Penanganan Pengaduan dari Rujukan

Standar Operasional Prosedur P2TP2A Kota Tangerang Selatan sebagai berikut: 37 1. PengurusStaff P2TP2A menerima klien dan mengisi formulir pengaduan. 2. PengurusStaff P2TP2A melakukan identifikasiwawancara terhadap masalah klien. 3. PengurusStaff P2TP2A memilah kasus berdasarkan jenis kasus yang dilaporkan. 4. PengurusStaff P2TP2A memberikan rekomendasirujukan kepada instansikonselor terkait: a. Konselor Perkawinan b. Konselor Psikologi c. Konselor Medis d. Konselor Hukum e. Konselor Sosial 5. PengurusStaff P2TP2A mewakili pengurus melakukan investigasi. 6. PengurusStaff P2TP2A melakukan pendampingan terhadap kebutuhan klienkorban. 7. PengurusStaff P2TP2A melakukan pemantauan minimal tiga bulan sekali atau lebih intensif sesuai dengan kebutuhan korban. 8. PengurusStaff P2TP2A membuat laporan penanganan kasus secara periodik. 37 Dokumentasi P2TP2A Kota Tangerang Selatan tahun 2013. Proses pelayanan klienkorban KDRT yang datang dan mengadukan permasalahannya ke P2TP2A akan diterima oleh Staf Penerima Pengaduan, apabila klienkorban KDRT datang sambil menangis maka Staf Penerima Pengaduan mencoba menenangkan klien terlebih dahulu. Setelah klien tenang dan dapat diajak berkomunikasi maka Staf Penerima Pengaduan akan memberikan formulir pengaduan kepada klien untuk diisi agar pihak P2TP2A dapat menindaklanjuti kasus klien. Sebagaimana dikatakan Bu Dini Staf Penerima Pengaduan sebagai berikut: “Kalau pelayanan KDRT misalkan dia kekerasan fisik nih, tiba-tiba datang, melapor, mengadu nah kita terima dulu, kita tenangkan dulu, kita liat orangnya apa datangnya sambil menangis, atau luka badannya lebam-lebam, kita terima dulu kita tenangkan si kliennya, kalau kondisi fisiknya lemah apa dia butuh makan, butuh istirahat itu kita utamakan dulu. Setelah klien ini keadaannya sudah bisa melakukan tahap berikutnya yaitu mengisi administrasi yang ada di P2TP2A baru kita tuntun untuk mengisi formulir. Karena itu kan utama juga untuk mengisi formulir pengaduan, karena itu bukti bahwa klien ini memang melapor ke P2TP2A dan memberikan kuasa kepada P2TP2A untuk menindaklanjuti kasusnya.” 38 Untuk memperkuat data, peneliti juga mewawancarai Bu Listya Wakil Ketua II P2TP2A, setelah klien mengadu maka klien mengisi formulir pengaduan dan ditandatangani oleh klienpelapor. Hasil wawancaranya sebagai berikut: “Setelah mereka mengadu, mengadunya tadi yaa macem- macem caranya, mereka diterima oleh P2TP2A, kalo yang langsung mereka langsung membuat pengaduan secara tertulis dan ditandatangani oleh mereka, karna kalo tidak ditandatangani, kita menjaga untuk tidak terjadi tanggung gugat, 38 Wawancara Pribadi dengan Dini Kurnia, S.Si, Tangerang Selatan, 18 Maret 2015, lihat lampiran II. bukan tanggungjawab saja, karna ini biasanya berkaitan dengan hukum, kalo kita tidak sesuai dengan aturan juga nanti kita yang kena malah.” 39 Setelah klien mengisi formulir pengaduan yang berisi identitas diri, identitas pelaku, kronologi kejadian, pelayanan yang diharapkan, dan lain sebagainya, Staf Penerima Pengaduan akan merujuk klien sesuai dengan kebutuhan klien. Apabila klien membutuhkan perlindungan dan bantuan hukum akan dirujuk ke konselor hukum, apabila klien membutuhkan konsultasi psikologis akan dirujuk ke konselor psikis di Rumah Konseling, apabila klien datang dengan lebam-lebam atau luka fisik yang membutuhkan pengobatan atau visum akan didampingi ke rumah sakit. Untuk konseling dengan konselor hukum dijadwalkan setiap Hari Rabu, tetapi sebelumnya sudah membuat janji yang dijadwalkan oleh Staf Penerima Pengaduan. Proses pelayanan berdasarkan pengamatan peneliti sebagai berikut : Klien 1 A. Identitas Diri Nama : Windu bukan nama sebenarnya Usia : 42 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Karyawan Swasta Pendidikan : D3 Status Pernikahan : Cerai 39 Wawancara Pribadi dengan Hj. Listya Windyarti, S.Sos, MKM, Tangerang Selatan, 07 April 2015, lihat lampiran VI. B. Gambaran Kasus dan Proses Pelayanan 40 Tabel 3 Alur Pelayanan Klien Windu Klien Windu melapor ke P2TP2A Kota Tangerang Selatan pada 25 Februari 2015 Pukul 10.10 WIB. Klien Windu melaporkan kasus kekerasan dalam rumah tangga yang menimpanya ke Komnas Perempuan, dan Klien Windu dirujuk ke P2TP2A Kota Tangerang Selatan. Klien Windu mengalami KDRT berupa kekerasan fisik dibekap oleh suaminya yang mengakibatkan bibir bawah dan lengan kirinya memar. Selain mengalami kekerasan fisik, Klien Windu mengalami kekerasan psikis juga berupa ancaman dan caci maki, pengusiran, dan penelantaran pelaku yang berstatus masih suami sewaktu itu tidak mau membayar tagihan kartu kredit atas nama Klien Windu. 40 Observasi Peneliti pada Rabu, 25 Februari 2015, lihat lampiran I. Rujukan dari Komnas Perempuan Klien Datang ke Kantor P2TP2A Klien mengisi formulir pengaduan Klien dirujuk ke Konselor Hukum Staf Penerima Pengaduan mewawancara dan mengasesmen klien Klien konsultasi dengan Konselor Hukum Staf Penerima Pengaduan membuat laporan kasus Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, proses pelayanannya yaitu Staf Penerima Pengaduan menerima klien dan mempersilahkan duduk, setelah itu memberi formulir kepada Klien Windu lalu Klien Windu mengisi formulir pengaduan berupa identitas diri, identitas pelaku, kronologi kejadian, pelayanan yang diharapkan, dan lain sebagainya. Sambil mengisi formulir pengaduan, Klien Windu menceritakan kronologi kejadian kekerasan dalam rumah tangga yang menimpanya. Klien Windu ditanya oleh Staf Penerima Pengaduan membutuhkan bantuan apa, Klien Windu menginginkan pelayanan berupa perlindungan hukum karena Klien Windu dilaporkan balik oleh suaminya, maka Staf Penerima Pengaduan merujuk ke Konselor Hukum, kebetulan Klien Windu melapor pada hari Rabu jadwal Konselor Hukum. Staf Penerima Pengaduan memberikan berkas kepada Konselor Hukum, setelah itu Klien Windu dipersilahkan masuk ke ruangan konsultasi. Dari hasil observasi peneliti, lebih kurang selama 30 menit Klien Windu mengkonsultasikan permasalahannya dengan Konselor Hukum. Peneliti bertanya kepada Konselor Hukum bagaimana menangani kasus Klien Windu ini, Konselor Hukum menjelaskan bahwa Klien Windu sudah punya pengacara jadi Konselor Hukum hanya sebatas memberikan konsultasi untuk langkah-langkah hukum berikutnya. Klien 2 A. Identitas Diri Nama : Warni bukan nama sebenarnya Usia : 47 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : S1 belum tamat Status Pernikahan : Menikah B. Gambaran Kasus dan Proses Pelayanan 41 Tabel 4 Alur Pelayanan Klien Warni Klien Warni datang melapor ke P2TP2A Kota Tangerang Selatan pada 25 Februari 2015 Pukul 10.40 WIB. Klien Warni mengalami KDRT berupa kekerasan psikis yaitu diancam dan 41 Observasi Peneliti pada Rabu, 25 Februari 2015, lihat lampiran I. Klien Datang ke Kantor P2TP2A Klien mengisi formulir pengaduan Staf Penerima Pengaduan mewawancara dan mengasesmen klien Klien dirujuk ke Konselor Hukum Klien konsultasi dengan Konselor Hukum Staf Penerima Pengaduan membuat laporan kasus Menunggu kelanjutan dari klien Kasus masih dalam penanganan penelantaran yaitu diusir dari rumah dan tidak diberi gaji selama 2 tahun. Proses pelayanannya sama seperti Klien Windu sebelumnya yaitu Staf Penerima Pengaduan menerima Klien Warni dan mempersilahkan duduk, berkenalan dan sambil mengobrol memberi formulir kepada Klien Warni lalu Klien Warni mengisi formulir pengaduan berupa identitas diri, identitas pelaku, kronologi kejadian, pelayanan yang diharapkan, dan lain sebagainya. Klien Warni menginginkan pelayanan berupa bantuan dan perlindungan hukum karena ingin pulang ke rumahnya dengan aman dan menginginkan anaknya ketiga anaknya