21
mungkin dan murid giat untuk mengumpulkannya. Di sini sering terlihat bahwa belajar itu disamakan dengan menghafal Roestiah
N.K., 1982:149. b.
Menurut W.S Winkel belajar adalah: Suatu aktifitas mentalpsikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap Winkel, 1987:4.
c. Menurut Oemar Hamalik 1975:4, hasil belajar adalah suatu bentuk
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Seseorang
dikatakan telah belajar, jika di dalam dirinya telah terjadi perubahan tertentu, misalnya semula tidak dapat membaca menjadi dapat
membaca.
2. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang setelah mengikuti suatu program pendidikan. Menurut Nasution Jurnal
Ilmu Pendidikan 2001:39, prestasi belajar adalah penguasaan seseorang terhadap pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam suatu pelajaran,
yang lazimnya diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.
Proses pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input, proses, dan output. Input berkaitan dengan masukan untuk kegiatan
belajar-mengajar dan output merupakan hasil dari proses yang
22
dilaksanakan. Dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar tersebut akan mendapat kecakapan maupun perubahan yang sesuai dengan tujuan.
Menurut Sunaryo 1983:10-13, bahwa tingkat kemampuan siswa dalam proses belajar dapat diketahui dari prestasi belajarnya. Prestasi belajar
adalah hasil perubahan kemampuan yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Menurut Jas 1987:34, prestasi belajar bisa dinyatakan sebagaimana tercantum dalam raport atau ijazah, pendapat tersebut sejalan
dengan yang dikemukakan oleh Wirawan 1976:20, yang menyampaikan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang dalam
usaha belajarnya seperti yang dinyatakan dalam raport. Pernyataan tentang persepsi belajar makin diperlengkap dengan
pernyataan yang diberikan oleh Tirtonegoro 1984:42, yang mana pencapaian hasil belajar dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf,
maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.
Menurut Sukardi 1983:30-31 menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut:
a. Faktor internal, ialah faktor yang menyangkut seluruh diri pribadi,
termasuk fisik maupun mental atau psikologisnya yang ikut menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar.
b. Faktor eksternal, ialah faktor yang bersumber dari luar indvidu yang
bersangkutan, misalnya ruang belajar yang tidak memenuhi syarat,
23
alat-alat pelajaran yang tidak memadai, dan lingkungan sosial maupun lingkungan alamiahnya.
Berdasarkan isi dari Buku Pedoman Program Studi Pendidikan Akuntansi 2007:55-56, terdapat beberapa kriteria penilaian yang
dilakukan oleh universitas Sanata Dharma terhadap prestasi belajar mahasiswa. Hasil pengukuran taraf pencapaian kompetensi mahasiswa
dinyatakan dalam bentuk skor. Penilaian hasil belajar mahasiswa dapat didasarkan pada tiga kemungkinan sistem penilaian, yaitu:
a. Sistem Penilaian Acuan Patokan PAP
Sistem penilaian ini menetapkan lebih dahulu batas lulus yang mencerminkan sasaran materi perkuliahan yang dituntut.
b. Sistem Penilaian Acuan Norma PAN
Sistem penilaian ini membandingkan taraf prestasi yang dicapai oleh seorang mahasiswa dengan taraf prestasi kelaskelompoknya.
