Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompensasi Finansial

mereka. Karyawan juga cenderung memilih pekerjaan yang mampu menawarkan berbagai macam tugas, kebebasan dan mampu memberikan feedback berdasarkan hasil pekerjaan mereka. Pada kondisi kerja yang menantang, kebanyakan karyawan akan merasa senang dan puas. b. Aspek pemberian reward upah Karyawan menginginkan sistem pembayaran dan kebijaksanaan pengupahan yang menurut mereka adil, jelas, dan sesuai dengan harapan mereka. Uang memiliki arti yang berbeda-beda bagi masing-masing individu. Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan diketahui bahwa individu yang menerima penghasilan terlalu kecil atau terlalu besar akan mengalami distress atau ketidakpuasan. Sejauh mana penghasilan yang diterima dapat dirasakan adil dan sesuai harapan merupakan poin penting. Jika gaji disikapi secara positif berdasarkan tuntutan kerja, tingkat pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar gaji yang berlaku untuk kelompok pekerjaan tertentu maka akan terdapat kepuasan kerja. c. Aspek kondisi kerja yang mendukung Karyawan sangat peduli dengan keadaan lingkungan kerja agar mereka merasa nyaman dan dapat bekerja dengan baik. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa karyawan memilih lingkungan fisik yang tidak berbahaya atau nyaman, seperti temperatur, cahaya, keramaian dan faktor lingkungan lainnya. d. Aspek rekan kerja Bagi sebagain besar karyawan, bekerja juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, sehingga tidaklah mengherankan jika rekan kerja yang bersahabat dan mendukung dapat meningkatkan kepuasan kerja seorang karyawan. Perilaku atasan juga menjadi salah satu penentu kepuasan kerja. Penelitian menemukan bahwa kepuasan kerja karyawan akan meningkat jika mempunyai atasan yang pengertian dan bersahabat, memberikan pujian atas hasil kerja yang baik, dan mau mendengarkan pendapat bawahannyam serta menunjukkan perhatian kepada mereka. Berdasarkan aspek-aspek kepuasan kerja yang telah diuraikan, penelitian ini berfokus pada tiga aspek yang membentuk kepuasan kerja, yaitu aspek jenis pekerjaan, kondisi kerja yang mendukung, dan rekan kerja. Menurut Riggio 2008 pendekatan facet dalam mengukur kepuasan kerja dapat dikembangkan sesuai kebutuhan penelitian. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mendesain atau menentukan aspek-aspek yang akan digunakan dalam penelitian. Riggio 2008 menambahkan bahwa peneliti dapat juga melakukan split atau penggabungan dari beberapa aspek menjadi satu aspek maupun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI collabs atau pemecahan satu aspek menjadi beberapa aspek sesuai kebutuhan penelitian. Menurut Riggio 2008 pengembangan skala kepuasan kerja dengan pendekatan facet wajar dilakukan karena latar belakang, tujuan, kebutuhan dan relevansi di setiap penelitian berbeda-beda. Dalam penelitian ini, peneliti tidak menggunakan aspek upah reward dalam penelitian ini dengan tujuan menghindari overlap atau tumpang tindih antara skala sikap terhadap pemberian kompensasi finansial dan skala kepuasan kerja.

3. Dampak Kepuasan Kerja

Menurut Waluyo 2013 terdapat beberapa dampak dari kepuasan kerja, antara lain: a. Produktivitas Produktivitas merupakan salah satu dampak yang paling dominan dari kepuasan kerja. Waluyo mencatat kepuasan kerja yang tinggi mampu meningkatkan produktivitas jika tenaga kerja mempersepsikan bahwa ganjaran atau reward yang diterima dari pekerjaannya dirasa adil dan wajar serta diasosiasikan dengan unjuk kerja yang unggul b. Ketidakhadiran dan Keluar Tenaga Kerja turnover Ketidakhadiran dan berhenti bekerja merupakan jenis jawaban- jawaban yang secara kualitatif berbeda. Namun ketidakhadiran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI