commit to user 61
usulnya.
15
Akibat pendidikan pesantren para santri hanya memiliki semangat mempelajari agama, sikap fanatik, memegang teguh keyakinan Agama Islam
dan ikhlas dalam setiap amal perbuatannya. Para santri tidak menguasai ilmu pengetahuan umum menyebabkan: a
Mudah tertipu oleh berbagai tipu muslihat, terutama dari Pemerintah Kolonial Belanda serta orang atau golongan yang tidak menyukai Islam. b Sulit
menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat yang selalu maju dan berkembang, bersikap kaku dalam memimpin masyarakat.
16
K.H. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa anak-anak Islam juga harus tahu dengan masalah-
masalah keduniawian sehingga tetap sejajar dengan orang lain bahkan melebihi dan tidak menjadi masyarakat yang bodoh.
17
Untuk itu maka Beliau menginginkan perubahan dengan melaksanakan perubahan dalam hal
pendidikan.
3. Perkembangan dan Sistem Pendidikan Yang Ada Pada Masa Pemerintah Kolonial Tahun 1930-1942
Pendidikan yang diadakan Belanda hanya memberikan pelajaran umum saja, tanpa pendidikan agama. Para pelajar hanya pandai dalam ilmu-ilmu
keduniawian tanpa mempunyai pedoman hidup yang kokoh, berupa ilmu-ilmu
15
Mahmud Yunus , o
p.cit
, Halaman 233.
16
Mustafa Kamal Pasha dan Chusman Yusuf, 1989,
Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam
, Yogyakarta: Persatuan, halaman 51.
17
Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, 2005,
Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam
, Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, halaman 19.
commit to user 62
keagamaan. Orang-orang Kristen mendirikan sekolah serta gereja ditengah-tengah perkampungan kaum muslimin dengan maksud supaya penduduk disekitar gereja-
gereja itu tertarik dengan agama Kristen. Para pastur memasuki perkampungan muslim, kemudian melancarkan pengaruh-pengaruhnya. Puncak dari pengaruh
Belanda adalah politik Kristenisasi yang dilancarkan Gubernur Jenderal Idenburg. Tujuannnya mengkristenkan penduduk Indonesia yang sebagian besar adalah
beragama Islam. Masuknya Agama Kristen tidak lepas dari kegiatan penjajahan Belanda yang disebut dengan
”3G” yaitu
Glory, Gold
dan
Gospel
.
18
Ketiga G ini sebenarnya menggambarkan motif kedatangan kaum penjajah ke negeri-negeri jajahannya. Maksud dari motif politik
Glory
menang adalah sesuatu motif untuk menjajah dan menguasai negeri jajahannya sebagai daerah
kekuasaannya. Motif yang kedua yaitu motif ekonomi atau
Gold
Emas, Kekayaan yang maksudnya suatu motif untuk mengeksploitasi, memeras dan
mengeruk harta kekayaan negeri jajahan. Motif yang ketiga adalah
Gospel
yaitu motif untuk menyebarluaskan ajaran Kristiani kepada anak-anak negeri jajahan
atau motif untuk mengubah agama penduduk.
19
Belanda melakukan politik penjajahan bertujuan juga untuk menanamkan agama Kristen kepada penduduk pribumi. Jalan inilah satu-satunya cara untuk
mengekalkan penjajahannya, Adanya kesamaan keyakinan beragama antara si penjajah dengan yang terjajah maka semangat untuk memberontak akan padam
18
Musthafa Kamal Pasha dan Chusnan Jusuf,
op.cit
., Halaman 20.
19
Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban,
op.cit
, halaman 103.
