema yang dibahas yaitu sumber yang diperoleh dengan fakta yang ada. Langkah yang terakhir adalah membuat tulisan historiografi
2. Lokasi Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan ini, mengambil lokasi penelitian di Surakarta. Alasan pengambilan lokasi ini adalah karena masih minimnya pengetahuan masyarakat tentang perkembangan pendidikan di Surakarta, khususnya mengenai perkembangan Organisasi Muhammadiyah yang sangat mengembangkan pendidikan di Surakarta yang berdiri di tahun 1923 hingga saat ini.
Alasan kedua adalah karena daerah Surakarta merupakan suatu wilayah Jawa Tengah yang memiliki 2 keraton yaitu Keraton Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran yang memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap perkembangan kehidupan sosial kemasyarakatan di Surakarta. Kedua keraton ini masih memiliki unsur-unsur kejawen yang kuat sehingga untuk menyebarkan pengaruh pembaharuan Muhammadiyah di Surakarta cukup sulit.
22
(38)
commit to user
Cara-cara untuk menyebarkan pengaruh pembaharuan di Surakarta cukup menarik untuk diteliti. Alasan lainnya adalah karena Muhammadiyah dengan sistem pendidikannya masih bisa tetap bersaing dengan adanya lembaga-lembaga pendidikan di Surakarta seperti adanya banyak sekolah-sekolah negeri yang mendapat subsidi dari pemerintah, dan sekolah-sekolah swasta lainnya yang banyak memperoleh donatur dari banyak pihak seperti Yayasan Kanisius, Regina Pacis, Santa Yosef, Mikael, Yayasan Kristen Widya Wacana, Bintang Laut, Kalam Kudus, Marsudirini, Yayasan Warga, Al-Irsyad, Al-Islam, Batik, Yayasan Islam Diponegoro dll. Banyaknya lembaga pendidikan di Surakarta tidak membuat Muhammadiyah menjadi mundur melainkan terus tetap maju. Muhammadiyah tetap berusaha untuk mengembangkan amal usahanya. Usaha yang dilakukan Muhammadiyah ini bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan digunakan untuk memberikan sedikit gambaran
mengenai penelitian yang berjudul Pendidikan Muhammadiyah Sebagai Strategi
Pembaharuan Sosial Di Suraka rta 1930-1970. Adapun sistematika penelitian ini dibagi menjadi 5 bab yaitu:
Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, sistematika penelitian.
Bab II merupakan gambaran umum berdirinya Muhammadiyah, gambaran tentang latar belakang alasan pembaharuan pendidikan Muhammadiyah, proses terbentuknya Muhammadiyah Surakarta.
(39)
commit to user
Bab III berisi mengenai gambaran pendidikan yang ada di Surakarta,
perkembangan pendidikan Muhammadiyah Surakarta, bentuk-bentuk
pembaharuan pendidikan di Surakarta.
Bab IV Berupa Undang-Undang Pendidikan, pengaruh adanya pembaharuan pendidikan yang dilakukan Muhammadiyah di Surakarta terhadap masyarakat Surakarta.
(40)
commit to user
19
BAB II
MUHAMMADIYAH DI SURAKARTA
A. Gambaran Umum Berdirinya Muhammadiyah
1. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah
Muhammadiyah lahir sebagai gerakan pembaharuan Islam di Indonesia atas dorongan kondisi yang hadir di Indonesia pada awal permulaan abad 20,
antara lain kondisi sosial masyarakat, kebudayaan, keagamaan.1 Muhammadiyah,
berusaha merubah keadaan Indonesia lewat organisasinya yang bergerak pada bidang pendidikan. Sejak dirintis, Muhammadiyah sudah memilih jalan organisasinya untuk melakukan perubahan di bidang pendidikan.
Pendiri Muhammadiyah K.H. Ahmad Dahlan menyadari bahwa pendidikan Islam sudah sangat kuno. Pendidikan Islam tidak mampu menghadapi tantangan baru yang dibawa oleh misi Kristen yang mendapat dukungan dari kekuasaan Kolonial Belanda. Sistem pendidikan yang ingin didirikan oleh K. H Ahmad Dahlan adalah berusaha menggabungkan sistem pengajaran pesantren dengan barat yaitu dengan memberikan pengajaran keagamaan juga ilmu umum
dengan menggunakan metode Barat.2 K.H Ahmad Dahlan terjun langsung dan
memandu teman-temannya untuk menembus benteng kebodohan, kemiskinan
umat melalui jalan pendidikan dan sosial.3 K.H. Ahmad Dahlan memilih jalan
1
Weinata Sairin MTH, 1995, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, halaman 23.
2 Almanak Muhammadiyah
, 1927, Yogyakarta: Bagian Taman Pustaka, halaman 131-132.
