Lebih lanjut Masyuri menjelaskan pola pemilikan kelompok dan pola pemilikan individu terhadap sarana penangkapan ikan mempunyai pengaruh besar
pada pendapatan nelayan. Pola pemilikan individu terhadap sarana produksi tersebut secara singkat dapat dikatakan dapat mendorong terjadinya ketimpangan pendapatan
di antara nelayan. Pemilikan kelompok lebih mendorong terjadinya pemerataan pendapatan. Ketimpangan pembagian pendapatan ataupun pemerataan pendapatan
pada prinsipnya berpangkal pada sistem bagi hasil yang mentradisi di kalangan nelayan.
2.4. Strategi Pengentasan Kemiskinan
Berbagai program, proyek dan kegiatan telah dilakukan untuk mengentaskan nelayan dari kemiskinan. Namun ternyata jumlah nelayan kecil tetap bertambah.
Karena itu meskipun banyak upaya yang dilakukan, umunya upaya-upaya tersebut bisa dikatakan belum memperoleh hasil yang memuaskan.
Bengen 2001: 38 mengatakan ada lima pendekatan pemberdayaan masyarakat pesisir yang dapat dilakukan dalam rangka pengentasan kemiskinan
masyarakat pesisir. Adapun kelima pendekatan tersebut adalah: 1 penciptaan lapangan kerja alternatif sebagai sumber pendapatan lain bagi
keluarga, 2 mendekatkan masyarakat dengan sumber modal dengan penekanan pada penciptaan mekanisme mendanai diri sendiri self financing
mechanism, 3 mendekatkan masyarakat dengan sumber teknologi baru yang lebih berhasil dan berdaya guna, 4 mendekatkan masyarakat dengan pasar,
serta 5 membangun solidaritas serta aksi kolektif di tengah masyarakat.
Selanjutnya Bengen menjelaskan masing-masing pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
Penciptaan lapangan kerja alternatif sebagai sumber pendapatan lain bagi nelayan dilaksanakan untuk mengalihkan profesi nelayan atau sebagai tambahan
pendapatan. Dengan kata lain, program diversifikasi pendapatan nelayan tidak hanya diarahkan untuk nelayan, tetapi juga bagi keluarga nelayan seperti istri atau
perempuan nelayan yang memang besar potensinya. Pengembangan pekerjaan alternatif bukan hanya dalam bidang perikanan, seperti pengolahan, pemasaran, atau
budidaya ikan, akan tetapi juga diarahkan ke kegiatan non-perikanan. Pengembangan akses modal sangat penting karena pada dasarnya saat ini
nelayan sangat sulit untuk memperoleh modal. Sifat bisnis perikanan yang musiman, ketidakpastian serta risiko tinggi sering menjadi alasan keengganan bank
menyediakan modal bagi bisnis ini. Sifat bisnis perikanan seperti ini yang disertai dengan status nelayan yang umumnya rendah dan tidak mampu secara ekonomi
membuat mereka sulit untuk memahami syarat-syarat perbankan yang selayaknya diberlakukan seperti adanya jaminan. Dengan memperhatikan kesulitan yang
dihadapi oleh nelayan akan modal, maka salah satu alternatif adalah mengembangkan mekanisme pendanaan diri sendiri self-financing mechenism. Bentuk sistem ini
adalah pengembangan lembaga keuangan mikro dan nantinya makro yang dikhususkan dalam bidang usaha pesisir utamanya bidang usaha perikanan.
Pengembangan mekanisme pendanaan oleh diri sendiri yang dikenal dengan nama Lembaga Mikro Mitra Mina M3.
Teknologi yang digunakan oleh nelayan pada umumnya masih bersifat tradisional. Karena itu maka produktivitas rendah dan akhirnya pendapatan rendah.
Upaya peningkatan pendapatan dilakukan melalui perbaikan teknologi, mulai dari teknologi produksi hingga pasca produksi dan pemasaran.
Untuk mengembangkan pasar bagi produk-produk yang dihasilkan oleh nelayan, maka upaya yang dilakukan adalah pendekatan masyarakat dengan
perusahaan-perusahaan besar seperti eksportir komoditas perikanan. Keuntungan dari hubungan ini adalah nelayan mendapatkan jaminan pasar dan harga, pembinaan
terhadap kualitas barang serta sering nelayan mendapat bantuan modal untuk pengembangan usaha.
Pengembangan aksi kolektif sama artinya dengan pengembangan koperasi atau kelompok usaha bersama. Aksi kolektif dilakukan untuk membuka kesempatan
kepada nelayan membentuk kelompok-kelompok yang diinginkan tidak semata-mata koperasi atau kelompok bersama. Aksi kolektif merupakan aksi bersama yang
bermuara pada kesejahteraan setiap anggota secara individu. Selanjutnya Situmorang 2008: 23 upaya pengentasan kemiskinan nelayan
kecil gurem yang dilakukan di pesisir pantai Barat dan Timur Sumatera Utara adalah sebagai berikut:
Meningkatkan aksesibilitas nelayan pada sumber-sumber kekayaan sosial, ekonomi dan budaya. Secara sosial, beban kemiskinan yang mereka hadapi
akan dapat diatasi dengan cara menyediakan untuk mereka bantuan sosial. Secara ekonomi, beban mereka akan juga dapat diatasi melalui dukungan
modal. Secara budaya, beban mereka akan dapat mereka atasi sendiri dengan cara membangkitkan etos kerja dan kemampuan bekerja melalui peningkatan
keterampilan kerja mereka. Pendekatan sosial, ekonomi atau budaya semata
untuk memberdayakan nelayan kecil gurem hanya akan berdampak sekejap atau jangka pendek. Pemberdayaan nelayan mengandung makna penyelesaian
masalah kemiskinan multi dimensi sosial, ekonomi dan budaya. Oleh karena itu pendekatan pemecahan masalah adalah bersifat multi dimensi dan
komprehensif.
Pendekatan-pendekatan di atas, dapat dilaksanakan dengan memperhatikan secara sungguh-sungguh aspirasi, keinginan, kebutuhan, pendapatan, dan potensi
sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat nelayan.
2.5. Penelitian Sebelumnya