commit to user 63
dengan sendirinya. Belanda melakukan diskriminasi dalam melaksanakan dan menyelenggarakan pendidikannya antara golongan bangsawan Bumiputera dengan
yang lain. Belanda membeda-bedakan antara anak petani, pegawai rendah, menengah tinggi, anak kaum ningrat antara orang pribumi dengan anak Cina, anak
Belanda. Tindakan ini dengan tujuan supaya didapatkan hasil lulusan yang berbeda-beda dan terpecah belah sesuai dengan politik
devide et impera
memecah belah kekuatan kemudian menjajahnya politik ini bertujuan untuk tidak adanya
semangat persatuan. Pemerintah Belanda memberikan kenikmatan kepada kaum bangsawan
Bumiputera dan menjadikan para bangsawan Bumiputera sebagai ”tameng” bila
terjadi ketidakpuasan rakyat terhadap penjajah. Tujuan Pemerintah Kolonial memberikan kemudahan dan prioritas yang tinggi kepada para bangsawan adalah
bertujuan untuk membentuk jurang pemisah antara rakyat dan bangsawan. Dengan semakin berkuasanya penjajah dan penderitaan yang dirasakan oleh rakyat, maka
timbulnya keinginan dari rakyat untuk memperbaiki nasibnya melalui jalur pendidikan sehingga bisa memperbaiki status sosialnya.
20
Pemerintah Kolonial mendasarkan kebijakannya pada pokok-pokok berikut: 1. Pendidikan dan pengetahuan Barat diterapkan sebanyak mungkin bagi golongan
penduduk Bumiputera, dengan maksud supaya Bahasa Belanda menjadi bahasa pengantar di sekolah-sekolah. Adanya jalur ini diharapkan dapat
20
Ary H Gunawan, 1986,
Kebijakan-Kebijakan Pendidikan di Indonesia
, Jakarta: Bina Aksara, halaman 22.
commit to user 64
terpenuhi kebutuhan akan unsur dari lapisan atas serta tenaga terdidik bermutu tinggi bagi keperluan penjajah belanda
2. Pemberian pendidikan rendah bagi golongan bumiputera disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Corak dan sistem pendidikan dan persekolahan di Hindia Belanda dilaksanakan berdasarkan dengan 2 pokok dasar itu. Tujuan pendidikan pada zaman Kolonial
antara lain untuk memenuhi keperluan tenaga buruh kasar untuk kepentingan kaum modal Belanda disamping ada bagian yang dilatih dan dididik untuk menjadi
tenaga administrasi, tenaga teknik, tenaga pertanian dll yang diangkat sebagai pekerja-pekerja kelas dua atau kelas tiga dibawah kekuasaan pemerintah
Kolonial.
21
Ciri pendidikan Masa Kolonial adalah 1.
Sistem dualisme dipisah antara golongan Eropa dan golongan Bumiputera, bahasa pengantar adalah bahasa melayu untuk menghubungkan sekolah
golongan Eropa dan golongan bumiputera dengan sekolah Belanda diadakan sekolah peralihan disebut
SchakelSchool
. 2.
Sistem konkordinasi yaitu pendidik didaerah jajahan diarahkan atau disesuaikan menurut pendidikan yang terdapat di Belanda, mutu perdidikan terjamin
setingkat dengan pendidikan di negeri Belanda. 3.
Sentralisasi kebijakan pendidikan zaman kolonial ialah memusatkan segala urusan pendidikan kepada pemerintah di Jakarta Batavia pemerintah kolonial
21
Ibid
, halaman 20.
commit to user 65
mendasarkan atau mempunyai suatu lembaga yang mengurus pendidikan ialah
Departement Van Onder wijs Eeredienst
Departement Pengajaran dan Ibadat
22
Tujuan Pemerintah Belanda mengadakan pendidikan di Indonesia adalah untuk pembentukan akal dan kecerdasan otak pikiran saja sedang perasaan
dan akal budi atau hati nurani yang menjadi pangkal timbulnya akhlak yang baik sama sekali tidak pernah dihiraukan. Akibat dari Pendidikan barat: 1
Terbentuknya manusia yang cerdas otaknya tetapi kosong batinnya. 2 Terbentuknya manusia yang berkepribadian licik, pandai menipu orang lain
tanpa pertimbangan moral. 3 Terbentuknya manusia yang mulai mengingkari nilai-nilai kesucian agama yang tidak dapat diterapkan dalan kehidupan diabad
modern.
23
Pada awalnya Pemerintah Kolonial Belanda yang ada di Indonesia yaitu ketika zaman VOC, mendirikan sekolah yang bertujuan untuk menyebarkan
agama mereka. Sekolah-sekolah ini didirikan hanya di wilayah yang telah menerima agama Katolik dari usaha orang-orang Portugis. Awalnya orang-
orang Belanda merasa “enggan” menyebarkan agamanya di kalangan orang beragama Islam, takut kalau-kalau akan merugikan perdagangannya.
Pemerintahan Belanda sulit mempertimbangkan antara politik dan ekonomi. Belanda menganggap yang lebih penting adalah motif religius dalam usaha
menyebarkan agama Kristen. Pendidikan untuk tujuan sekuler, baru timbul
22
H.R Tilaar, 1995,
Lima Puluh Tahun Pembangunan Pendidikan Nasional 1945-1999 Suatu Analisis Kebijakan
, Jakarta: PT. Gramedia Widiasara Indonesia, halaman 31-32.
23
Musthafa Kamal Pasha dan Chusnan Jusuf, o
p.cit.
, halaman 52.
commit to user 66
sekitar tahun 1800 dan muncul karena mendukung kepentingan komersial pemerintah Belanda.
Pendidikan dimasa Kolonial hanya dijadikan alat untuk memelihara “Pax
Neerlandica ” suasana aman dan damai, serasi bagi pertumbuhan perusahaan-
perusahaan Belanda. Pendidikan Belanda hanya bersifat intelektualistis, asional, lebih berorientasi kepada birokrasi. Hasil pendidikan Belanda ini
menghasilkan orang-orang Indonesia yang berpendidikan Barat, akhirnya menginginkan untuk menentang Pemerintahan Belanda dan menginginkan
kemerdekaan. Mereka mendirikan organisasi-organisasi yang segera terlibat dalam masalah politik dengan tuntutan yang lebih luas. Pendidikan yang
diberikan orang-orang Belanda dijadikan senjata atau kekuatan melawan kekuasaan Belanda. Dalam perkembangan timbulnya kesadaran bersekolah
bagi bangsa Indonesia yang menjelma menjadi sekolah-sekolah partekelir, yaitu sekolah sekolah swasta yang
dicab
oleh orang Belanda sebagai
Wilde Scholen
Sekolah Liar seperti Taman Siswa yang berprinsip Nasional yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara tahun 1912 dan sekolah-sekolah Muhammadiyah
yang juga berdasarkan Islam.
24
Pemerintah Belanda tidak berhasil untuk menghalangi pertumbuhan “Sekolah Liar” yang berkembang melebihi sekolah pemerintah. Sekolah milik
pemerintah Kolonial memperketat penjagaan untuk sekolah-sekolah liar dengan tujuan supaya sekolah-
sekolah liar tidak menyebarkan “buah pikiran” yang
24
S. Nasution, 2001,
Sejarah Pendidikan Indonesia
, Jakarta: Bumi Aksara, halaman 151- 153.
commit to user 67
merugikan pemerintahan Belanda. Pendidikan Belanda selalu berhubungan dengan kepentingan Belanda, walaupun sebenarnya pemerintah Kolonial
menerima tanggung jawab moral atas kesejahteraan bangsa Indonesia. Pada dasarnya tanah jajahan dipandang sebagai daerah yang direbut dan diduduki
untuk dieksploitasi demi keuntungan penjajah. Pendidikan selama penjajahan Belanda juga mempunyai keuntungan bagi Bangsa Indonesia.
Keuntungan adanya pendidikan Belanda adalah telah didirikan sejumlah sekolah yang bermutu tinggi sama dengan di negerinya yaitu sekolah berbahasa
Belanda, maka terbuka jalan bagi mobilitas sosial. Bahasa Belanda membuka pintu kebudayaan barat dan menghasilkan perbedaan diantara berbagai
golongan sosial. Pengaruh barat mendorong juga bagi pendidikan kaum wanita. Kebanyakan sekolah yang didirikan pemerintah dan perusahaan Belanda
merupakan alat untuk mobilitas sosial mereka sendiri. Belanda senantisa berusaha untuk menekan perkembangan bangsa Indonesia dengan menyajikan
pendidikan yang paling sederhana dengan biaya yang rendah serendahnya untuk kepentingan bangsa Belanda, Bahasa Belanda memperoleh kedudukan
yang penting sejak dijadikan sebagai syarat untuk pengangkatan pegawai pemerintah dan kelanjutan pendidikan. Ciri politik dan praktik pendidikan
Kolonial Belanda adalah
dualisme
, kontrol sentral yang kuat, dilaksanakan prinsip koordinasi, tidak adanya perencanaan pendidikan, pendidikan hanya
sebagai penyedia pegawai.