3
Mohammad Ali, “Memugar Sekolah Muhammadiyah”, Langkah Baru Edisi 1 September 2006, halaman 13.
(41)
commit to user
dengan memberikan prioritas yang tinggi di bidang pendidikan karena 2 alasan yaitu:
(1) Menyangkut konsepsinya tentang realitas umat yang mencerminkan dalam kondisi perpecahan, kebodohan, kemiskinan.
(2) Usaha pembebasan yang ditempuh K.H. Ahmad Dahlan adalah melalui pengembangan akal dan ilmu. Setinggi-tingginya pendidikan akal ialah
dengan pendidikan ilmu.4 Keinginan K.H. Ahmad Dahlan untuk mendirikan
organisasi yang bisa membantu semua umat ini juga didorong dan diilhami oleh firman Tuhan dalam Surat Ali Imran ayat 104,
“Wal-takun minkun ummatun yad’u na ilal khairi wa yakmuru na bil ma’rufi wa
yanhauna „anil munkari wa ula ika humul munflihu”
Terjemahannya surat itu adalah “Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf
dan mencegah yang munkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung”.5
"Ma'ruf": segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya. Perluasaan Muhammadiyah berjalan lancar dan cepat, karena berbagai faktor seperti dari
4
Abdul Munir Mulkhan, 1986, Pesan-pesan 2 Pemimpin Besar Islam di Indonesia (Kyai
Haji Ahmad Dahlan dan Kyai Haji Hasyim Asy’ari), Yogyakarta: Pimpinan Pusat
Muhammadiyah, halaman 11.
5
Departemen Agama Republik Indonesia, 2004, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: CV. J-ART, halaman 64.
(42)
commit to user
pribadi K.H. Ahmad Dahlan dalam berpropaganda, selalu memperlihatkan sikap
toleransi dan mengayomi sehingga beliau di kagumi oleh banyak orang.6
2. Arti dari Lambang Muhammadiyah
Gambar I
Lambang Organisasi Muhammadiyah
Sumber: www.muhammadiyah.com
Lambang organisasi Muhammadiyah berupa: “Matahari yang bersinar
putih bersih dan cemerlang, dengan sinarnya sebanyak 12 yang memancar kesegenap penjuru. Matahari yang menyinari alam semesta, matahari termasuk salah satu ciptaan Allah SWT yang sinarnya sangat berguna bagi kehidupan semua makhluk hidup termasuk manusia. Tanpa sinar matahari dunia akan menjadi gelap gulita. Muhammadiyah akan memberikan cahayanya yang berupa keyakinan bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad itu adalah pesuruh Allah.
Muhammadiyah menyeru kepada umat manusia agar dengan sadar bersedia memeluk Agama Islam, pada hakekatnya hati mereka, telah terang
6
Deliar Noer, 1982, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakata:LP3ES, halaman 87.
(43)
commit to user
benderang, jauh dari pada kegelapan.7 Dua belas berkas sinar juga berarti bahwa
angka 12 adalah tahun berdirinya Muhammadiyah ditahun 1912. Sinar matahari berjumlah 12 adalah pencerminan warga Muhammadiyah sebagai orang yang bertugas mengantarkan sinar iman, terus menerus selama 12 bulan setiap tahun. Ditengah-tengah matahari tertulis kata Muhammadiyah dalam huruf Arab yang
artinya “pengikut Nabi Muhammad SAW”. Matahari selalu bersinar setiap hari, bintang bulan terang mengikutinya.
Muhammadiyah ingin umat Islam menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangannya. Muhammadiyah yang selalu memancarkan sinarnya
membuat umat Islam untuk meninggalkan hal-hal yang jahat, tahayul, bid’ah,
khurafat.8 Asas gerak Muhamadiyah adalah bersinar sebagai raja siang yang
menerangi alam dengan diberkati oleh Allah SWT. Pada lingkaran atas yang mengelilingi tulisan Muhammadiyah terdapat: tulisan berhuruf Arab, berujud
kalimat syahadat tauhid: “Asyhadu ala ila-ha illa Allah” (saya bersaksi
bahwasanya tidak ada Tuhan kecuali Allah), dan pada lingkaran bagian bawah
tertulis kalimat syahadat Rasul “Waasyhadu anna Muhammadan Rasulullahi”
(dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah). Syahadat yang terlukis itu memiliki arti, sinar itu kalau datang akan menghidupkan banyak orang dengan
sempurna dan menghilangkan bahaya.9 Kalimat syahadat dengan huruf Arab
berarti perjuangan Muhammadiyah berdasar Tauhid atau Keesaan Tuhan. Warna
7
Mustafa Kamal Pasha, 1984, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, Yogyakarta: Persatuan, halaman 17.
