Perkembangan dan Sistem Pendidikan Yang Ada Pada Masa Pemerintah Kolonial Tahun 1930-1942

commit to user 61 usulnya. 15 Akibat pendidikan pesantren para santri hanya memiliki semangat mempelajari agama, sikap fanatik, memegang teguh keyakinan Agama Islam dan ikhlas dalam setiap amal perbuatannya. Para santri tidak menguasai ilmu pengetahuan umum menyebabkan: a Mudah tertipu oleh berbagai tipu muslihat, terutama dari Pemerintah Kolonial Belanda serta orang atau golongan yang tidak menyukai Islam. b Sulit menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat yang selalu maju dan berkembang, bersikap kaku dalam memimpin masyarakat. 16 K.H. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa anak-anak Islam juga harus tahu dengan masalah- masalah keduniawian sehingga tetap sejajar dengan orang lain bahkan melebihi dan tidak menjadi masyarakat yang bodoh. 17 Untuk itu maka Beliau menginginkan perubahan dengan melaksanakan perubahan dalam hal pendidikan.

3. Perkembangan dan Sistem Pendidikan Yang Ada Pada Masa Pemerintah Kolonial Tahun 1930-1942

Pendidikan yang diadakan Belanda hanya memberikan pelajaran umum saja, tanpa pendidikan agama. Para pelajar hanya pandai dalam ilmu-ilmu keduniawian tanpa mempunyai pedoman hidup yang kokoh, berupa ilmu-ilmu 15 Mahmud Yunus , o p.cit , Halaman 233. 16 Mustafa Kamal Pasha dan Chusman Yusuf, 1989, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam , Yogyakarta: Persatuan, halaman 51. 17 Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, 2005, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam , Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, halaman 19. commit to user 62 keagamaan. Orang-orang Kristen mendirikan sekolah serta gereja ditengah-tengah perkampungan kaum muslimin dengan maksud supaya penduduk disekitar gereja- gereja itu tertarik dengan agama Kristen. Para pastur memasuki perkampungan muslim, kemudian melancarkan pengaruh-pengaruhnya. Puncak dari pengaruh Belanda adalah politik Kristenisasi yang dilancarkan Gubernur Jenderal Idenburg. Tujuannnya mengkristenkan penduduk Indonesia yang sebagian besar adalah beragama Islam. Masuknya Agama Kristen tidak lepas dari kegiatan penjajahan Belanda yang disebut dengan ”3G” yaitu Glory, Gold dan Gospel . 18 Ketiga G ini sebenarnya menggambarkan motif kedatangan kaum penjajah ke negeri-negeri jajahannya. Maksud dari motif politik Glory menang adalah sesuatu motif untuk menjajah dan menguasai negeri jajahannya sebagai daerah kekuasaannya. Motif yang kedua yaitu motif ekonomi atau Gold Emas, Kekayaan yang maksudnya suatu motif untuk mengeksploitasi, memeras dan mengeruk harta kekayaan negeri jajahan. Motif yang ketiga adalah Gospel yaitu motif untuk menyebarluaskan ajaran Kristiani kepada anak-anak negeri jajahan atau motif untuk mengubah agama penduduk. 19 Belanda melakukan politik penjajahan bertujuan juga untuk menanamkan agama Kristen kepada penduduk pribumi. Jalan inilah satu-satunya cara untuk mengekalkan penjajahannya, Adanya kesamaan keyakinan beragama antara si penjajah dengan yang terjajah maka semangat untuk memberontak akan padam 18 Musthafa Kamal Pasha dan Chusnan Jusuf, op.cit ., Halaman 20. 19 Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, op.cit , halaman 103. commit to user 63 dengan sendirinya. Belanda melakukan diskriminasi dalam melaksanakan dan menyelenggarakan pendidikannya antara golongan bangsawan Bumiputera dengan yang lain. Belanda membeda-bedakan antara anak petani, pegawai rendah, menengah tinggi, anak kaum ningrat antara orang pribumi dengan anak Cina, anak Belanda. Tindakan ini dengan tujuan supaya didapatkan hasil lulusan yang berbeda-beda dan terpecah belah sesuai dengan politik devide et impera memecah belah kekuatan kemudian menjajahnya politik ini bertujuan untuk tidak adanya semangat persatuan. Pemerintah Belanda memberikan kenikmatan kepada kaum bangsawan Bumiputera dan menjadikan para bangsawan Bumiputera sebagai ”tameng” bila terjadi ketidakpuasan rakyat terhadap penjajah. Tujuan Pemerintah Kolonial memberikan kemudahan dan prioritas yang tinggi kepada para bangsawan adalah bertujuan untuk membentuk jurang pemisah antara rakyat dan bangsawan. Dengan semakin berkuasanya penjajah dan penderitaan yang dirasakan oleh rakyat, maka timbulnya keinginan dari rakyat untuk memperbaiki nasibnya melalui jalur pendidikan sehingga bisa memperbaiki status sosialnya. 20 Pemerintah Kolonial mendasarkan kebijakannya pada pokok-pokok berikut: 1. Pendidikan dan pengetahuan Barat diterapkan sebanyak mungkin bagi golongan penduduk Bumiputera, dengan maksud supaya Bahasa Belanda menjadi bahasa pengantar di sekolah-sekolah. Adanya jalur ini diharapkan dapat 20 Ary H Gunawan, 1986, Kebijakan-Kebijakan Pendidikan di Indonesia , Jakarta: Bina Aksara, halaman 22. commit to user 64 terpenuhi kebutuhan akan unsur dari lapisan atas serta tenaga terdidik bermutu tinggi bagi keperluan penjajah belanda 2. Pemberian pendidikan rendah bagi golongan bumiputera disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Corak dan sistem pendidikan dan persekolahan di Hindia Belanda dilaksanakan berdasarkan dengan 2 pokok dasar itu. Tujuan pendidikan pada zaman Kolonial antara lain untuk memenuhi keperluan tenaga buruh kasar untuk kepentingan kaum modal Belanda disamping ada bagian yang dilatih dan dididik untuk menjadi tenaga administrasi, tenaga teknik, tenaga pertanian dll yang diangkat sebagai pekerja-pekerja kelas dua atau kelas tiga dibawah kekuasaan pemerintah Kolonial. 21 Ciri pendidikan Masa Kolonial adalah 1. Sistem dualisme dipisah antara golongan Eropa dan golongan Bumiputera, bahasa pengantar adalah bahasa melayu untuk menghubungkan sekolah golongan Eropa dan golongan bumiputera dengan sekolah Belanda diadakan sekolah peralihan disebut SchakelSchool . 2. Sistem konkordinasi yaitu pendidik didaerah jajahan diarahkan atau disesuaikan menurut pendidikan yang terdapat di Belanda, mutu perdidikan terjamin setingkat dengan pendidikan di negeri Belanda. 3. Sentralisasi kebijakan pendidikan zaman kolonial ialah memusatkan segala urusan pendidikan kepada pemerintah di Jakarta Batavia pemerintah kolonial 21 Ibid , halaman 20. commit to user 65 mendasarkan atau mempunyai suatu lembaga yang mengurus pendidikan ialah Departement Van Onder wijs Eeredienst Departement Pengajaran dan Ibadat 22 Tujuan Pemerintah Belanda mengadakan pendidikan di Indonesia adalah untuk pembentukan akal dan kecerdasan otak pikiran saja sedang perasaan dan akal budi atau hati nurani yang menjadi pangkal timbulnya akhlak yang baik sama sekali tidak pernah dihiraukan. Akibat dari Pendidikan barat: 1 Terbentuknya manusia yang cerdas otaknya tetapi kosong batinnya. 2 Terbentuknya manusia yang berkepribadian licik, pandai menipu orang lain tanpa pertimbangan moral. 3 Terbentuknya manusia yang mulai mengingkari nilai-nilai kesucian agama yang tidak dapat diterapkan dalan kehidupan diabad modern. 23 Pada awalnya Pemerintah Kolonial Belanda yang ada di Indonesia yaitu ketika zaman VOC, mendirikan sekolah yang bertujuan untuk menyebarkan agama mereka. Sekolah-sekolah ini didirikan hanya di wilayah yang telah menerima agama Katolik dari usaha orang-orang Portugis. Awalnya orang- orang Belanda merasa “enggan” menyebarkan agamanya di kalangan orang beragama Islam, takut kalau-kalau akan merugikan perdagangannya. Pemerintahan Belanda sulit mempertimbangkan antara politik dan ekonomi. Belanda menganggap yang lebih penting adalah motif religius dalam usaha menyebarkan agama Kristen. Pendidikan untuk tujuan sekuler, baru timbul 22 H.R Tilaar, 1995, Lima Puluh Tahun Pembangunan Pendidikan Nasional 1945-1999 Suatu Analisis Kebijakan , Jakarta: PT. Gramedia Widiasara Indonesia, halaman 31-32. 23 Musthafa Kamal Pasha dan Chusnan Jusuf, o p.cit. , halaman 52. commit to user 66 sekitar tahun 1800 dan muncul karena mendukung kepentingan komersial pemerintah Belanda. Pendidikan dimasa Kolonial hanya dijadikan alat untuk memelihara “Pax Neerlandica ” suasana aman dan damai, serasi bagi pertumbuhan perusahaan- perusahaan Belanda. Pendidikan Belanda hanya bersifat intelektualistis, asional, lebih berorientasi kepada birokrasi. Hasil pendidikan Belanda ini menghasilkan orang-orang Indonesia yang berpendidikan Barat, akhirnya menginginkan untuk menentang Pemerintahan Belanda dan menginginkan kemerdekaan. Mereka mendirikan organisasi-organisasi yang segera terlibat dalam masalah politik dengan tuntutan yang lebih luas. Pendidikan yang diberikan orang-orang Belanda dijadikan senjata atau kekuatan melawan kekuasaan Belanda. Dalam perkembangan timbulnya kesadaran bersekolah bagi bangsa Indonesia yang menjelma menjadi sekolah-sekolah partekelir, yaitu sekolah sekolah swasta yang dicab oleh orang Belanda sebagai Wilde Scholen Sekolah Liar seperti Taman Siswa yang berprinsip Nasional yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara tahun 1912 dan sekolah-sekolah Muhammadiyah yang juga berdasarkan Islam. 24 Pemerintah Belanda tidak berhasil untuk menghalangi pertumbuhan “Sekolah Liar” yang berkembang melebihi sekolah pemerintah. Sekolah milik pemerintah Kolonial memperketat penjagaan untuk sekolah-sekolah liar dengan tujuan supaya sekolah- sekolah liar tidak menyebarkan “buah pikiran” yang 24 S. Nasution, 2001, Sejarah Pendidikan Indonesia , Jakarta: Bumi Aksara, halaman 151- 153. commit to user 67 merugikan pemerintahan Belanda. Pendidikan Belanda selalu berhubungan dengan kepentingan Belanda, walaupun sebenarnya pemerintah Kolonial menerima tanggung jawab moral atas kesejahteraan bangsa Indonesia. Pada dasarnya tanah jajahan dipandang sebagai daerah yang direbut dan diduduki untuk dieksploitasi demi keuntungan penjajah. Pendidikan selama penjajahan Belanda juga mempunyai keuntungan bagi Bangsa Indonesia. Keuntungan adanya pendidikan Belanda adalah telah didirikan sejumlah sekolah yang bermutu tinggi sama dengan di negerinya yaitu sekolah berbahasa Belanda, maka terbuka jalan bagi mobilitas sosial. Bahasa Belanda membuka pintu kebudayaan barat dan menghasilkan perbedaan diantara berbagai golongan sosial. Pengaruh barat mendorong juga bagi pendidikan kaum wanita. Kebanyakan sekolah yang didirikan pemerintah dan perusahaan Belanda merupakan alat untuk mobilitas sosial mereka sendiri. Belanda senantisa berusaha untuk menekan perkembangan bangsa Indonesia dengan menyajikan pendidikan yang paling sederhana dengan biaya yang rendah serendahnya untuk kepentingan bangsa Belanda, Bahasa Belanda memperoleh kedudukan yang penting sejak dijadikan sebagai syarat untuk pengangkatan pegawai pemerintah dan kelanjutan pendidikan. Ciri politik dan praktik pendidikan Kolonial Belanda adalah dualisme , kontrol sentral yang kuat, dilaksanakan prinsip koordinasi, tidak adanya perencanaan pendidikan, pendidikan hanya sebagai penyedia pegawai. 25 25 Ibid , halaman 32-35. commit to user 68 Pemerintah Kolonial Belanda, menyatakan netral terhadap semua agama di Indonesia, kenyataannya tidak, karena kebijaksanaan politik Islam Belanda yang bertujuan melemahkan kekuatan Islam menurut Belanda dengan berdirinya Muhammadiyah dianggap sebagai suatu ancaman. Keputusan mengizinkan berdirinya Muhammadiyah sebenarnya tidak tulus, dengan diizinkannya Muhammadiyah berdiri adalah ingin mendapatkan simpati dan mengurangi sikap reaksi kaum muslimin terhadap pemerintah Kolonial, juga karena Muhammadiyah bukan organisasi politik. Pemerintah pernah melarang Muhammadiyah, guru-guru dilarang mengajar. Batasan ini menunjukkan bahwa pemerintah selalu ingin mengontrol Muhammadiyah juga organisasi Islam lainnya. 26 Prinsip pendidikan dari penjajah Belanda terhadap pendidikan didaerah jajahannya: 1. Pemerintah Kolonial berusaha tidak memihak salah satu agama tertentu. 2. Pendidikan diarahkan agar para tamatan menjadi pencari kerja, terutama demi kepentingan kaum penjajah. 3. Sistem persekolahan disusun berdasakan stratifikasi sosial yang ada dalam masyarakat. 4. Pendidikan diarahkan untuk membentuk golongan elite sosial Belanda 26 Din Syamsudin edt , op.cit ., halaman 52. commit to user 69 5. Dasar pendidikannya adalah dasar pendidikan barat dan berorientasi pada pengetahuan dan kebudayaan Barat. Bermula dari prinsip inilah dilakukan politik “pecah belah dan adu domba” dan diskriminasi sosial berdasarkan strata atau kedudukan. Sikap dan sifat ketergantungan menjadi pencari kerja bukan pencipta lapangan pekerjaan, meskipun dengan gaji sedikit. Kesempatan mendapatkan pendidikan diutamakan kepada anak-anak bangsawan bumiputera serta tokoh-tokoh terkemuka dan pegawai Kolonial. Diharapkan nantinya mereka akan menjadi kader-kader pemimpin yang berjiwa kebarat-baratan atau kebelanda-belandaan dan merupakan kelompok elite yang terpisah dengan masyarakatnya sendiri. 27 Mereka menjadi penyambung tangan-tangan penjajah sebagai upaya Belanda untuk memerintah secara tidak langsung kepada masyarakat dan bangsa Indonesia. Kaum bangsawan serta tokoh-tokoh yang telah memperoleh prioritas pendidikan serta kenikmatan hidup akan selalu mematuhi dan menghormati pemerintah Kolonial Belanda. Di zaman penjajahan Belanda pengangkatan Bupati didasarkan atas keturunan disamping dari pendidikan. Di zaman Hindia Belanda hanya anak Lurah keatas yang boleh memasuki Sekolah Dasar yang mempergunakan Bahasa Belanda. Ada juga sekolah-sekolah Bumiputera untuk lapisan masyarakat yang lebih rendah. Di zaman Hindia Belanda sekolah-sekolah swasta termasuk sekolah- sekolah Muhammadiyah mendidik murid-muridnya untuk berwiraswasta, karena 27 Agus Salim edt, 2007, Indonesia Belajarlah Membangun Pendidikan Indonesia, Yogyakarta: Tiara Wacana, halaman 201. commit to user 70 lulusan sekolah-sekolah Muhammadiyah sulit diterima untuk menjadi pegawai Kolonial. 