76
dimungkinkan  untuk  dapat  membeli  produk  keuangan  mikro  lainnya  seperti asuransi mikro.
118
Sehubungan  dengan  hal  di  atas  pembiayaan  bagi  hasil  sejatinya  adalah esensi  pembiayaan  bank  syariah.  Apalagi  pembiayaan  bagi  hasil  merupakan
implementasi dari prinsip keadilan, persamaan , dan transparansi dalam ekonomi syariah. Bahkan bank syariah sendiri sebenarnya lekat dengan sebutan bank bagi
hasil. Skema pembiayaaan bagi hasil yang populer diterapkan perbankan syariah
di Indonesia adalah mudharabah dan musyarakah. Pada sistem mudharabah trust financing,  bank  syariah  menjadi  penyedia  seluruh  modal  100,  sementara
debitor  yang  menjalankan  proyek  atau  usaha.  Pada  sistem  musyarakah  project financing  partisipation,  bank  syariah  dan  debitor  saling  berpartisipasi  alias
sharing modal. Sayangnya,  meskipun  pembiayaan  bagi  hasil merupakan  pembiayaan
primer pada bank syariah, porsi pembiayaan ini masih kalah dibandingkan dengan pembiayaan  berdasarkan  skema  jual-beli  murabahah.  Statistik  Perbankan
Syariah  Bank  Indonesia  per  September  2009 mancatat  total  pembiayaan
perbankan  syariah  mencapai  Rp  44,5  triliun  dimana  porsi  pembiayaan musyarakah  mencapai  Rp  6,5  triliun  atau  14,6  dari  total  pembiayaan  bank
syariah.  Sedangkan  pembiayaan  mudharabah  hanya  sebesar  Rp  10,1  triliun  atau 22,7.  Bandingkan  dengan  pembiayaan  murabahah  yang  mencapai  Rp  25,1
triliun atau porsinya sebesar 56,4. Alasan  masih  rendahnya  pembiayaan  bagi  hasil  adalah  karena  perbankan
syariah  masih  memandang  pembiayaan  jenis  ini  mengandung  risiko  dan ketidakpastian yang cukup tinggi.
Risiko yang paling sering ditakuti bank syariah pada pembiayaan ini yaitu risiko  pendapatan  tidak  pasti
—
bahkan  bisa  tidak  memperoleh  pendapatan  sama sekali dan risiko kehilangan pokok pembiayaan apabila usaha debitor rugi.
118
httpwwwojk.go.id, diunduh mei 2016
77
Jika kerugian karena business risk, maka pembagian kerugian berdasarkan porsi  modal  masing-masing  pihak.  Tapi  pada  skema  mudharabah,  karena  porsi
modal bank syariah 100, maka bank syariah yang menanggung kerugian secara finansial.  Sedangkan  jika  kerugian  diakibatkan  kesalahan  atau  pelanggaran  yang
dilakukan debitor maka kerugian ditanggung oleh debitor. Tapi pada intinya, jika usaha    proyek  mengalami  kerugian  berarti  bank  syariah  mengalami  kerugian
juga, karena tidak ada hasil yang dibagikan. Tingginya  risiko  tersebut  membuat  bank  syariah  mengalami aversion  to
effort artinya bank syariah masih bersikap tidak mau repot atau melakukan hal-hal ekstra
—
misalnya mendampingi pengusaha
—
karena biaya monitoring yang tinggi dan aversion to risk yaitu bank syariah masih bersikap menghindar dari risiko.
Sebagai lembaga keuangan yang berjalan diatas rel syariah, mau tidak mau bank syariah harus meningkatkan pembiayaan bagi hasil. Salah satu strategi yang
dapat  dilakukan  perbankan  syariah  untuk  meningkatkan  pembiayaan  bagi  hasil adalah  melakukan Linkage  Program. Linkage  Program adalah  program
pembiayaan  yang  bersifat  kemitraan.  Jadi,  bank  syariah  mengeluarkan pembiayaan ke sektor riil secara tidak langsung. Pembiayaan ini disalurkan lewat
agen  atau  perusahaan  mitra  istilahnya two  steps  financing.  Perusahaan  mitra yang menjadi partner bank syariah bisa berupa Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
BPRS,  Multifinance  dan  Lembaga  Keuangan  Mikro  Syariah  seperti  Koperasi Jasa  keuangan  Syariah  KJKS,  Unit  Jasa  Keuangan  Syariah  UJKS,  Koperasi
pesantren  Kopontren  dan Baitul  Maal wat  Tamwil  BMT. Bank  syariah  juga bisa
melakukan Linkage  Program dengan  lembaga  non  keuangan  seperti perusahaan perkebunan inti plasma atau perusahaan franchise.
Penerapan linkage  progam menggunakan  3  pola  pembiayaan  yaitu executing,  channeling  dan joint  financing. Pada pola executing, bank  syariah
memberikan  pembiayaan  kepada  perusahaan  mitra  dimana  kemudian  perusahaan mitra  meneruskannya kepada  nasabah  sebagai  end  user.  Sehingga  perusahaan
mitra  tercatat  sebagai  debitor  bank  syariah  sedangkan pembiayaan  kepada  end user tercatat sebagai eksposur pembiayaan perusahaan mitra.
78
Sedangkan  pada  pola channeling, bank  syariah  memberikan  pembiayaan secara langsung kepada nasabah sebagai end user melalui perusahaan mitra yang
bertindak sebagai agen. Pembiayaan kepada end user adalah eksposur pembiayaan bank  syariah.  Terakhir,  pola joint  financing adalah  pembiayaan  bersama  dimana
sumber dananya merupakan sharing antara bank syariah dan perusahaan mitra. Untuk  skema  yang  digunakan,  pada  pola executing,  bank  syariah
memberikan pembiayaan  kepada  perusahaan  mitra  menggunakan  skema  bagi hasil, lalu perusahaan mitra meneruskannya kepada end user, berupa pembiayaan
bagi hasil atau non bagi hasil. Pada pola channeling, karena pembiayaan bank syariah mengalir langsung