8
Almanak Muhammadiyah, op.cit., halaman 209.
(44)
commit to user
Dasar yaitu warna hijau yang segar yang melambangkan kesuburan dan kesejahteraan, keislaman, perdamaian. Warna Lambang adalah putih yang artinya suci dan keikhlasan.
Muhammadiyah menurut ketetapan pemerintah Hindia Belanda No. 81 tanggal 22 Agustus 1914 hanya boleh menjalankan organisasinya di Kota Yogyakarta. Selanjutnya pengurus Muhammadiyah mengajukan surat supaya Muhammadiyah dapat berkembang di luar Yogyakarta. Pengajuan permohonan di kabulkan pemerintah Hindia Belanda dengan Surat Ketetapan Pemerintah No.40 tanggal 16 Agustus 1920 yang mengijinkan Muhammadiyah untuk memperluas gerakannya sekarisidenan Yogyakarta. Setahun kemudian berkat kegigihan dan upaya para pengurus Muhammadiyah pada waktu itu, maka keluarlah Surat Ketetapan No.36 tanggal 2 September 1921. Isi dari ketetapan itu adalah Muhammadiyah diijinkan untuk bergerak dan mengembangkan aktivitasnya diluar
Yogyakarta.10
Surat keputusan dari Pemerintah Hindia Belanda di tahun 1921 tersebut termuat ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Mensyahkan berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah di Hindia Belanda
untuk jangka waktu 29 tahun sejak tanggal berdirinya. Persyarikatan ini diberi hak menjalankan misinya dengan mengadakan berbagai kegiatan dan menyelenggarakan amal usaha sesuai dengan misi tersebut.
2. Oleh karena Persyarikatan Muhammadiyah Berbadan Hukum Barat, maka di
persamakan kedudukannya dengan bangsa atau orang Belanda didalam dan diluar pengadilan.
10
Uittreksel: Uit het Register der Besluiten va n den Gouverneur Generaal van Nederlandsch-Indie No. 36 Batavia den 2 den September 1921.
(45)
commit to user
3. Setiap kali ijin berdirinya habis, masa berlakunya persyarikatan dapat
meminta perpanjangan.11
Permohonan itu isinya mengijinkan Muhammadiyah meluaskan
organisasinya ke seluruh nusantara, maka maksud dan tujuan Muhammadiyah berubah menjadi:
1. Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran Agama Islam di
Hindia Belanda.
2. Memajukan dan menggembirakan kehidupan (cara hidup) sepanjang kemauan
Agama Islam kepada lid-lidnya.12
Keluarnya Surat Ketetapan Pemerintah No.36 tanggal 2 September 1921. Yang isinya Muhammadiyah diijinkan untuk bergerak dan mengembangkan aktivitasnya diluar Yogyakarta, maka banyak kelompok pengajian yang berada di luar Yogyakarta menggabungkan diri kedalam organisasi Muhammadiyah.
3. Latar Belakang Pembaharuan Pendidikan Muhammadiyah di Surakarta
Faktor-faktor yang mendorong lahirnya gerakan pembaharuan
Muhammadiyah di Surakarta yaitu:
a. Keterbelakangan serta kebodohan umat Islam hampir di semua aspek
kehidupan. Keadaan miskin dan bodoh akibat dijajah oleh Belanda serta pikiran dan jiwa yang terbelenggu dalam adat istiadat yang telah lama ada. Hal ini karena kehidupan masyarakat tanpa adanya pendidikan yang bisa memajukan kesejahteraan masyarakat. Lahirnya sekolah-sekolah masa
11 Soekirjono, “Perkembangan Organisasi Muhammadiyah Dulu Kini Dan Yang akan
Datang”, Langkah Baru Edisi Desember 2007, halaman 6.
12
Ari Anshori dkk, 1998, Reaktualisasi Tadjid Muhammadiyah, Surakarta: Muhammadiyah University Press, halaman 64.
(46)
commit to user
penjajahan Belanda, hanya bisa menguntungkan penjajah tanpa mengubah nasib bangsa Indonesia. Awal ditetapkannya Politik Etis pada tahun 1818 yang menetapkan bahwa pribumi diperbolehkan masuk ke sekolah Belanda. Pemerintah juga menetapkan peraturan tata tertib yang di perlukan mengenai sekolah bagi penduduk pribumi. Dalam prakteknya, pendirian sekolah-sekolah ini hanya diadakan untuk memenuhi kepentingan kaum kolonial
Belanda dalam mempersiapkan tenaga kerja pribumi dengan harga murah.13
Kebodohan umat Islam lainnya adalah banyaknya praktek-praktek
bid’ah, khurafat dan tahayul yang dilaksanakan oleh masyarakat. Kegiatan ini mereka lakukan untuk menghormati kepercayaan turun temurun yang mereka
peroleh dari nenek moyang mereka. Bid’ah adalah suatu pekerjaan atau
perkataan yang diada-adakan sesudah masa Rasulullah SAW, tetapi kegiatan-kegiatan atau perkataan yang mereka lakukan itu tidak pernah dilaksanakan
oleh para sahabat Nabi dan tidak ada dasarnya dalam Al-Qur’an maupun
Hadits, sedangkan Agama Islam itu sendiri hanya memiliki 2 dasar yaitu
Al-Qur’an dan Hadits.
