Proses Terbentuknya Budaya Organisasi

Luthans 2003:15 menyatakan bahwa ; “budaya organisasi merupakam norma-norma dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku organisasi”. Agar dapat diterima oleh lingkungannya, maka setiap anggota organisasi akan berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku pada organisasi tersebut. Jadi budaya organisasi berhubungan dengan lingkungan yang merupakan gabungan dari asumsi, perilaku, cerita, ide dan pemahaman penting untuk menentukan bagaimana seharusnya bekerja dalam suatu organisasi. Muijen 1997:23 menyatakan bahwa : ”budaya perusahaan dapat digambarkan sebagai kumpulan dari nilai, norma, ungkapan, dan perilaku yang ikut menentukan bagimana orang-orang dalam perusahaan saling berhubungan.” Hofstede 1994:98 mengemukakan : “ bahwa pada tingkat organisasi, budaya merupakan serangkaian asumsi, keyakinan, dan nilai-nilai dan persepsi dari anggota organisasi yang mempengaruhi dan membentuk sikap dan perilaku kelompok yang bersangkutan”.

2.1.2. Proses Terbentuknya Budaya Organisasi

Budaya bisa dilihat sebagai “fenomena” yang mengelilingi kehidupan orang banyak dari hari ke hari, bisa direkayasa dan dibentuk. Jika budaya dikecilkan ruang lingkupnya ke tingkat organisasi atau bahkan ke kelompok yang lebih kecil, akan dapat terlihat bagaimana budaya terbentuk, ditanamkan, berkembang, dan akhirnya direkayasa, diatur dan diubah. Universitas Sumatera Utara Budaya diturunkan dari filsafat pendirinya. Selanjutnya budaya itu akan mempengaruhi kriteria yang digunakan dalam mempekerjakan pegawai. Tindakan dari manajemen puncak menentukan iklim umum dari perilaku yang dapat diterima baik dan yang tidak. Bagaimana bisa disosialisasikan akan tergantung pada tingkat sukses yang dicapai dalam mencocokkan nilai-nilai pegawai baru dengan nilai-nilai organisasi. Perusahaan-perusahaan dari mancanegara seperti Citicorp, General Electric, Nokia, Toyota, Samsung, Temasek Holdings, Petronas dan lain-lain yang sekarang menguasai pasar diakui sangat kuat dalam menerapkan budaya perusahaan. Berbasis pengalaman ini dan aneka tuntutan tersebut maka kesadaran bagi perusahaan untuk memperkuat budayanya menjadi tak terbantahkan. Agung 2007:52 merinci ada tiga macam proses terbentuknya budaya perusahaan. Proses pertama adalah budaya memang diciptakan oleh pendirinya. Contohnya Walt Disney dengan Disneyland dan Disney Corporation, Akio Morita bersama Sony, Soedarpo Sastrosatomo melalui Universitas Sumatera Utara Samudera Indonesia, dan Boenyamin Setiawan lewat Kalbe Group. Proses kedua, budaya terbentuk sebagai upaya menjawab tantangan dan peluang dari lingkungan internal dan eksternalnya. Perusahaan yang mempraktikkan cara ini adalah Coca Cola, Astra International, Bank BNI, dan Indosat. Proses ketiga adalah budaya diciptakan oleh tim manajemen sebagai cara untuk meningkatkan kinerja perusahaan secara sistematis. Contoh paling populer adalah ketika Jack Welch didaulat menjadi CEO General Electric kemudian bersama tim manajemen menyusun budaya perusahaan yang baru. Perusahaan lokal yang mempraktikkan cara ini adalah Bank NISP, Adira Finance dan Wijaya Karya. Kotter dan Heskett dalam Soetjipto 2007:74 berdasarkan penelitian yang dilakukan selama sebelas tahun menghasilkan kesimpulan bahwa budaya sangat mempengaruhi kinerja jangka panjang organisasi perusahaan, yakni menghasilkan peningkatan pendapatan dan pendapatan bersih yang jauh lebih besar 682 versus 166 dan 756 versus 1. Semakin kuat strong budaya, semakin besar pengaruhnya. Kekuatan budaya organisasi dapat dilihat dari tiga faktor berikut ini : 1. Stabilitas. Budaya organisasi yang kuat mampu membuat organisasi tak terombang-ambing keadaan, baik internal maupun eksternal, karena budaya yang kuat mampu memberikan identitas pada orang-orang di dalam organisasi. 2. Kedalaman. Budaya organisasi yang kuat mampu menjelma menjadi nilai yang dianut oleh para individu di dalam organisasi. Nilai ini secara tidak disadari mengatur perilaku kerja mereka. Universitas Sumatera Utara 3. Cakupan. Budaya organisasi yang kuat mampu menjangkau sebanyak mungkin individu dan aspek pekerjaan. Semakin banyak individu menganut budaya dimaksud dan semakin banyak aspek pekerjaan yang mengacu padanya, semakin kuat budaya tersebut.

2.1.3. Tingkatan Budaya Organisasi