ke end user, skema yang digunakan kebanyakan murabahah. Sedangkan pada pola joint financing, bank syariah bisa menggunakan pola musyarakah.
Bagaimana  dengan  risiko  pembiayaan?  Pada  pola executing, risiko pembiayaan  kepada end  user berada  di  pihak  perusahaan  mitra  sedangkan bank
syariah menanggung risiko kepada perusahaan mitra. Pada pola channeling, risiko pembiayaan  ditanggung  oleh  bank  syariah  sedangkan  perusahaan  mitra  tidak
menanggung  risiko  pembiayaan  karena  hanya  sebagai  agen.  Tetapi  perusahaan mitra tentu menanggung risiko reputasi. Terakhir pada pola joint financing, kedua
belah pihak, bank syariah dan perusahaan mitra, menanggung risiko pembiayaan secara proporsional.
Dari  paparan  diatas  dapat  dlihat  bahwa  dengan  melakukan Linkage Program
—
terutama  pada  pola executing
—
bank  syariah  bisa  mereduksi  risiko karena risiko pembiayaan pada end user ditanggung oleh perusahaan mitra. Jadi,
meskipun  bank  syariah  ikut  menanggung  risiko  pembiayaan  tapi  setidaknya
risikonya  lebih  “ringan”  daripada  memberikan  pembiayaan  bagi  hasil
langsung kepada  debitor.  Mitigasi  risiko  juga  lebih  baik  karena  perusahaan  mitra  juga
melakukan  monitor  terhadap end  user.  Sehingga  pengawasan  debitor  lebih intensif.  Apalagi  perusahaan  mitra  seperti  BPRS  dan  LKMS  berperan  sebagai
society local institution. Oleh karena itu, bank syariah perlu meningkatkan Linkage Program untuk
meningkatkan  bagi  hasil.  Apalagi Linkage  Program tidak  hanya  untuk
79
meningkatkan  porsi  pembiayaan  bagi  hasil  tetapi  juga  akan  meningkatkan penetrasi  dan diversifikasi  pembiayaan  bank syariah  di  sektor  UMKM  dan
consumer financing.
119
13. Pendayagunaan Zakat,  Infaq,  Sedekah,  Wakaf  ZISWAKAF Secara Produktif
Zakat,  Infaq,  Sedekah  ZIS  memiliki  peranan  penting  dalam  penyediaan barang  dan  jasa,  baik  barang  publik  maupun  barang  privat.  Adanya ZIS telah
menyediakan  dana  yang  murah  bagi  pembiayaan  berbagai  kegiatan  ekonomi dalam  masyarakat. Islam telah  mengatur  kewajiban  zakat  dan  pemanfaatannya
secara  pasti,  karena  zakat  memiliki  dampak  ekonomi  yang  lebih  pasti  pula. Sementara  itu  tidak  terdapat  peraturan  yang  detail  tentang  infak  dan  sedekah
sehingga lebih fleksibel  dalam pengelolaannya. Sejalan  dengan  hal  diatas,  waqf  merupakan  salah  satu  sumber  daya
ekonomi  yang  telah  terbukti  berperan  besar  dalam  perekonomian.  Waqf  adalah salah  satu  bentuk kekayaan  yang  secara  hukum  diberikan  kepada  publik,
meskipun  pengelolaannya  kemungkinan  dapat  dilakukan  oleh  pemerintah    atau masyarakat  sendiri.  Dalam  realitas,  sejak  masa Islam klasik  hingga  saat  ini
kekayaan  waqf  telah  digunakan  untuk  penyediaan  sekolah,  pelayanan  kesehatan, pelayanan keagamaan, serta pemberdayaan ekonomi.
120
1. Zakat
Kata  zakat  adalah  isim  masdar  dari  kata zaka-yazku-zakah yang  berarti berkah,  tumbuh,  bersih,  baik,  dan  bertambah.
121
Secara  terminologi  zakat  adalah pemilikan  harta  yang  dikhususkan  kepada  penerimanya  dengan  syarat-syarat
tertentu.
122
P
otensi  dari  pengumpulan  zakat  di  Indonesia  angkanya  sangat mencengangkan.  yaitu  sebesar  Rp  217  triliun  atau  1,8  sampai  4,34  persen  dari
119
Tony Hidayat, Program-solusi-pembiayaan-bagi-hasil-20368.html, Linkage Program : Solusi Pembiayaan Bagi Hasil, Islamicbank.multiply.com, diunduh tanggal, 02 September.
120
Pusat  Pengkajian  dan  Pengembangan  Ekonomi Islam P3EI  Universitas Islam Yogjakarta , Rajawali Pers, Ekonomi Islam, 2013,  hal.467
121
Fakhruddin, Fiqih  dan  Manajemen  Zakat  di  Indonesia,Malang:  UIN-Malang  Press,  2008, cet.1, h. 13
.
122
Ibid., h. 16
80
gross domestic product GDP,. Pengumpulan dan pelaporan zakat nasional itu, lanjut  Didin,  sesuai  dengan  Undang-Undang  Nomor  23  Tahun  2011  tentang
Pengelolaan  Zakat.  Undang-Undang  itu  mengatur  mekanisme  pelaporan  zakat nasional secara terintegrasi.
123
Zakat  yang  diwajibkan Islam mula  mula  di  Madinah  dan  diterangkan batas-batas  serta hukum  hukumnya,  adalah  suatu  sistem      yang  baru  yang  unik
dalam  sejarah  kemanusiaan.  Suatu  system yang  belum  pernah  ada  pada  agama samawi juga dalam peraturan peraturan manusia. Zakat adalah system keuangan,
ekonomi, sosial, politik, moral dan agama sekaligus. Zakat  merupakan  system  keuangan  dan  ekonomi  karena  ia  merupakan
pajak  harta  yang  ditentukan,  kadang-kadang  sebagai    pajak  kepala  seperti  zakat fitrah dan kadang-kadang seperti pajak kekayaan  yang dipungut dari modal  dan
pendapatan  seperti  halnya  zakat  pada  umumnya.  Zakat  adalah  sumber  keuangan Baitul Mal dalam Islam yang terus menerus. Ia dipergunakan untuk membebaskan
tiap  orang    dari  kesusahan  dan  menanggulangi  kebutuhan  mereka  dalam  bidang ekonomi dan lain-lain. Kemudian zakat merupakan suatu cara yang praktis untuk
mengumpulkan  kekayaan  dan  menjadikannya  agar  dapat  berputar  dan berkembang.
124
Tentang zakat ini Allah telah menjelaskan di dalam QS. Al baqarah2:43 
 
 
 
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang ruku.
Pada QS. Attaubah9:60 Allah menjelaskan pula: 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
123
Didin  usai  bertemu  Presiden  Susilo  Bambang  Yudhoyono  SBY  di  Istana  Presiden, Jakarta,  Rabu 2472013, http:news.liputan6.comread648347baznas-,  diunduh September  03
2015, pukul 11.00
124
Qardawi Yusuf, Hukum Zakat, Studi Komparatif Mengenai Status Dan Filsafat Zakat Berdasarkan Qur,An Dan Hadis, Bogor: Litera Antarnusa, Cetakan Keduabelas, 2011, hal.1118.
81 Sesungguhnya  zakat-zakat  itu,  hanyalah  untuk  orang-orang  fakir,  orang-
oang  miskin,  pengurus-pengurus  zakat,  para  muallaf  yang  dibujuk  hatinya,  untuk memerdekakan  budak,  orang-orang  yang  berutang,  untuk  jalan  allah  dan  untuk
mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu yang ditetapkan allah dan allah maha mengetahui lagi maha bijaksana.
Dari ayat di atas, maka yang berhak menerima zakat ialah: 1.  Orang  fakir:  orang  yang  amat  sengsara  hidupnya,  tidak  mempunyai  harta
dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya. 2. Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan
kekurangan. 3.  Pengurus zakat:  orang  yang  diberi  tugas  untuk  mengumpulkan  dan
membagikan zakat 4.  Muallaf:  orang  kafir  yang  ada  harapan  masuk Islam dan  orang  yang  baru
masuk Islam yang imannya masih lemah. 5.  Memerdekakan  budak:  mencakup  juga  untuk  melepaskan  muslim  yang
ditawan oleh orang orang kafir 6.  Orang  berhutang:  orang  yang  berhutang  karena  untuk  kepentingan  yang
bukan  maksiat  dan  tidak  sanggup  membayarnya.  Adapun  orang  yang berhutang  untuk  memelihara  persatuan  umat Islam dibayar  hutangnya  itu
dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya. 7.  Pada  jalan  Allah  sabilillah:  yaitu  untuk  keperluan  pertahanan Islam dan
kaum  muslimin.  Di  antara  mufasirin  ada  yang  berpendapat  bahwa fisabilillah  itu  mencakup  juga  kepentingan-kepentingan  umum  seperti
mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain. 8.Orang  yang  sedang  dalam  perjalanan  yang  bukan  maksiat  mengalami
kesengsaraan dalam perjalanannya.
2. Infaq
Secara  bahasa infaq berasal dari bahasa Arab,  yang berarti mengeluarkan atau membelanjakan harta.
Tetang infaq ini Allah telah menjelaskan dalam Q.S. al-baqarah2: 2-3
82
 