membela suami dengan istri baru suami. Staf Penerima Pengaduan merujuk ke Konselor Hukum. Staf Penerima Pengaduan memberikan berkas tentang Klien Warni kepada Konselor Hukum setelah itu Klien Warni dipersilahkan masuk ke ruangan konsultasi. Saat Klien Warni berkonsultasi dengan Konselor Hukum, peneliti meminta izin kepada Konselor Hukum dan Klien Warni untuk ikut serta dan diperbolehkan. Jadi peneliti berkesempatan mengobservasi proses konseling tersebut. Hasil observasi peneliti yaitu Pak Rizky Konselor Hukum bertanya kepada Klien Warni tentang kronologi kasus dan kekerasan yang menimpa Klien Warni. Lalu Klien Warni menceritakan secara detail. Mendengar cerita Klien Warni, Pak Rizky memberikan saran bahwa pelaku suami bisa di-pidana-kan atau di-perdata-kan. Pak Rizky memberikan saran berupa pilihan-pilihan dan konsekuensi dari setiap pilihan kepada Klien Warni, tetapi semua keputusan ada di tangan Klien Warni apakah mau mempidanakan atau memilih perdata. Konselor Hukum hanya memberikan saran kepada Klien Warni dan Klien Warni yang menentukan langkah berikutnya. Kasus ini masih dalam penanganan. Klien 3 A. Identitas Diri Nama : Wilis Nama Disamarkan Usia : 40 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : S1 belum tamat Status Pernikahan : Menikah B. Gambaran Kasus dan Proses Pelayanan Tabel 5 Alur Pelayanan Klien Wilis Klien datang ke Kantor P2TP2A Klien tinggal di rumah aman P2TP2A Klien konsultasi dengan Konselor Psikis Klien dirujuk ke Konselor Psikis Menunggu kelanjutan dari klien Mediasi dengan suami Klien konsultasi dengan Konselor Hukum Staf Penerima Pengaduan membuat laporan kasus Klien masih dalam pemantauan dan penanganan Klien Wilis adalah korban KDRT yang menginap di rumah aman shelter P2TP2A sejak hari Senin, 23 Maret 2015 sampai Kamis, 26 Maret 2015. Pada hari Rabu, 25 Maret 2015 peneliti berbincang-bincang dengan Klien Wilis. Beliau bercerita sudah tiga hari tinggal di rumah aman P2TP2A. Klien Wilis mengalami KDRT berupa kekerasan fisik seperti dipukul dan kekerasan psikis seperti dihina. Klien Wilis sudah beberapa kali konseling dengan konselor psikis di Rumah Konseling, dan klien Wilis berkonsultasi juga dengan konselor hukum mengenai tindakan hukum yang harus dilakukan. 42 Klien Wilis sudah bulat keputusannya untuk bercerai dengan suaminya, karena dia mendapatkan perlakuan KDRT sejak baru menikah dan sekarang sudah berlangsung selama 4 tahun. Klien Wilis ingin bercerai dari suaminya dan sudah meminta pertolongan dari Lurah di daerah Beliau tinggal untuk mempertemukan keluarga Klien Wilis dengan keluarga suami dan meminta dari pihak P2TP2A juga untuk mendampingi, karena keputusan Klien Wilis sudah bulat untuk bercerai dari suaminya. Dari informasi yang klien berikan bahwa pertemuan ini akan diadakan pada Jum’at, 27 Maret 2015 pukul 09.00 WIB dihadiri oleh Lurah, keluarga klien, keluarga suami dan pihak P2TP2A. Upaya P2TP2A dalam kasus Klien Wilis yaitu sebagai mediator antara klien dengan pelaku untuk mendapatkan solusi yang terbaik bagi kedua 42 Observasi Peneliti pada Rabu, 25 Maret 2015, lihat lampiran I. belah pihak. Tetapi suami Klien Wilis tidak mau bercerai, kasus ini masih dalam pemantauan dan penanganan oleh pihak P2TP2A. Jadi proses pelayanan yang dilakukan P2TP2A terhadap klienkorban KDRT yang datang ke kantor adalah sama. Prosesnya yaitu klien datang kemudian mengisi formulir pengaduan. Setelah Staf Penerima Pengaduan mengasesmen dan mewawancara klien mengenai kebutuhan klien, klien dirujuk ke pelayanan yang dibutuhkan. Cepat atau lamanya prosesnya pelayanan itu tergantung dari kliennya sendiri apakah klien kooperatif dan dapat diajak bekerjasama atau tidak. Karena prinsip utama P2TP2A dalam memberikan pelayanan yaitu self determination, klien menentukan sendiri apa yang menurutnya terbaik untuk dirinya.

