Gambaran Umum Proses Penelitian
173
peran kebijakan pemerintah dan peraturan. Penemuan Muhammad Syafii Antonio 2011, yang menyoroti pengaturan kebijakan dan kelembagaan pengembangan
Usaha Kecil dan Menengah UKM di Indonesia, sejalan dengan penemuan Tambunan, Tulus 2007,
yang menguji pengembangan UKM saat ini di
Indonesia, menemukan bahwa kelemahan utama yang diperlihatkan UKM adalah rendahnya modal kerja dan hambatan pemasaran. Kebanyakan penelitian yang
ada menyarankan bahwa perlu program pemerintah yang efektif untuk mendukung program pengembangan UKM yang
masih kecil, sejalan dengan penemuan
Tambunan tulus 2005, yang menemukan bahwa dalam banyak kasus, kebijakan pengembangan tidak begitu sukses; dalam arti, kegagalan dapat
ditandai dari fakta bahwa satu atau banyak faktor kritis untuk kesuksessan pengembangan klaster usaha kecil dan menengah tidak ada atau tidak dilakukan
secara benar. Mengabaikan jaringan klaster terhadap pasar adalah satu alasan utama kegagalan. Prasyarat Kesuksesan pengembangan klaster adalah potensi
klaster untuk mengakses pengembangan pasar apakah domestik atau pasar luar negeri, juga sejalan dengan penemuan Knowledge management research
practice 2010 yang menunjukkan Peran aktif yang dimainkan oleh pemerintahan juga tampaknya lebih efisien daripada broker. peneliti membahas
hasil tersebut dan implikasinya terhadap pembuat kebijakan dan anggota klaster, sejalan dengan penemuan Sakur, 2011, penelitiannya terhadap 56 UMKM di
Kota Surakarta menemukan bahwa UMKM belum memanfaatkan secara maksimal
dana yang tersedia untuk mengelola
struktur modal
untuk meningkatkan kinerja mereka. Sebuah strategi bisnis yang lebih baik dan tepat
dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja UMKM. Dukungan dari pemerintah masih tidak menunjukkan dampak positif. Beberapa faktor yang mungkin
termasuk dukungan yang diberikan atau disediakan tersebar tidak merata, dengan target unproper, penghentian, atau hanya sebagian bantuan, sejalan dengan
penemuan Daniel Agyapong 2010, yang mengulas literatur tentang pentingnya UMKM
untuk pembangunan
ekonomi dan
pengentasan kemiskinan,
menganjurkan agar pemerintah dan pembuat kebijakan untuk lembaga dukungan kredit yang layak dan layanan dukungan bisnis non-keuangan agar membantu
174
UMKM tumbuh berkembang. Hal ini sejalan dengan penemuan Asghar Afshar Jahanshahi,
et al. 2011, dengan sejarah yang mempengaruhi kebijakan pengembangan perusahaan kecil, pada masa setelah kemerdekaan. Usaha Mikro,
perusahaan medium kecil di India mendominasi skenario industri melalui
kontribusinya terhadap penciptaan lapangan kerja dan pendapatan sebagai juga menanggulangi masalah kesenjangan antar daerah. Kebijakan di bidang
kewirausahaan adalah kompleks dan berantakan. Banyak bidang kebijakan pemerintah mempengaruhi tingkat aktivitas kewirausahaan - kebijakan regulasi,
kebijakan perdagangan, kebijakan pasar tenaga kerja, kebijakan pembangunan daerah, kebijakan sosial, dan bahkan kebijakan gender. Ini berarti Pemerintah
harus mengadopsi struktur yang lebih horisontal untuk mengembangkan dan menerapkan pendekatan kebijakan terpadu. Campuran pilihan kebijakan akan
tergantung pada sejumlah faktor, termasuk sikap yang berlaku dari populasi terhadap kewirausahaan, struktur angkatan kerja, ukuran dan peran pemerintah,