 
 
 
 
 
 
 
 
2.  Kitab Al  Quran  ini  tidak  ada  keraguan  padanya;  petunjuk  bagi mereka yang bertaqwa, 3. yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang
mendirikan  shalat,  dan menafkahkan  sebahagian  rezki yang  Kami  anugerahkan kepada mereka.
Q.S.Al-Baqarah2:273: 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Berinfaqlah  kepada  orang-orang  fakir  yang  terikat  oleh  jihad  di  jalan Allah;  mereka  tidak  dapat  berusaha  di  bumi;  orang  yang  tidak  tahu  menyangka
mereka  orang  Kaya  karena  memelihara  diri  dari  minta-minta.  kamu  kenal  mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak.
dan  apa  saja  harta  yang  baik  yang  kamu  nafkahkan  di  jalan  Allah,  Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.
3. Sedekah
Secara bahasa kata Sedekah berasal dari bahasa arab shadaqah yang secara bahasa  berarti  tindakan  yang  benar.  Pada  awal  pertumbuhan Islam diartikan
sebagai pemberian  yang  disunahkan. tetapi setelah kewajiban zakat disyariatkan, maka shadaqah mempunyai dua arti. Pertama shadaqah
sunahtatawwu’ sedekah
dan wajib zakat.
Secara  syara’  terminologi,  sede
kah  diartikan  sebagai  sebuah  pemberian seseorang  secara  ikhlas  kepada  orang  yang  berhak  menerima  yang  diiringi  juga
oleh pahala dari Allah Nasrun Harun, dalam Ghazali A.R., et.al.
125
4. Wakaf
Secara  etimologi    kata  wakaf  berarti  al  habs  menahan,  radiah terkembalikan, Al-Tahbis tertahan dan
Al Man’u
mencegah.
126
125
Ghazali A.R., et.al., Fiqh Muamalah Jakarta, Prenada Media Group, 2010, h.149.