C. Upaya P2TP2A dalam Mengatasi Masalah Kekerasan dalam Rumah

Tangga Upaya yang dilakukan P2TP2A Kota Tangerang Selatan dalam mengatasi masalah KDRT yaitu upaya pencegahan, upaya pelayanan, dan upaya pemulihan sebagai berikut:

1. Upaya Pencegahan

a. Sosialisasi Kegiatan sosialisasi yang dilakukan berupa sosialisasi memperkenalkan adanya lembaga P2TP2A yang bertujuan memberikan pelayanan bagi perempuan dan anak yang menjadi korban tindak kekerasan serta berupaya memberikan kontribusi terhadap pemberdayaan dan perlindungan perempuan dan anak dalam rangka terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender. Selain memperkenalkan P2TP2A, sosialisasi yang dilakukan yaitu sosialisasi mengenai bentuk-bentuk KDRT, hukuman bagi pelaku KDRT, dan lain sebagainya. Sebagaimana dikatakan Bu Dini Staf Penerima Pengaduan sebagai berikut: “Pertama, kita sudah melakukan sosialisasi bahwa ada P2TP2A, sosialisasi bahwa KDRT itu bentuknya seperti apa saja, sosialisasi kalau pelaku-pelaku KDRT itu bisa kena hukuman apa aja trus juga selain sosialisasi, sebagai pengurus atau semua yang ikut dalam P2TP2A ini di lingkungan terdekat deh seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekitar kita melakukan sosialisasi secara pribadi. Jadi dimanapun kita berada melihat tindakan yang memang itu bersifat KDRT dan kita tau apa itu KDRT kita wajib memberi tau bukan menutup sebelah mata lagi. Paling tidak kita memberi tau tindakan itu salah. Sosialisasinya seperti kita melakukan kegiatan-kegiatan trus juga kita mengikuti kegiatan juga. Contohnya kita diundang ada acara trus kita mohon izin untuk membuka stand seperti tempo hari di Kelurahan Sawah itu kita izin untuk buka stand, dan ada program dari kita juga untuk sosialisasi misalnya ke Ibu-ibu PKK. Memperkenalkan tentang P2TP2A, apabila ada masalah yang tidak bisa diselesaikan secara kekeluargaan dan secara internal terhadap pasangan, ibu bisa ke P2TP2A, curhat nanti kita akan terima.” 43 Untuk memperkuat data, peneliti juga mewawancarai Bu Herlina Ketua P2TP2A, upaya yang sudah dilakukan yaitu dengan sosialisasi ke sekolah, kelurahan, dan komunitas, hasil wawancaranya sebagai berikut: “Kita juga mengadakan sosialisasi ke sekolah, kelurahan, komunitas, jadi mensosialisasikan tentang P2TP2A itu sendiri, 43 Wawancara Pribadi dengan Dini Kurnia, S.Si, Tangerang Selatan, 18 Maret 2015, lihat lampiran II. karna di Tangsel belum banyak juga yang tau apa itu P2TP2A, lalu sosialisasi juga mengenai undang-undang kdrt masalah hukumnya, trus dari segi psikologi kita juga sosialisasi first aid pertolongan pertama kaya kita mau menolong orang yang depresi itu bagaimana caranya nah itu kita sosialisasikan. ” 44 Sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga BAB V Kewajiban Pemerintah dan Masyarakat Pasal 11 bahwa pemerintah bertanggung jawab dalam upaya pencegahan kekerasan dalam rumah tangga dan Pasal 12 butir c yaitu menyelenggarakan advokasi dan sosialisasi tentang kekerasan dalam rumah tangga. 45 P2TP2A sebagai lembaga pemerintah sudah melakukan upaya pencegahan berupa sosialisasi ke masyarakat mengenai KDRT. b. Penyuluhan Penyuluhan dilakukan untuk memberikan informasi ke masyarakat dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai KDRT dan pencegahannya, sebagaimana hasil wawancara dengan Bu Listya Wakil Ketua II P2TP2A yaitu: “Contohnya adalah di tim penggerak PKK. Tim penggerak PKK kan mereka juga punya program untuk penanganan KDRT, nah kita suka masuk kesana. Jadi kita masukkan ilmu-ilmunya, mereka sebagai penggeraknya. Contoh program yang mereka lakukan adalah simulasi PKDRT, jadi mereka disana membentuk kelompok-kelompok 44 Wawancara Pribadi dengan Herlina Mustikasari, S.Pd, MA, Tangerang Selatan, 17 April 2015, lihat lampiran IX. 45 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. yang untuk penyuluhan yaa peningkatan kesadaran masyarakat, jadi pencegahan itu ke arah sana.” 46 Untuk memperkuat data, peneliti juga mewawancarai Pak Zainus Ketua Divisi Perlindungan dan Pendampingan Hukum, hasil wawancaranya sebagai berikut: “Ya itu tadi dari divisi saya ada penyuluhan anti kekerasan, kita berikan penyuluhan kepada masyarakat bahwa dampak hukum dari KDRT itu begitu menakutkan lah, itu kita sosialisasikan di lembaga-lembaga sosial maupun di sekolah- sekolah, posyandu, PKK, PAUD dan lain- lain.” 47