prevalensi tingkat yang ada aktivitas kewirausahaan dan UMKM yang ada. Hal ini biasa bagi Pemerintah untuk memiliki kebijakan untuk mendorong pertumbuhan
UMKM lokal karena mereka dapat membantu secara langsung untuk mengurangi kemiskinan dengan meningkatkan tingkat pendapatan dan menciptakan lapangan
kerj. Hal ini sejalan dengan penemuan Hernan Banjo G, et.al. 2008, yang menghadirkan suatu konsep framework yang menunjukkan institusi formal dan
informal dan hubungannya dengan pemilihan strategi Usaha Mikro Kecil dan Menengah pada suatu negara berkembang. Penelitian memusatkan perhatian
bagaimana suatu institusi pada tingkat negara bagian mempengaruhi orientasi strategi UMKM pada banyak negara berkembang di ASIA yang sedang menjalani
desentralisasi dimana otoritas pemerintah sub-nasional diberikan kekuasaan yang lebih dibidang politik, ekonomi, fiskal dan administratif, selanjutnya untuk
memberi wawasan lebih luas tentang faktor penentu lingkungan kelembagaan - pilihan strategis organisasi. Masalah lembaga-lembaga terhadap UMKM adalah
dikarenakan lembaga menyediakan struktur, sejumlah kendala dan menawarkan insentif yang mendukung atau menghalangi aktifitas, penanganan risiko dan
terhadap aktivitas inovasi perusahaan-perusahaan tersebut. Minimalisasi biaya
175
transaksi sebagaimana adanya ketidakpastian melalui institusi formal memainkan peran utama dalam mendukung pertumbuhan wirausaha UMKM. Dukungan
sosio-kultur yang diberikan oleh lembaga-lembaga informal penting turut melengkapi pemandangan dengan mana aktivitas produktif wirausaha akan
berlangsung.Tujuan akhir kegiatan operasional perusahaan adalah untuk merealisasikan tujuan berupa tujuan hakiki sampai nilai keuangan. Tantangannya
adalah jika lingkungan institusional kondusif terhadap sikap strategic wirausaha akan memberi hasil yang lebih baik dan keberlanjutan terhadap kinerja UMKM.
Penelitian di atas juga sejalan dengan penelitian Mohd Nazmi, 2005 yang menjelaskan bahwa keberhasilan UKM tergantung pada berbagai hal dan dilihat
dari sudut yang lebih luas dalam hal pengaruh demografi dan bantuan dari pemerintah, disamping itu juga sejalan dengan penelitian Stevia Septian et.al .,
2013, yang menemukan bahwa variabel kebijakan pemerintah mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap daya saing industri kecil melalui variabel
pemasaran kewirausahaan pada industri kecil alas kaki di bogor. Sejalan dengan penelitian Daniel Agyapong 2010, studi ini mengulas literatur tentang
pentingnya UMKM untuk pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Penelitiannya menganjurkan agar pemerintah dan pembuat kebijakan untuk
lembaga dukungan kredit yang layak dan layanan dukungan bisnis non-keuangan untuk membantu UMKM tumbuh berkembang.
2.1.Analisis Klaster Masalah Pembiayaan
Pada pembahasan ini akan diuraikan hasil sintesis pada klaster sub masalah internal yaitu masalah pembiayaan dalam menentukan Model Kompetitif
Pengembangan Usaha Mikro dengan Pembiayaan Mudharabah pada UM Mitra BMT di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.
Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan prioritas sub masalah pembiayaan menurut pendapat seluruh responden sebagaimana tampak pada Gambar 4.6.