25
25
Ibid
, halaman 32-35.
commit to user 68
Pemerintah Kolonial Belanda, menyatakan netral terhadap semua agama di Indonesia, kenyataannya tidak, karena kebijaksanaan politik Islam Belanda
yang bertujuan melemahkan kekuatan Islam menurut Belanda dengan berdirinya Muhammadiyah dianggap sebagai suatu ancaman. Keputusan
mengizinkan berdirinya Muhammadiyah sebenarnya tidak tulus, dengan diizinkannya Muhammadiyah berdiri adalah ingin mendapatkan simpati dan
mengurangi sikap reaksi kaum muslimin terhadap pemerintah Kolonial, juga karena Muhammadiyah bukan organisasi politik. Pemerintah pernah melarang
Muhammadiyah, guru-guru dilarang mengajar. Batasan ini menunjukkan bahwa pemerintah selalu ingin mengontrol Muhammadiyah juga organisasi Islam
lainnya.
26
Prinsip pendidikan dari penjajah Belanda terhadap pendidikan didaerah jajahannya:
1. Pemerintah Kolonial berusaha tidak memihak salah satu agama tertentu. 2. Pendidikan diarahkan agar para tamatan menjadi pencari kerja, terutama demi
kepentingan kaum penjajah. 3. Sistem persekolahan disusun berdasakan stratifikasi sosial yang ada dalam
masyarakat. 4. Pendidikan diarahkan untuk membentuk golongan
elite
sosial Belanda
26
Din Syamsudin edt
, op.cit
., halaman 52.
commit to user 69
5. Dasar pendidikannya adalah dasar pendidikan barat dan berorientasi pada pengetahuan dan kebudayaan Barat.
Bermula dari prinsip inilah dilakukan politik “pecah belah dan adu domba” dan diskriminasi sosial berdasarkan strata atau kedudukan. Sikap dan sifat
ketergantungan menjadi pencari kerja bukan pencipta lapangan pekerjaan, meskipun dengan gaji sedikit. Kesempatan mendapatkan pendidikan diutamakan
kepada anak-anak bangsawan bumiputera serta tokoh-tokoh terkemuka dan pegawai Kolonial. Diharapkan nantinya mereka akan menjadi kader-kader
pemimpin yang berjiwa kebarat-baratan atau kebelanda-belandaan dan merupakan kelompok elite yang terpisah dengan masyarakatnya sendiri.
27
Mereka menjadi penyambung tangan-tangan penjajah sebagai upaya Belanda untuk memerintah
secara tidak langsung kepada masyarakat dan bangsa Indonesia. Kaum bangsawan serta tokoh-tokoh yang telah memperoleh prioritas pendidikan serta kenikmatan
hidup akan selalu mematuhi dan menghormati pemerintah Kolonial Belanda. Di zaman penjajahan Belanda pengangkatan Bupati didasarkan atas
keturunan disamping dari pendidikan. Di zaman Hindia Belanda hanya anak Lurah keatas yang boleh memasuki Sekolah Dasar yang mempergunakan Bahasa
Belanda. Ada juga sekolah-sekolah Bumiputera untuk lapisan masyarakat yang lebih rendah. Di zaman Hindia Belanda sekolah-sekolah swasta termasuk sekolah-
sekolah Muhammadiyah mendidik murid-muridnya untuk berwiraswasta, karena
27
Agus Salim edt, 2007,
Indonesia Belajarlah Membangun Pendidikan Indonesia,
Yogyakarta: Tiara Wacana, halaman 201.
commit to user 70
lulusan sekolah-sekolah Muhammadiyah sulit diterima untuk menjadi pegawai Kolonial.
