C. PELAYANAN HUKUM
1. Advokasi
Zastrow mengartikan advokasi adalah aktivitas menolong klien atau sekelompok klien untuk mencapai layanan tertentu ketika mereka ditolak
suatu lembaga atau suatu sistem layanan, dan membantu memperluas pelayanan agar mencakup lebih banyak orang yang membutuhkan.
13
Tujuannya adalah untuk membantu orang menghadapi berbagai hambatan dalam mencapai tujuan hidup dan mendapatkan akses pelayanan sosial.
14
Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga Pasal 25 bahwa dalam hal memberikan
perlindungan dan pelayanan, advokat wajib:
15
a. Memberikan konsultasi hukum yang mencakup informasi mengenai
hak-hak korban dan proses peradilan; b.
Mendampingi korban di tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan dalam sidang pengadilan dan membantu korban untuk
secara lengkap memaparkan kekerasan dalam rumah tangga yang dialaminya; atau
c. Melakukan koordinasi dengan sesama penegak hukum, relawan
13
Suharto, Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial, h. 170.
14
Siti Napsiyah Ariefuzzaman dan Lisma Dyawati Fuaida, Belajar Teori Pekerjaan Sosial Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011, h. 50.
15
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga pasal 25.
pendamping, dan pekerja sosial agar proses peradilan berjalan sebagaimana mestinya.
D. PELAYANAN PSIKIS
1. Konseling
Menurut The American Psychological Association, Division of Counseling Psychology, Committee on Definition mendefinisikan konseling
sebagai sebuah
proses membantu
individu untuk
mengatasi masalah-masalahnya dalam perkembangan dan membantu mencapai
perkembangan yang optimal dengan menggunakan sumber-sumber dirinya.
16
Berdasarkan perspektif Pekerja Sosial, konseling dapat dilakukan melalui tiga tahap, yakni membangun relasi, menggali masalah secara
mendalam, dan menggali solusi alternatif.
17
a. Membangun Relasi
Tahap ini melibatkan pertunangan engagement atau pertemuan awal antara Pekerja Sosial dan klien. Pekerja Sosial dituntut untuk
membangun suasana yang kondusif dan menyenangkan, sehingga klien tidak memiliki keraguan atau bahkan ketakutan dalam mengemukakan
masalahnya. Pekerja Sosial perlu menunjukkan sikap penerimaan,
16
Gantina Komalasari, dkk., Teori dan Teknik Konseling Jakarta: PT Indeks, 2011, h. 9.
17
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri Bandung: Alfabeta, 2009, h. 28.