Pengeluaran Status Kepemilikan Rumah

Selanjutnya untuk menambah penghasilan keluarga, istri dan anak nelayan ikut bekerja seperti anak laki-laki umumnya mereka melakukan pekerjaan tarik pukat yang ada di Desa Padang Panjang. Sedangkan istri dan anak perempuan nelayan mereka bekerja mengumpulkan potongan kayu yang terdampar di sepanjang pantai yang nantinya akan dijual kepada orang yang memerlukan kayu itu. Selain dari mengumpulkan kayu bakar, istri dan anak perempuan nelayan juga menjemur ikan dari hasil kerja anak laki-laki untuk dijadikan ikan asin. Khusus bagi anak perempuan juga ada yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Sekretaris Desa Padang Panjang sebagai berikut: “Untuk menambah pendapatan keluarga, khususnya bagi anak nelayan yang laki-laki mereka bekerja membantu menarik pukat yang ada di desa ini. Di mana dari hasil kerja tersebut mereka memperoleh gaji Rp. 5.000.- per sekali pukat dilabuhkan, ditambah dengan satu kantong plastik asoi ikan. Dalam satu hari pukat berlabuh bisa dua kali. Sedangkan bagi istri dan anak perempuan nelayan mereka bekerja mengumpulkan potongan kayu yang terdampar di pantai yang dapat dijual Rp. 5000.- sd Rp. 10.000.- per ikat, di samping itu mereka juga menjemur ikan dari hasil kerja anak laki-laki untuk dijadikan ikan asin. Dan anak perempuan ada juga yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga”. Pernyataan Sekretaris Desa di atas, menggambarkan bahwa selain pendapatan yang diterima oleh nelayan tradisional dari hasil kerja menangkap ikan di laut, ada pendapatan tambahan yang diperoleh dari hasil kerja istri dan anak nelayan. Sehingga mereka tetap bisa bertahan hidup meskipun masih dalam batas kemiskinan.

4.2.5. Pengeluaran

Pada bagian ini akan diuraikan pengeluaran nelayan tradisional di Desa Padang Panjang, berdasarkan jenis-jenis barang dan jasa yang dikonsumsi oleh nelayan dalam jangka waktu satu bulan. Adapun besarnya pengeluaran rata-rata nelayan per bulan menurut jenis konsumsi barang dan jasa adalah sebagaimana disebutkan pada Tabel 4.9 berikut ini: Tabel 4.9 : Jumlah Rata-rata Pengeluaran Nelayan Tradisional Per Bulan Menurut Jenis Konsumsi Barang dan Jasa Jenis Pengeluaran Jumlah Rp Persentase Kebutuhan pokok pangan 400.000.- 50,7 Kebutuhan pakaian sandang 50.000.- 6,3 Pendidikan anak 30.000.- 3,8 Listrik 20.000.- 2,5 Transportasi 50.000.- 6,3 Biaya rokok 78.000.- 9,8 Biaya hiburan Warung Kopi 60.000.- 7,6 Biaya kegiatan adat-istiadat dan syukuran 100.000.- 12,6 Jumlah 788.000.- 100 Sumber: Data Primer Tahun 2009 Tabel 4.9 menjelaskan bahwa pengeluaran terbesar nelayan tradisional adalah untuk konsumsi kebutuhan pokok pangan, yakni 50,7 persen dari jumlah pengeluaran, selanjutnya 12,6 persen untuk biaya kegiatan adat-istiadat, 9,8 persen untuk biaya rokok, 7,6 persen biaya hiburanmakan minum di warung kopi, 6,3 persen kebutuhan pakaian sandang, 6,3 persen biaya transportasi, 3,8 persen biaya pendidikan anak, dan 2,5 persen biaya listrik. Dari berbagai jenis pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa sebagaimana diuraikan dalam Tabel 4.9, menggambarkan bahwa nelayan tradisional di Desa Padang Panjang umumnya bersifat konsumtif. Karena ada 3 tiga jenis pengeluaran yang dibelanjakan untuk konsumsi barang dan jasa yang tidak termasuk ke dalam kelompok kebutuhan dasar, namun jumlah pengeluarannya besar, yakni biaya kegiatan adat-istiadat, biaya rokok dan biaya hiburan. Semestinya biaya untuk konsumsi seperti itu layak dibelanjakan bila pendapatan nelayan telah melebihi garis kemiskinan. Artinya jika pendapatan nelayan telah mampu mencukupi kebutuhan konsumsi minimum seperti pangan, sandang dan papan.

