79
sekuritas syariah. Mereka juga harus memahami pembiayaan syariah, pegadaian syariah, dana pensiun lembaga keuangan syaraiah, dan bisnis
syariah. Ketiga, para hakim agama juga perlu meningkatkan wawasan hukum tentang prediksi terjadinya sengketa dalam akad yang berbasis ekonomi
syariah. Selain itu, perlu pula peningkatan wawasan dasar hukum dalam peraturan dan perundang-undangan, juga konsepsi dalam fiqh Islam.
7
Sejauh ini terdapat alokasi pendidikan yang difasilitasi lembaga terkait, yaitu dalam bentuk pelatihan atau seminar. Hal ini, dikarenakan
padatnya waktu hakim agama jika mengikuti pendidikan di bangku kuliah lagi. Sehingga menjadi kurang optimal dalam penguasaan materi mengenai
bank syariah. Untuk itu Perlu dikembangkan sejak dini penggabungan pendidikan
ilmu duniawi dan ilmu agama dan ini harus dilanjutkan ke tingkat berikutnya bahkan sampai tingkat perguruan tinggi. Sehingga dikotomi pengetahuan
agama dan pengetahuan dunia lama-kelamaan akan menipis. Ini bukan tugas perbankan syariah semata, tapi tugas umat Islam secara umum.
7
Muhaemin.”Kesiapan Pengadilan Agama Tangani Sengketa Ekonomi Syari’ah”, dalam Republika On Line, diakses tgl 15 November 2011..
80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini tentang sikap dan perilaku hakim terhadap perbankan syariah. Subjek penelitian adalah hakim Pengadilan Agama di lingkungan
kompetensi relatif Pengadilan Tinggi Agama Bandar Lampung. Sampel berjumlah 109 responden. Data dikumpulkan melalui survei dan dianalisis dengan
menggunakan statistik deskriptif, karena studi ini tidak bermaksud untuk menguji hipotesis. Variabel sikap terdiri atas lima faktor. Hasil uji relibilitas indikator
variabel sikap dengan 30 sampel seperti disajikan pada Bab III. Sementara korelasi r untuk uji validitas setiap indikator untuk masing-masing faktor
berkisar minimal .353 sampai .646. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis sajikan pada Bab IV ada
beberapa kesimpulan yang dapat dirumuskan di Bab akhir skripsi ini. 1. Secara keseluruhan, sikap hakim terhadap perbankan syariah masih tergolong
positif, ke arah mendukung. Namun, tingkat dukungan sikap bervariasi menurut variasi faktor. Dukungan paling tinggi tampak pada faktor
Pemanfaatan perbankan syariah untuk suatu kelompok
dan
Penggunaan Perbankan Syariah untuk pengelolaan keuangan pribadi
, sedang dukungan terendah pada faktor
Mekanisme dan sistem operasional bank syariah Perbankan Syariah
.
81
Dengan kata lain, ketika faktor sikap menyangkut lingkup kepentingan pribadi dalam kaitannya dengan perbankan syariah, dukungan hakim
cenderung positif. Sebaliknya, sikap dukungan hakim cenderung rendah terhadap faktor-faktor yang terkait dengan isu-isu umum seperti menyangkut
keyakinan bahwa perbankan syariah adalah suatu sistem terbaik untuk menyelesaikan problem umat.
2. Perilaku hakim terhadap perbankan syariah, lebih terfokus berada pada posisi kurang positif, yaitu dominan berada pada level tidak mendukung 37.6,
dan agak mendukung 59.6. Hanya 2.8 responden yang dengan tegas mendukung perbankan syariah. Ini menandakan bahwa perilaku atau
kecenderungan bertindak hakim terhadap perbankan syariah masih sangat rendah. Ironisnya, perilaku ini berbanding terbalik dengan sikap mereka
terhadap perbankan syariah yang sangat positif terhadap perbankan syariah. 3. Hakim, secara detail, belum terlalu percaya terhadap kebijkan jika perbankan
syariah itu difungsionalisasikan sebagai suatu sistem universal dan tunggal untuk mengatasi problem ekonomi umat. Sikap dan perilaku positif terhada
perbankan syariah hanya lebih nampak pada aspek-aspek perbankan syariah yang terkait dengan urusan pribadi dan kelompok hakim. Jadi sikap dan
perilaku itu masih sebatas apresiasi di tingkat pribadi, tetapi belum mempercayai perbankan syariah itu sebuah sebagai sebuah sistem untuk
mengatasi problem ekonomi umat. Artinya, dapat dikatakan bahwa hakim
82
masih ragu terhadap keberadaan perbankan syariah sebagai media untuk meyelesaikan ekonomi umat.
4. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa tidak ada faktor latar belakang responden yang berkorelasi secara signifikan dengan sikap hakim terhadap
perbankan syariah. Faktor-faktor latar belakang yang dianalisis pada uji chi- square ini adalah 1 latar belakang pendidikan tinggi, 2 pengalaman
mengikuti pendidikankursus di bidang ekonomi Syariah, 3 pengalaman keluarga yang bekerja di bidang ekonomi syariah, 4 pengalaman memiliki
usahabisnis di bidang ekonomi syariah, 5 pengalaman menjadi nasabah bank syariah, dan 6 pengalaman menggunakan layanan pembiayaan.
5. Sedang variabel perilaku hakim terhadap perbankan syariah berhubungan erat dan signifikan dengan faktor latar belakang yaitu, 1 pengalaman mengikuti
pendidikankursus bidang ekonomi syariah. Mereka yang berpengalaman di kedua faktor tersebut cenderung memperlihatkan sikap dan perilaku yang
lebih positif terhadap perbankan syariah. Ringkasnya, dukungan hakim terhadap perbankan syariah masih sebatas
sikap normatif, dan belum diturunkan secara praksis ke dalam perilaku sehari- hari. Hakim, betul, telah memiliki sikap yang positif terhadap perbankan syariah,
tetapi sikap tersebut tidak dibarengi dengan perilaku yang positif. Bahkan kalaupun dukungan di level perilaku ada, dukungan tersebut masih terfokus pada
isu-isu yang lebih menyentuh isu-isu pribadi dan komunal responden hakim. Sikap dan perilaku hakim masih lemah pada isu-isu yang bersifat umum.