28 Banyak badan pertekelir yang berusaha mendirikan sekolah swasta kemudian bergabung dalam Mardi Tomo, pendirian organisasi ini bertujuan untuk memudahkan pendanaan dan mengurus perijinan sebab waktu itu izin pendirian sekolah-sekolah swasta tsb harus dikeluarkan oleh pemerintah kerajaan dengan persetujuan pemerintahan Kolonial. Sistem perizinan ini diterapkan, Karena pemerintah Kolonial khawatir, badan-badan partekelir ini akan bertentangan dengan tujuan pendidikan yang diterapkan pemerintahan Kolonial. Muhammadiyah tidak memerlukan izin khusus dari kerajaan tetapi langsung diberikan izin untuk mendirikan sekolah-sekolah. Hal ini karena pemerintah Kolonial mempercayai tujuan-tujuan sekolah Muhammadiyah tidak bertentangan dengan pemerintah. Kebijaksanaan pemerintah sangat mempengaruhi pendidikan yang dijalankan di Surakarta, sehingga pendidikan yang dijalankan terkontrol seperti sekolah-sekolah dikelola oleh pemerintah, zending , missi , dan Muhammadiyah. Sekolah-sekolah negeri berbahasa Belanda antara lain 13 sekolah Ongko Loro, 2 sekolah Meisjesschool Sekolah Putri, 7 sekolah persiapan pendidikan guru bagi sekolah desa Onderbouw Holland Inlander Kweekschool . 28 Tim UMS, 1989, Muhammadiyah di penghujung Abad 20 , halaman 245. commit to user 71 Sekolah-sekolah tersebut berada di daerah Pasar Kliwon, Laweyan, Jebres, Mangkunegaran, Colomadu, dan Sragen. 29 Sekolah-sekolah Neutral berbahasa Belanda Sekolah ini mutunya paling baik khususnya yang diperuntukkan oleh golongan Bumi putera di Surakarta. Sekolah-sekolah ini terdiri dari HIS Jongenschool di Mangkubumen, HIS Meisjesschool di Slompretan, dan Schakelschool Sekolah Peralihan di Penumping. Sekolah-Sekolah yang di kelola oleh Missionaries yaitu sekolah- sekolah katolik yang berada di Surakarta antara lain adalah satu sekolah MULO, satu sekolah ELS, dua buah HIS, dua buah Meisjesvervolgschool . Sekolah-sekolah tersebut tersebar antara lain di Purbayan, Pasar Kliwon, Kemlayan, Jebres. 29 Arsip mangkunegaran, Opgave van Openbare Onderwijainrichtingen in het Gewest Soerakarta commit to user 72 Tabel 1 Sekolah-sekolah Kolonial yang didirikan di Surakarta tahun 1932 No. Sekolah 1. Holland Inl Kweekschool Margoyudan 4. Holland Inlander School Sidokare 5. Holland Inlander School Jebres 6. Holl Inl Meisjesschool Margoyudan 7. Holl Chin School HCS Margoyudan 8. Hoogere Kweekschool Margoyudan 9. Standaardschool Manahan 10. Standaardschool Kalangan 11. Standaardschool Kawatan 12. Standaardschool Gandekantengen 13. Standaardschool Danukusuman 14. Standaardschool Margoyudan 15. Standaardschool Gilingan 16. Schakelschool Margoyudan 17. Muloschool Villa Park 18. Eur Lagere School ELS Villa Park Sumber: Arsip Mangkunegaran, O pgave van Openbare Onderwijainrichtingen in het Gewest Soerakarta. Tabel 1 menjelaskan tentang sekolah-sekolah yang didirikan oleh zending di Surakarta dari tahun 1932. Sekolah-sekolah ini awal berdirinya karena kedatangan bangsa Belanda dengan motif penyebaran injil atau Theokratis . Sekolah-sekolah ini didirikan menyebar di wilayah Surakarta. Kegiatan Zending dibuka oleh perkumpulan Zending yang terdiri dari C. Van Proosdij, Van Ansel, C.J. de Zomer, G.C.E. de Man, serta Pendeta Bakker. 30 30 Ruth Catur S.P, Sejarah Perkembangan Yayasan Sekolah Kristen Widya Wacana Surakarta Tahun 1970-1996, Surakarta: Skripsi , halaman 19. commit to user 73

4. Pendidikan yang di Selenggarakan oleh Keraton Kasunanan dan Pura