2. Upaya Penanganan

a. Pemberian Layanan Seperti sudah dijelaskan bahwa P2TP2A memberikan pelayanan bagi korban KDRT berupa pelayanan medis, pelayanan psikis, pelayanan hukum, dan konseling perkawinan. Sebagaimana dikatakan Bu Dini Staf Penerima Pengaduan sebagai berikut: “Selain sosialisasi, upaya yang kita lakukan ya kita memberi pelayanan, pelayanan KDRT untuk mengatasi masalahnya entah itu pelayanan hukum, pelayanan psikologi, pelayanan konsultasi perkawinan, pelayanan medis. Penyelesaiannya t ercipta sesuai sama visi misi P2TP2A.” 48 Untuk memperkuat data, peneliti juga mewawancarai Bu Listya Wakil Ketua II P2TP2A, hasil wawancaranya yaitu: 46 Wawancara Pribadi dengan Hj. Listya Windyarti, S.Sos, MKM, Tangerang Selatan, 07 April 2015, lihat lampiran VI. 47 Wawancara Pribadi dengan Ahmad Zainus Sholeh, S.H.I, Tangerang Selatan, 06 April 2015, lihat lampiran V. 48 Wawancara Pribadi dengan Dini Kurnia, S.Si, Tangerang Selatan, 18 Maret 2015, lihat lampiran II.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kelurahan Durian Kecamatan Medan Timur Kota Medan

10 114 91

Dampak Kekerasan Anak Dalam Rumah Tangga (Studi Deskriptif pada Korban KDRT di Lembaga Pusat Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak (PPT) Kabupaten Situbondo)

0 29 17

DAMPAK KEKERASAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA (Studi Deskriptif pada Korban KDRT di Lembaga Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Kabupaten Situbondo)

0 5 17

PERANAN UPT P2TP2A (UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK) DALAM PENANGANAN DAN PENNGGULANGAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG.

14 122 44

Pemetaan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) di Provinsi Bali.

0 0 4

PERAN PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK (P2TP2A) DALAM MENJAMIN HAK PERLINDUNGAN BAGI ANAK KORBAN PENCABULAN DI KABUPATEN WONOGIRI.

0 0 7

Efektivitas Collaborative Governance Pelayanan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan di Pelayanan Terpadu bagi Perempuan dan Anak Kota Surakarta (PTPAS).

1 5 14

Pemetaan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Sumatera Barat

0 0 16

MANAJEMEN PELAYANAN KONSELING TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI PUSAT PELAYANAN TERPADU PEREMPUAN DAN ANAK KABUPATEN PESAWARAN LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 1 108

KINERJA PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK (P2TP2A) KOTA DEPOK DALAM PENANGANAN KASUS KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK TAHUN 2017

1 37 178