adalah upaya membantu pasangan calon suami-istri, dan suami-istri oleh konselor profesional, sehingga mereka dapat berkembang dan
mampu memecahkan masalah yang dihadapinya melalui cara-cara yang saling menghargai, toleransi, dan dengan komunikasi yang penuh
pengertian, sehingga tercapai motivasi berkeluarga, perkembangan, kemandirian, dan kesejahteraan seluruh anggota keluarga.
19
Apabila ada klien yang datang dan membutuhkan bantuan dari P2TP2A untuk konsultasi masalah rumah tangga, Staf Penerima
Pengaduan akan menghubungi Konselor Perkawinan yaitu Bu Tati. Bu Tati adalah salah satu pengurus P2TP2A yang dianggap mempunyai
kemampuan dalam konseling perkawinan dan Bu Tati ini juga bekerja
di KUA Tangerang Selatan sebagai Penyuluh Agama Islam.
Tujuan adanya konseling perkawinan berdasarkan hasil wawancara dengan Bu Tati adalah untuk mewujudkan keharmonisan
keluarga dan mengembalikan tujuan awal pernikahan pasangan suami istri yaitu membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.
Hasil wawancara sebagai berikut: “Untuk mewujudkan keharmonisan keluarga, dan juga
terwujudnya keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah.”
20
5. Pelayanan Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi sosial adalah pelayanan yang ditujukan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang
19
Willis, Konseling Keluarga, h.165.
20
Wawancara Pribadi dengan Dra. H. Tati Astariati, Tangerang Selatan, 14 April 2015, lihat lampiran VIII.
mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
21
Rehabilitasi sosial merupakan pelayanan sosial yang utuh dan terpadu, agar seseorang dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara
optimal dalam hidup bermasyarakat.
22
P2TP2A dalam memberikan pelayanan rehabilitasi sosial akan merujuk ke Dinas Sosial yang mempunyai fasilitas lebih lengkap untuk
proses rehabilitasi. Pelayanan ini bagi orang yang terlantar dan sudah tidak memiliki keluarga. Sebagaimana dikatakan Bu Dini Staf Penerima
Pengaduan sebagai berikut: “Nah kalau rehabilitasi sosial itu kita rujuk ke Dinas Sosial,
nanti ada penanganan selanjutnya dari Dinsos entah itu dipulangkan ke tempat asalnya sesuai KTP atau yang satu lagi
dirujuk ke pesantren atau panti lainnya.”
23
Hal itu diperkuat dari hasil wawancara peneliti dengan Bu Herlina Ketua P2TP2A bahwa pelayanan rehabilitasi sosial ini akan dirujuk ke
Dinas Sosial. Hasil wawancara sebagai berikut: “Pelayanan rehabilitasi sosial kita kerjasama dengan Dinas
Sosial, kita kan disini sebagai mediator yaa untuk menyampaikan ke Dinas Sosial.”
24
21
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Prosedur Standar Operasional Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal SPM Bidang Layanan Terpadu Bagi
Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Tangerang Selatan: BPMPPKB, 2015, h. 171.
22
Suharto, Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial, h. 186.
23
Wawancara Pribadi dengan Dini Kurnia, S.Si, Tangerang Selatan, 18 Maret 2015, lihat lampiran II.
24
Wawancara Pribadi dengan Herlina Mustikasari, S.Pd, MA, Tangerang Selatan, 17 April 2015, lihat lampiran IX.
P2TP2A merujuk ke Dinas Sosial karena P2TP2A tidak mempunyai sarana untuk menampung orang yang terlantar dalam
jangka panjang atau waktu yang lama, karena rumah aman shelter di P2TP2A sesuai dengan peraturan hanya boleh dipergunakan maksimal
3 hari 2 malam.
B. Proses Pelayanan Sosial P2TP2A bagi Perempuan Korban KDRT
Dalam hal pelayanan pengaduan, berdasarkan hasil observasi dan wawancara, klien melapor ke P2TP2A ada yang datang secara langsung,
ada yang lewat telepon, dan ada juga rujukan dari lembaga lain. Sebagaimana dikatakan Bu Dini Staf Penerima Pengaduan sebagai berikut:
“Biasanya kalau klien itu mengetahuinya bisa dari facebook, kita kan punya facebook yaa.. trus bisa juga dari info website, tapi
kita belum punya website yaah tapi ada website dari P2TP2A lain, biasanya juga dapat rujukan, rujukan bisa dari Komnas Perempuan,
KPAI, P2TP2A di kota atau provinsi lain, terus bisa juga dari PPT, Satgas, atau relawan-relawan yang pernah mengikuti sosialisasi
P2TP2A.
”
25
Untuk nama facebook-nya yaitu P2TP2A Provinsi Banten dengan jumlah like-nya yaitu 47 orang yang menyukai. Selain mewawancarai Staf
Penerima Pengaduan, untuk memperkuat data, peneliti juga mewawancarai Bu Listya Wakil Ketua II. Hasil wawancaranya yaitu :
“Jadi untuk pengaduan ini bisa beberapa macam, bisa mereka datang langsung, mereka bisa melalui telfon, atau mereka bisa
bersurat, dan satu lagi ya rujukan.”
26
25
Wawancara Pribadi dengan Dini Kurnia, S.Si, Tangerang Selatan, 18 Maret 2015, lihat lampiran II.
26
Wawancara Pribadi dengan Hj. Listya Windyarti, S.Sos, MKM, Tangerang Selatan, 07 April 2015, lihat lampiran VI.