Penyakit lainnya adalah khurafat dan tahayul yang berisi hal-hal yang tidak masuk akal atau perkara-perkara yang sulit untuk dipercaya kebenarannya, yang saling bertentangan satu sama lain dan tidak terdapat dalam ajaran Islam. Khurafat dapat diartikan sebagai kepercayaan yang timbul dari cerita pendek yang tidak ada dasar kebenarannya dari kaidah Agama Islam dan tidak masuk akal. Pengertian tahayul adalah sebuah kepercayaan yang timbul karena khayalan seperti menganggap sesuatu seolah-olah memiliki
13
Rahadi, “Pendidikan Untuk Apa?”, Langkah Baru Edisi II November 2001, halaman 21.
(47)
commit to user
kekuatan gaib. Khurafat dan tahayul merusak dan mengotori agama yang mengakibatkan tindak kemusyirikan dalam agama, maka wajib dijauhi. Musyirik di dalam Islam merupakan dosa besar yang jika di bawa mati tidak
akan diampuni.14 K. H Ahmad Dahlan melihatnya sebagai suatu gejala yang
menonjol yang harus segera diberantas yaitu kerusakan dibidang kepercayaan
agama yaitu adanya bentuk tahayul, bid’ah, khurafat, kebekuan dalam bidang
hukum fiqih, kemunduran dalam pendidikan Islam dan kemajuan zending Kristen dan missie Khatolik.
Bentuk-bentuk Bid’ah dan Khurafat yang biasa dilakukan oleh masyarakat:
1. Selamatan yang dilakukan untuk memperingati meninggalnya seseorang
atau istilah Jawanya adalah mbedah bumi atau Ngesur Tanah yaitu doa-doa
yang dilakukan di malam hari setelah seseorang meninggal dunia atau dinamakan Tahlil. Tahlil adalah (membaca la ila ha illa Allah) dan dimaksudkan agar pahala yang didapatkan dari berTahlil bisa dikirimkan kepada jenazah yang ada dalam kubur. Selamatan hari kematian yang berupa tahlilah ini dilaksanakan mulai pada hari pertama, ke-3, ke-7, ke-40,
ke-100, kesetahun, dan dihari ke-1000 meninggalnya seseorang.15 Biasanya
Pelaksanaan upacara juga dilakukan pemotongan hewan kambing.
Pelaksanaan selamatan ini tidak tepat dengan tanggal peringatan kematian
seseorang, karena pelaksanaan hari selamatan dihitung dengan
14
Ibnu Salimi, 1981, Pengantar Kemuhammadiyahan, Surakarta : UMS, halaman 101.
15
Musthafa Kamal Pasha dan Ahmd Adaby, 2005, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, Yogyakarta: PT. Citra Karsa mandiri, halaman 116.
(48)
commit to user
menggunakan penanggalan Jawa, bukan penanggalan nasional. Pelaksanaan upacara selamatan lebih cepat dari pada penanggalan Nasional.
Biasanya kegiatan selamatan ini dengan mengundang beberapa orang untuk berdoa bersama dengan dipimpin oleh seseorang yang dipercaya bisa memimpin jalannya selamatan atau istilah Jawanya adalah
Kondangan. Tujuan pelaksanaan upacara yang dilaksanakan selama berbulan-bulan sesudah seseorang meninggal adalah bermaksud untuk menolong yang meninggal itu, yang mula-mula bertempat tinggal di dalam kubur hingga kedunia akhirat dengan jalan memberikan doa-doa supaya
perjalanannya keakhirat lancar.16 Hal ini merupakan bentuk bid’ah yang
harus ditinggalkan dari peribadatan Islam.