176 Gambar 4.6 Hasil Sintesis Prioritas Masalah Pembiayaan Berdasarkan Nilai
Rata-Rata Sumber : wawancara, data diolah
Gambar 4.7 Hasil Sintesis Prioritas Masalah Pembiayaan Berdasarkan Nilai Setiap Responden
Sumber : wawancara, data diolah
Gambar 4.6 menunjukkan bahwa berdasarkan pendapat gabungan maka masalah pembiayaan paling prioritas dalam menentukan Model Kompetitif
Pengembangan Usaha Mikro dengan Pembiayaan Mudharabah Pada UM Mitra BMT di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara adalah masalah
system bagi hasil sebesar 19.92, dan diikuti oleh masalah kemudahan akses 18.53, masalah agunan 17.25, masalah besarnya pembiayaan 17.10,
masalah jangka waktu 14.68, dan yang menempati urutan prioritas terakhir adalah masalah fleksibilitas 12.53. Hasil perolehan rater agreement
keseluruhan responden adalah sebesar 8.01 yang berarti bahwa 8.01 tingkat kesepakatan responden bahwa masalah pembiayaan prioritas adalah masalah
W = 8.01
177
system bagi hasil, diikuti oleh masalah kemudahan akses, masalah agunan, masalah besarnya pembiayaan, masalah jangka waktu, dan masalah fleksibilitas.
Untuk melihat hasil sintesis prioritas per responden, dapat dilihat pada gambar 4.7. Hasil sintesis per responden menunjukkan bahwa dari sembilan orang
responden, tiga orang responden menjawab masalah pembiayaan yang paling prioritas dalam menentukan model kompetitif
pengembangan usaha mikro dengan pembiayaan mudharabah di UM Mitra BMT di Kota Medan dan
Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara adalah masalah system bagi hasil, dan dua orang lainnya menjawab system bagi hasil sama pentingnya dengan elemen-
elemen yang lain. Sedangkan responden lainnya memiliki jawaban yang cukup beragam. Hal ini tentunya senada dengan angka rater agreement yaitu 8.01
responden sepakat dengan urutan jawaban pada klaster masalah pembiayaan. Temuan di atas sejalan dengan penelitian Jumhur 2009, yang
menemukan bahwa rasio bagi hasil yang diterapkan oleh BMT berpengaruh negatif terhadap probabilita usaha kecil meminjam modal kerja dari BMT,
karena rasio bagi hasil merupakan biaya penggunaan dana oleh nasabah peminjam yang harus dikembalikan. Demikian pula sejalan dengan penelitian
Heru Wahyudi dan Raditya Sukmana, 2015, Hasil perbandingan diantara
perusahaan bagi hasil membuktikan bahwa model bagi hasil juga mewujudkan produktivitas karena terbukti memberi nominal bagi hasil yang berbeda untuk
jenis pekerjaan yang sama yang dilakukan diperusahaan yang berbeda
2.2.Analisis Klaster Masalah Pemasaran
Pada pembahasan ini akan diurai hasil sintesis pada klaster sub masalah internal yaitu masalah pemasaran dalam menentukan Model Kompetitif
Pengembangan Usaha Mikro dengan Pembiayaan Mudharabah pada UM Mitra BMT di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Berdasarkan
hasil pengolahan data didapatkan prioritas sub masalah pemasaran menurut pendapat seluruh responden sebagaimana tampak pada Gambar 4.8.
178
Gambar 4.8 Hasil Sintesis Prioritas Masalah Pemasaran Berdasarkan Nilai Rata-Rata
Sumber : wawancara, data diolah
Gambar 4.9 Hasil Sintesis Prioritas Masalah Pemasaran Berdasarkan Nilai Setiap Responden Sumber : wawancara, data diolah
Gambar 4.8 menunjukkan bahwa berdasarkan pendapat gabungan maka masalah pemasaran paling prioritas dalam menentukan Model Kompetitif
Pengembangan Usaha Mikro dengan Pembiayaan Mudharabah pada UM Mitra BMT di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara adalah masalah
strategi distribusi sebesar 21.51, dan diikuti oleh masalah segmen pasar 19.88, masalah strategi pesaing 16, masalah harga: dengan biaya produksi
tinggi 15.52, masalah inovasi produk 13.90, dan yang menempati urutan prioritas terakhir adalah masalah metode promosi 13.20. Hasil perolehan rater
agreement keseluruhan responden adalah sebesar 8.01 yang berarti bahwa
W = 8.01