4.2.6. Status Kepemilikan Rumah

Sebagaimana kita ketahui rumah adalah kebutuhan bagi keluarga sebagai tempat untuk berteduh dari hujan dan panas. Dengan kata lain rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dimiliki oleh sebuah keluarga, karena bila tidak keluarga tersebut dapat digolongkan sebagai keluarga miskin. Kaitannya dengan kepemilikan rumah berdasarkan hasil penelitian terhadap 51 responden, diketahui bahwa pada umumnya rumah yang ditempati oleh nelayan tradisional berstatus milik pribadi. Adapun datanya dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut ini: Tabel 4.10 : Status Kepemilikan Rumah Nelayan Tradisional di Desa Padang Panjang No. Status Kepemilikan Rumah Jumlah Persentase 1. Milik pribadi 22 43,0 2. Warisan orang tua 19 37,0 3. Menyewa - 0,0 4. Menumpang pada keluarga 10 20,0 Jumlah 51 100,0 Sumber: Data Primer Tahun 2009 Tabel 4.10 menjelaskan bahwa 43 persen responden memiliki rumah dengan status milik pribadi, 37 persen responden warisan dari orang tua dan 20 persen responden belum memiliki rumah, dengan kata lain mereka masih menumpang pada rumah keluarga. Di mana umumnya mereka yang menumpang di rumah keluarga ini adalah pasangan muda yang baru berumah tangga. Memiliki rumah dengan status milik pribadi pada sebuah keluarga, belum bisa dikatakan keluarga itu telah bebas dari status keluarga miskin, karena kondisi rumah juga sangat menentukan miskin tidaknya sebuah keluarga seperti ukuran rumah, bahan dinding, bahan lantai dan fasilitas buang air besar. Menurut Badan Pusat Statistik BPS menyebutkan ciri-ciri masyarakat miskin adalah: 1 luas lantai tempat tinggal kurang dari 8 m 2 per orang; 2 jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanahbambukayu murahan; 3 jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu rumbiakayu berkualitas rendahtembok belum diplaster; 4 tidak memiliki fasilitas buang air besarbersama-sama dengan rumah tangga lain. Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan terhadap kondisi rumah responden, diketahui bahwa umumnya luas lantai rumah responden rata-rata berukuran 4 m x 8 m = 32 m 2 , bahkan ada yang berukuran 2 m x 4 m = 8 m 2 . Ukuran ini menunjukkan rumah responden tergolong sebagai rumah miskin karena luasnya bila dibagikan dengan jumlah keluarga yang rata-rata 5 orang, diperoleh luas lantai rumah per anggota keluarga hanya 6,4 m 2 pedoman Tabel 7, yang menjelaskan 82 persen responden mempunyai tanggungan keluarga 3 orang = 4 orang. Artinya 1 orang penanggung ditambah 4 orang tertanggung = 5 orang anggota keluarga. Selanjutnya lantai rumah sebahagiannya terbuat dari semen kasar, namun sebahagiannya lagi masih dari tanah, begitu juga dengan dinding rumah yang terbuat dari bahan kayu murahan. Sedangkan fasilitas tempat buang air besar, mereka masih melakukannya di alam terbuka bersama-sama dengan keluarga lainnya.

4.3. Faktor-Faktor Kemiskinan Nelayan Tradisional