2. Selamatan pada waktu seorang ibu mengandung 7 bulan atau istilah
Jawanya adalah Miton atau Tingkep yaitu selamatan bagi seorang wanita
yang hamil pertama kali memasuki bulan ke tujuh. Peristiwa ini merupakan peninggalan adat istiadat jawa kuno biasanya diadakan dengan membuat rujak dari kelapa muda yang belum berdaging yang dikenal dengan nama cengkir dicampur dengan berbagai bahan-bahan lain seperti buah delima, buah jeruk dan lain-lain. Masing-masing daerah berbeda-beda cara dan macam upacara nuju bulan ini, tapi pada dasarnya bertujuan sama yaitu mendoakan bagi keselamatan calon bayi yang masih berada dalam
kandungan.17 Waktu selamtan 7 bulan ini biasanya dilaksanakan sebelum
16
Fischer, H, TH, 1980, Pengantar Anthoropologi Kebudayaan Indonesia, Jakarta: Pustaka Sarjana, halaman 121.
17Ibid
(49)
commit to user
usia kandungan seorang wanita menginjak 7 bulan. Mitoni hanya
dilaksanakan untuk kelahiran anak pertama dari pasangan suami dan istri. Persiapan acara selamatan ini sangat lengkap seperti 7 kain atau
Jarik yang berbeda motif dan corak, 7 warna bunga atau bunga tujuh warna, mata air dari 7 sumur yang berbeda yang digunakan untuk mandi setiap satu kali gayung disiramkan oleh satu orang, sehingga seorang ibu yang hamil menerima 7 kali siraman dari 7 orang. Makanan yang diolah harus berjenis 7 macam nama seperti 7 macam sayuran, buah yang digunakan harus 7 macam buah, 7 macam jenis lauk pauk dll.
3.Selamatan pada waktu kelahiran seorang anak. Acara selamatan kelahiran ini
biasanya dilaksanakan setelah 5 hari bayi lahir atau istilahnya sepa sar, atau
setelah usia bayi 40 hari atau selapan. Upacara selamatan lainnya adalah
yang dinamakan Tedak Siten merupakan salah satu tradisi Jawa, yaitu
peringatan di mana seorang anak mulai dilatih berjalan dengan menapakkan
kedua kakinya di bumi. Seorang anak yang berusia tujuh lapan (7 x 35 hari)
dimandikan dengan air kembang setaman. Setelah memakai pakaian baru,
sang anak dibimbing ibunya menginjak jadah (semacam nasi ketan tumbuk)
7 warna. Wujud pengharapan orang tua terhadap buah hatinya agar si anak kelak siap dan sukses menampaki kehidupan yang penuh dengan rintangan
dan hambatan dengan bimbingan orang tuanya, Tedak Siten dapat juga
diartikan wujud penghormatan terhadap tanah air ini yang telah memberikan
banyak hal dalam hidup manusia di bumi ini.18 Upacara ini juga dinamakan
18
Triwidodo, “Tradisi Tedak Siten dan Kaitannya dengan Penghormatan Terhadap Matahari, Bulan dan Bumi”, www.triwidodo.wordpress.com, 6 Oktober 2010, pulul 09.25.
(50)
commit to user
upacara Turun Tanah. Sebelum usia bayi satu tahun biasanya dilakukan pemotongan rambut kira-kira bayi berumur tiga bulan.
4.Pengkeramatan terhadap kuburan orang yang dianggap suci yaitu dengan
melakukan ziarah kubur. Maksud dari ziarah itu adalah meminta doa restu kepada roh yang telah meninggal, misal meminta pengelarisan dalam
berdagang, meminta panjang umur, meminta jodoh, meminta pekerjaannya
lancar dll. Pengkeramatan terhadap pohon-pohon yang dijadikan tempat meminta sesuatu, ada juga gua yang disembah dll. Tempat-tempat itu di percaya oleh masyarakat sebagai tempat yang bisa mengabulkan keinginannya dan keberuntungan dengan jalan pintas.
5.Selamatan pembuatan rumah dengan pembacaan doa-doa atau istilahnya
Jawanya adalah kenduri. Selamatn ini dihadiri oleh beberapa orang yang
berkumpul dalam rumah yang baru selesai dibangun. Membentuk sebuah lingkaran ditengah-tengah mereka ada nasi dan lauk pauk yang akan dibagikan, dengan dipimpin oleh seseorang yang dipercaya. Diadakan pembacaan doa ini diharapakan penghuni rumah selamat dan tidak ada makhluk-makhluk lain yang mengganggu rumah yang akan mereka tinggali
atau tolak bala dan memperkuat bangunan.19
6.Kepercayaan terhadap jimat. Jimat adalah benda yang dianggap mengandung
kesaktian (dapat menolak penyakit, menyebabkan kebal, dsb). Kepercayaan terhadap jimat merupakan suatu peninggalan kebudayaan dinamisme. Sedangkan kepercayaan dinamisme itu sendiri adalah kepercayaan bahwa
19
Anton T Soemantri, “Tradisi Pada Saat Bangun Rumah” www.eramuslim.com, 6
(51)
commit to user
segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidupnya. Benda-benda yang dianggap mempunyai kekuatan tertentu seperti tulisan mantra, keris, cincin, cincin batu akik, kalung, ikat pinggang, bunga
kering, batu, rambut dll.20 Dipakainya salah satu dari benda-benda ini maka
pemiliknya akan terlindungi dan terpenuhi apa yang diinginkannya. Alasan mencari jimat ini adalah mendapatkan sesuatu dengan mudah tanpa bekerja dengan keras. Hal ini merupakan perbuatan yang menyekutukan Tuhan YME. Orang-orang yang memiliki jimat ini biasanya orang yang tidak memiliki iman yang kuat dan kurangnya pengetahuan tentang agama.