c. Sistem Penilaian Acuan Kombinasi PAK
Sistem penilaian ini membandingkan taraf prestasi kelompok yang diharapkan dengan taraf prestasi kelompok yang nyata, kemudian
ditentukan batas lulus. Sistem penilaian yang sesuai dengan pendekatan kompetensi
dan yang digunakan di Universitas Sanata Dharma adalah sistem PAP yang disesuaikan. Nilai akhir keberhasilan mahasiswa dinyatakan
dalam bentuk huruf yang disebut huruf mutu atau HM: A, B, C, D, E,
24
masing-masing dengan bobot kuantitatif yang disebut angka mutu sebagai berikut:
A ekuivalen dengan bobot 4 B ekuivalen dengan bobot 3
C ekuivalen dengan bobot 2 D ekuivalen dengan bobot 1
E ekuivalen dengan bobot 0 Penilaian dilakukan terlebih dahulu dengan menetapkan batas
lulus yang merupakan batas minimum pencapaian kompetensi yang diperlukan. Penilaian ini biasanya menggunakan acuan persentase
untuk dapat menentukan apakah seorang mahasiswa dapat lulus atau tidak pada suatu mata pelajaran. Acuan persentase yang digunakan
adalah sebagai berikut: Persentase Nilai
≥ 80 A
66-79 B 56-65 C
50-55 D ≤ 49
E Seorang mahasiswa juga dianggap telah berhasil dalam
kegiatan perkuliahan apabila mereka memperoleh Indeks Prestasi yang tinggi. Ukuran tinggi rendahya IP dapat dilihat pada daftar
pengambilan sks yang boleh diambil oleh mahasiswa, semakin tinggi IP semakin banyak pula sks yang dapat diambil tiap semesternya.
25
IP Sementara SKS
3,00-4,00 25 2,50-2,99 22
2,00-2,49 19 ≤ 1,99
15 Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
prestasi belajar adalah hasil belajar yang diperoleh setelah mengikuti suatu program studi yang biasanya tercantum dalam nilai raport dan
ijazah yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat.
D. Kerangka Berpikir dan Hipotesis
1. Hubungan Persepsi Mahasiswa Terhadap Pendekatan Mengajar SCL
Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa
Pendekatan mengajar itu berarti titik tolak atau sudut pandang kita pendidik terhadap proses pembelajaran Sanjaya 2006:125. Pendekatan
dalam pembelajaran itu sendiri dibagi menjadi dua yaitu, pendekatan yang berpusat pada guru atau instruktur dan pendekatan yang berpusat pada
siswa Pendekatan mengajar SCL merupakan salah satu pendekatan yang
dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang menjadikan peserta didik sebagai pusat pembelajaran yang akan membuat mereka merasa
tertantang untuk belajar dan mencari tahu sendiri. Mahasiswa diberikan banyak kesempatan untuk menyampaikan ide kreatif dalam belajar yang
diharapkan mereka dapat merasa senang terhadap suatu mata pelajaran. Semakin mereka senang dapat menciptakan kondisi belajar dimana
26
mahasiswa akan berani mengutarakan pendapat dan ide kreatifitas dalam kegiatan belajar. Dengan demikian kompetensi mereka terhadap suatu
pelajaran akan meningkat. Itu semua karena mereka diberikan kebebasan untuk menemukan cara belajar seperti apa yang bisa membuat mereka
senang Nasar, 32-33. 2.
Hubungan Lingkungan Belajar di Kampus dengan Prestasi Belajar Mahasiswa
Lingkungan belajar biasanya sangat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa karena untuk belajar dengan baik diperlukan lingkungan hidup
yang merangsang suasana belajar, maka lingkungan penting sekali dalam menentukan prestasi belajar Surakhmad 1982:23. Hubungan antara
pengajar atau dosen terhadap mahasiswa juga akan berpengaruh pada prestasi belajar mahasiswa. Apabila dosen memperlakukan mahasiswa
dengan baik atau apabila mahasiswa merasa diterima oleh dosen, maka mahasiswa akan menjadi lebih percaya diri dan hal tersebut dapat
mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa itu sendiri. Menurut Prayitno 1997: 41, keberhasilan mahasiswa ditentukan juga oleh lingkungan
belajar, karena lingkungan mempengaruhi seseorang untuk berkonsentrasi. Lingkungan fisik dan non fisik juga ikut mempengaruhi prestasi belajar.
Seperti halnya lingkungan fisik yaitu kondisi kelas yang bersih dan lingkungan nonfisik seperti mahasiswa tidak datang terlambat dalam
pelajaran akan membuat mahasiswa dapat lebih berkonsentrasi, sehingga prestasi belajar akan meningkat karena mahasiswa dapat berkonsentrasi