28
Banyak badan pertekelir yang berusaha mendirikan sekolah swasta kemudian bergabung dalam Mardi Tomo, pendirian organisasi ini bertujuan untuk
memudahkan pendanaan dan mengurus perijinan sebab waktu itu izin pendirian sekolah-sekolah swasta tsb harus dikeluarkan oleh pemerintah kerajaan dengan
persetujuan pemerintahan Kolonial. Sistem perizinan ini diterapkan, Karena pemerintah Kolonial khawatir, badan-badan partekelir ini akan bertentangan
dengan tujuan pendidikan yang diterapkan pemerintahan Kolonial. Muhammadiyah tidak memerlukan izin khusus dari kerajaan tetapi
langsung diberikan izin untuk mendirikan sekolah-sekolah. Hal ini karena pemerintah Kolonial mempercayai tujuan-tujuan sekolah Muhammadiyah tidak
bertentangan dengan pemerintah. Kebijaksanaan pemerintah sangat mempengaruhi pendidikan yang dijalankan di Surakarta, sehingga pendidikan yang dijalankan
terkontrol seperti sekolah-sekolah dikelola oleh pemerintah,
zending
,
missi
, dan Muhammadiyah. Sekolah-sekolah negeri berbahasa Belanda antara lain 13 sekolah
Ongko Loro, 2 sekolah
Meisjesschool
Sekolah Putri, 7 sekolah persiapan pendidikan guru bagi sekolah desa
Onderbouw Holland Inlander Kweekschool
.
28
Tim UMS, 1989,
Muhammadiyah di penghujung Abad 20
, halaman 245.
commit to user 71
Sekolah-sekolah tersebut berada di daerah Pasar Kliwon, Laweyan, Jebres, Mangkunegaran, Colomadu, dan Sragen.
29
Sekolah-sekolah
Neutral
berbahasa Belanda Sekolah ini mutunya paling baik khususnya yang diperuntukkan oleh golongan Bumi putera di Surakarta.
Sekolah-sekolah ini terdiri dari HIS
Jongenschool
di Mangkubumen, HIS
Meisjesschool
di Slompretan, dan
Schakelschool
Sekolah Peralihan di Penumping. Sekolah-Sekolah yang di kelola oleh
Missionaries
yaitu sekolah- sekolah katolik yang berada di Surakarta antara lain adalah satu sekolah MULO,
satu sekolah ELS, dua buah HIS, dua buah
Meisjesvervolgschool
. Sekolah-sekolah tersebut tersebar antara lain di Purbayan, Pasar Kliwon, Kemlayan, Jebres.
29
Arsip mangkunegaran,
Opgave van Openbare Onderwijainrichtingen in het Gewest
Soerakarta
commit to user 72
Tabel 1 Sekolah-sekolah Kolonial yang didirikan di Surakarta tahun 1932
No. Sekolah
1.
Holland Inl Kweekschool
Margoyudan 4.
Holland Inlander School
Sidokare 5.
Holland Inlander School
Jebres 6.
Holl Inl Meisjesschool
Margoyudan 7.
Holl Chin School HCS
Margoyudan 8.
Hoogere Kweekschool
Margoyudan 9.
Standaardschool
Manahan 10.
Standaardschool
Kalangan 11.
Standaardschool
Kawatan 12.
Standaardschool
Gandekantengen 13.
Standaardschool
Danukusuman 14.
Standaardschool
Margoyudan 15.
Standaardschool
Gilingan 16.
Schakelschool
Margoyudan 17.
Muloschool
Villa Park 18.
Eur Lagere School ELS
Villa Park
Sumber: Arsip Mangkunegaran, O
pgave van Openbare Onderwijainrichtingen in het Gewest
Soerakarta. Tabel 1 menjelaskan tentang sekolah-sekolah yang didirikan oleh zending di
Surakarta dari tahun 1932. Sekolah-sekolah ini awal berdirinya karena kedatangan bangsa Belanda dengan motif penyebaran injil atau
Theokratis
. Sekolah-sekolah ini didirikan menyebar di wilayah Surakarta. Kegiatan Zending dibuka oleh
perkumpulan Zending yang terdiri dari C. Van Proosdij, Van Ansel, C.J. de Zomer, G.C.E. de Man, serta Pendeta Bakker.
30
30
Ruth Catur S.P, Sejarah Perkembangan Yayasan Sekolah Kristen Widya Wacana Surakarta Tahun 1970-1996, Surakarta:
Skripsi
, halaman 19.
commit to user 73
4. Pendidikan yang di Selenggarakan oleh Keraton Kasunanan dan Pura