7.Percaya dengan kekuatan supranatural atau dukun atau ahli-ahli nujun.
Dukun adalah orang yang dianggap tahu segalanya dan bisa memenuhi apa yang diinginkan oleh orang yang meminta bantuan. Dukun biasanya memberikan mantra-mantra tertentu dan tindakan-tindakan tertentu. Ada juga yang harus memberikan imbalan tertentu. Sampai sekarang banyak orang yang masih datang kedukun untuk meminta sesuatu seperti minta jodoh, minta dapat pekerjaan, meminta dukun untuk menyantet orang yang dibenci dll. Praktek magis atau supranatural ini dipelajari dari nenek moyang bangsa Indonesia. Tindakan perdukunan ini dilakukan seseorang, apabila mereka merasa menghadapi kesulitan-kesulitan, ketika akan memulai usaha biasanya meminta tolong kepada dukun atau ahli nujun. Ahli
20 Semokeragon, “
Pengalaman Membuang Jimat”, www.kenz.or.id, 06 Oktober 2010, pukul 12.00.
(52)
commit to user
nujun atau dukun dianggap bisa menjadi perantara orang biasa untuk
meminta pertolongan dari dunia gaib.21
Muhammadiyah berusaha untuk memurnikan ajaran Islam dari pengaruh
praktek tahayul, bid’ah dan khurafat yang sudah dilaksanakan oleh masyarakat
sejak lama. Agama Islam yang mempunyai Al-Qur’an dan Hadits sebagai
dasarnya berusaha untuk melakukan pemurnian agama dari praktek-praktek
tahayul, bid’ah dan khurafat. Agama Islam itu sendiri berarti Agama Allah yang
di bawa oleh sekalian Nabi sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad SAW dan diajarkan kepada umatnya masing-masing untuk mendapatkan hidup bahagia
dunia dan akhirat.22 Langkah Muhammadiyah untuk memberantas praktek
tahayul, bid’ah, khurafat yaitu membersihkan Islam dari pengaruh kebiasaan
-kebiasaan bukan Islam seperti praktek tahayul, bid’ah, khurafat,
memformulasikan kembali alam fikiran modern, reformasi pendidikan Islam, mempertahankan Islam dari pengaruh luar, berusaha melepaskan diri dari
belenggu penjajahan.23
b. Kemiskinan yang sangat parah yang diderita umat Islam. Masyarakat masih hidup
dalam kekuasaan Pemerintahan Kolonial Belanda dengan kehidupan yang sengsara. Masyarakat hanya bermata pencaharian sebagai petani atau hanya sebagai buruh tani. Pendapatan mereka hanya bisa digunakan untuk makan seadanya. Kebanyakan penduduk tidak mengeyam pendidikan, mereka hanya
21
Fischer, H, TH, op. cit, halaman 161. 22
Syamsi Sumardjo, 1967, PenyuluhanMuhammadiyah dengan Tokoh-tokohnya Dalam Kebangunna Islam, Yogyakarta: Mualimat, halaman 4.
23
(1)
commit to user
125
1. Mengusahakan berdirinya gedung-gedung sekolah baru tahap demi tahap 2. Memperbaiki gedung-gedung sekolah yang telah ada.
3. Menyelesaikan tanah-tanah untuk sekolah-sekolah Muhammadiyah.74
Setelah memahami banyak program Majlis Pendidikan dan Pengajaran Muhammadiyah, maka dapat di katakan bahwa Persyarikatan Muhammadiyah sangat peduli dengan perkembangan pendidikan di Surakarta. Muhammadiyah mempunyai kedudukan yang cukup kuat di masyarakat Surakarta. Pendidikan Muhammadiyah mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat Surakarta. Pengabdian di bidang Pendidikan sangat tepat dipilih oleh Muhammadiyah dan lebih dalam mengembangkan pendidikan keagamaan.
