2.1.4. Fungsi dan Manfaat Budaya Organisasi
Budaya organisasi memiliki beberapa fungsi dalam organisasi yaitu 1 memberi batasan untuk mendefinisikan peran, sehingga memperlihatkan perbedaan
yang jelas antar organisasi; 2 memberikan pengertian identitas terhadap anggota organisasi; 3 memudahkan munculnya komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar
dibanding minat anggota organisasi secara perorangan; 4 menunjukkan stabilitas sistem sosial; 5 memberikan pengertian dan mekanisme pengendalian yang dapat
dijadikan pedoman untuk membentuk sikap serta perilaku para anggota organisasi; 6 membantu para anggota organisasi mengatasi ketidakpastian, karena pada
akhirnya budaya organisasi berperan untuk membentuk pola pikir dan perilaku anggota organisasi Robbins, 2002.
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh kedua belah pihak, baik organisasi maupun para anggotanya, manakala suatu organisasi menerapkan budaya
organisasi, dalam pengertian memberi perhatian pada sistem nilai yang dianut organisasi. Manfaat tersebut adalah: yaitu 1 Sebagai sarana untuk mengendalikan
diri masing-masing anggota organisasi 2 Perekat anggota organisasi untuk membangun kepentingan organisasi dan kepentingan bersama 3 Perekat solidaritas
antara anggota organisasi untuk hidup saling menghargai dan saling mendukung Robbins, 2002.
Memperhatikan fungsi dan manfaat tersebut di atas, maka budaya dalam suatu organisasi sangat penting. Oleh karena itu budaya senantiasa dipelihara dan
Universitas Sumatera Utara
dikembangkan karena disadari budaya merupakan alat tool dalam setiap melaksanakan kegiatan-kegiatan organisasi serta menjadi stimulasi untuk
meningkatkan produktivitas organisasi. Meski demikian, budaya organisasi dapat menjadi bumerang karena apabila
budaya tersebut tidak tepat maka organisasi akan dibawa ke arah yang salah dan pada akhirnya menjerumuskan organisasi. Hal ini disebabkan budaya organisasi yang kuat
menciptakan kekakuan budaya culture rigidity. Saking kakunya, arah yang salah tadi tak dapat lagi diubah. Untuk menghindari kekakuan tersebut, Kotter dan Heskett
menyarankan agar organisasi mengembangkan budaya dengan fokus tak sekadar pada nilai dan norma yang menjadi tradisi melainkan juga pada dinamika tuntutan
pemangku kepentingan stakeholders – terutama pelanggan, pemegang saham dan pegawai – agar budaya organisasi menjadi adaptif dan fleksibel serta tidak kaku
dalam mengikuti keadaan. Dari sisi kinerja, Kotter dan Heskett dalam Djokosantoso 2007:78
mendapati bahwa perusahaan berbudaya kuat namun adaptif antara lain Hewlett Packard, Shell dan Pepsi Co memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan
perusahaan-perusahaan berbudaya kuat tetapi kurang adaptif seperti Citicorp, Goodyear, dan Procter Gamble.
2.1.5. Karakteristik Budaya Organisasi