Dalam mengembangkan pendidikannya Majlis Pendidikan dan Pengajaran sangat mendapat dukungan dari Persyarikatan Muhammadiyah. Dengan menjalankan program pendidikannya Muhammadiyah berharap bisa mewujudkan masyarakat yang memiliki dasar Tauhid, tekun ibadah dan taat Kepada Allah SWT, hidup bermasyarakat dengan baik, taat pada hukum Islam, berdakwah menegakkan dan menjunjung Islam, meneladani sifat dan sikap Nabi Muhammad SAW, giat memajukan persyarikatan sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenarnya75
74 Ibid. 75
Kepribadian Muhammadiyah, Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-35 di Jakarta tahun 1962.
(2)
commit to user
125
Untuk mengembangkan seluruh amal usahanya Muhammadiyah Cabang Surakarta oleh Muhammadiyah Pusat diubah namanya. Supaya lebih bisa maju lagi. Keputusan ini diambil karena Indonesia sudah merdeka sehingga kebebasan untuk mengembangkan organisasi tidak perlu mendapat persetujuan pemerintah Kolonial, juga karena semakin banyaknya anggota yang menjadi bagian dari Muhammadiyah, supaya amal usaha Muhammadiyah dapat berjalan dengan baik dan supaya namanya seragam dengan seluruh daerah yang ada organisasi Muhammadiyah. Untuk itu Muhammadiyah Cabang Surakarta memerlukan sebuah pengelolaan yang lebih baik. Atas keputusan Persyarikatan Muhammadiyah Yogyakarta dengan berdasarkan Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah No. K-030/D-5/66. Dengan memperhatikan bahwa untuk kepentingan perjuangan persyarikatan dan ketertiban organisasi, perlu segera mengesahkan berdirinya Muhammadiyah ditempat dibawah ini: dengan mengingat Anggaran Dasar Muhammadiyah dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah pasal 5, memutuskan mulai tanggal 15 November 1966 menetapkan dan mengesahkan berdirinya Muhammadiyah Daerah Surakarta yang meliputi Kotamadyta Surakarta.76 Dengan keputusan ini nama Muhammadiyah Cabang Surakarta menjadi Muhammadiyah Daerah Surakarta, namun masih tetap berjalan sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits.
76
Tim, 1988, Laporan Tahunan Muhammadiyah Daerah Kota Madia Surakarta 1987-1988,
(3)
commit to user
199
BAB V
KESIMPULAN
Ide terbentuknya Muhammadiyah di Surakarta adalah keadaan masyarakat yang masih banyak melakukan praktek-praktek tahayul, bid’ah, khurafat (TBC). Kecenderungan yang terjadi pada masyarakat Surakarta ini telah menyimpang dari ajaran Al-Qur’an dan Hadits. Masyarakat hidup menderita karena penjajah, mereka miskin harta, miskin pengetahuan agama. Akibatnya masyarakat mencampur-adukan agama dengan hal-hal yang dilarang oleh agama Islam. Lembaga pendidikan yang ada yaitu pondok pesantren sudah tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman.
Keadaan pendidikan di Surakarta yang miskin dan masih banyak melakukan
kegiatan tahayul, bid’ah, dam khurafat sehingga Muhammadiyah melakukan pembaharuan pendidikan di Surakarta. Langkah untuk merealisasikan perubahan yang menjadi tujuan berdirinya Muhammadiyah adalah Muhammadiyah mengembangkan gerakannya dalam bidang pendidikan. Muhammadiyah mendirikan banyak sekolah. Lewat sekolah-sekolah yang didirikannya, Muhammadiyah berharap praktek-praktek yang tidak sesuai dengan agama bisa berkurang.
Awalnya organisasi Muhammadiyah tidak diijinkan menyebarkan ajarannya ke seluruh Indonesia, tetapi karena para pengurusnya giat berusaha memajukan Muhammadiyah, akhirnya organisasi ini diizinkan berdiri dan menyebarkan cabang-cabangnya ke seluruh Indonesia. Ketetapan ini sesuai dengan yang dikeluarkan pemerintah Hindia Belanda pada 2 September tahun 1921. Di keluarkan ketetapan ini maka Muhammadiyah semakin memperluas gerakan di bidang pendidikan.
(4)
commit to user
200
Muhammadiyah semakin mengusahakan banyaknya cabang untuk menjadi anggota Muhammadiyah seperti di Surakarta
Kemunculan Muhammadiyah di Surakarta awalnya bernama Kring Sarekat Islam, kemudian menjadi SATV dan berubah menjadi Muhammadiyah Cabang Surakarta sejak tahun 1923. Keadaan pendidikan di Surakarta dipengaruhi oleh banyak hal selain dari keadaan masyarakat yang hidup dalam kemiskinan dan kebodohan, penjajahan, peninggalan adat istiadat yang sudah turun-temurun, kebudayaan yang bersifat kejawen yaitu percaya pada hal-hal gaib, perbedaan agama yang berkembang, juga adanya dua keraton di Surakarta yaitu Keraton Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran.
Muhammadiyah kemudian mengadakan pembaharuan pendidikan dengan jalan memodernisasi dalam sistem pendidikan. Muhammadiyah menukar sistem pendidikan pesantren yang kuno dengan sistem pendidikan yang modern yang sesuai dengan tuntutan dan kehendak zaman. Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah yang khas agama dan bersifat umum. Mengajarkan agama dengan mudah dipahami, didaktis, paedagogis selalu prioritas dalam Muhammadiyah. Muhammadiyah memberikan ilmu-ilmu agama yang sesuai dengan Agama Islam. Lewat sekolah-sekolahnya Muhammadiyah berharap bisa memajukan pendidikan dan akan melahirkan penerus-penerus generasi bangsa yang berakhlak mulia.
Perkembangan pendidikan Muhammadiyah merupakan suatu usaha dari Persyarikatan Muhammadiyah untuk mengembalikan umat ke jalan yang benar. Langkah-langkah yang diambil oleh Muhammadiyah untuk melakukan pembaharuan
(5)
commit to user
201
antara lain adalah dengan mengganti cara belajar pesantren yang biasanya belajar dilakukan di masjid sekarang diubah sistem klasikal yaitu belajar di kelas, ada meja, ada kursi, ada jenjang kelasnya. Murid-murid Muhammadiyah juga mulai dari awal sudah dididik untuk meninggalkan praktek-praktek yang dilarang oleh agama. Diajarkan langsung mata pelajaran umum dan mata pelajaran ciri khusus Muhammadiyah. Mata pelajaran agama merupakan ciri khusus dari Muhammadiyah yang terdiri dari pelajaran Tarikh, Kemuhammadiyahan, Aqidah, Akhlak, Al-Qur’an, dan ibadah.
Perubahan yang dilakukan lainnya adalah mengadakan tabligh akbar, ceramah-ceramah agama, mengadakan pesta fakir miskin, mendirikan masjid, memperbaiki gedung-gedung sekolah dll. Muhammadiyah berusaha mengubah praktek-praktek tahayul, bid’ah dan khurafat dengan mengganti sesuai dengan ajaran agama Islam. Lewat sekolah-sekolah dijadikan media awal perubahan. Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh Muhammadiyah seperti melakukan shalat Ied di lapangan atau di tempat terbuka, menggiatkan membaca Al-Qur’an kepada murid -muridnya. Menggiatkan zakat fitrah dan kurban. Menghilangkan praktek-praktek tahayul, bid’ah dan khurafat yang dilarang oleh agama, menggiatkan membaca salam, ceramah-ceramah keagamaan, khitanan umum setiap setahun sekali menjelang Hari Raya Idul Adha bagi masyarakat Surakarta, tadarus Al-Qur’an setiap malam di bulan Ramadhan dan semua orang boleh ikut dll.
Dalam menjalankan kurikulum pendidikannya Muhammadiyah tetap menyesuaikan dengan kurikulum dari pemerintah di tambah pelajaran ciri khusus Muhammadiyah. Murid-murid Muhammadiyah diajarkan untuk berbakti kepada
(6)
commit to user
202
masyarakat dengan mengadakan Pesta fakir miskin (Pesta Fakir Miskin setiap Hari Raya Idul Fitri berupa jamuan makan malam dengan gratis bagi keluarga Muhammadiyah dan masyarakat di sekitar Surakarta), bakti sosial dll. Mengadakan lomba-lomba yang dihadiri oleh para wali murid supaya terjalin keakraban antara guru, murid dan wali murid. Sekolah-sekolah Muhammadiyah bahkan mengadakan pidato tujuh bahasa. Tujuannya adalah latihan bidang keilmuan bahasa, keberanian, mengadakan ajang bakat apresiasi seni setiap tahun, setiap siswa-siswi sekolah menampilkan bakatnya. Adanya pendidikan Muhammadiyah, masyarakat Surakarta mengalami banyak perubahan dalam kehidupan keagamaannya seperti masyarakat Surakarta sudah banyak yang menyelenggarakan sholat Ied di lapangan atau tempat terbuka, murid-murid Muhammadiyah sudah banyak yang memakai jilbab,
praktek-praktek tahayul, bid’ah, khurafat, sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat
Muhammadiyah. Muhammadiyah bergerak tidak hanya membantu pemerintah dalam bidang pendidikan saja, tetapi juga dibidang kesejahteraan umum masyarakat Surakarta seperti mendirikan balai-balai pengobatan gratis bagi masyarakat Surakarta.