II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Puyuh
Puyuh termasuk dalam klasifikasi bangsa burung. Ciri-ciri umumnya adalah tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek, dapat
diadu, dan bersifat kanibal. Coturnix coturnix japonica merupakan salah satu jenis puyuh yang lazim diternakkan Listiyowati dan Roospitasari 1995. Jenis ini
termasuk famili Phasianidae dan ordo Galliformes. Bila dibandingkan dengan jenis yang lain, coturnix dapat menghasilkan telur sebanyak 250-300 butir per
ekor selama setahun. Puyuh betina mulai bertelur pada umur 35 hari. Puncak produksinya
terjadi pada umur lima bulan dengan persentase bertelur rata-rata 76 kali. Di atas umur 14 bulan, produktivitasnya akan menurun dengan persentase bertelur kurang
dari 50 kali. Kemudian sama sekali berhenti bertelur saat berumur 2,5 tahun atau 30 bulan. Telurnya berwarna cokelat tua, biru, putih dengan bintik-bintik hitam,
cokelat, dan biru. Burung puyuh yang diternakkan di Indonesia termasuk ke dalam jenis ini Coturnix coturnix japonica.
2.2 Faktor Produksi
Faktor produksi merupakan barang atau jasa untuk mempermudah suatu proses produksi dan turut menentukan keberhasilan suatu usaha. Produksi yang
tinggi dapat tercapai bila semua faktor produksi tersedia dalam jumlah yang cukup dan bermutu baik dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan produksinya Bruce dan Tailor, 1994. Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usaha peternakan puyuh adalah bibit puyuh, pakan, tenaga kerja,
kandang, obat-obatan, vaksin, dan bahan penunjang.
2.2.1 Kandang
Faktor produksi kandang terkait dengan lokasi peternakan. Menurut Rahardi et al. 1995, pemilihan lokasi peternakan sebaiknya didasarkan atas hal-
hal berikut: 1 Kondisi sosial dari masyarakat setempat dengan tidak bertentangan dengan
ketertiban dan kepentingan umum.
10 2 Tidak terletak di pusat kota, berjarak sekurang-kurangnya 250 meter dari
pemukiman penduduk dan berjarak tidak kurang dari 250 meter dengan lokasi peternakan lain.
3 Lokasi peternakan hendaknya lebih tinggi dari daerah sekitarnya, dekat dengan sumber air, dan mudah dijangkau.
Adapun fungsi kandang adalah untuk melindungi ternak dari pengaruh lingkungan yang kurang menguntungkan seperti angin dan sengatan sinar
matahari serta mempermudah penanganan ternak yang dilakukan. Selain itu, pembuatan kandang perlu memperhatikan jenis ternak, teknik dan konstruksi,
serta bahan yang sederhana dan murah. Kepadatan kandang juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi sifat kanibal saling patuk, tidak meratanya
konsumsi pakan dan kegerahan pada ternak.
2.2.2 Pakan
Pakan adalah faktor yang sangat penting untuk keberhasilan beternak puyuh. Pakan merupakan faktor produksi yang menuntut biaya paling besar, yaitu
sekitar 60-80 dari biaya produksi Rahardi et al. 1995. Pakan yang dapat diberikan pada puyuh dapat terdiri dari beberapa bentuk, yaitu pellet, remah-
remah, dan tepung. Peternak dapat membuat sendiri pakan untuk puyuh. Komposisi pakan tersebut adalah jagung kuning, tepung ikan teri tawar, bungkil
kelapa, bungkil kedelai, dedak halus, kulit kerang, dan vitamin mix. Pemberian pakan berdasarkan umur puyuh perlu diperhatikan. Pada umur 0-5 minggu puyuh
perlu diberi pakan yang kaya protein. Selain pakan utama berupa konsentrat tepung komplit, puyuh perlu diberi pakan tambahan berupa dedaunan segar.
2.2.3 Bibit
Data dan informasi tentang ternak secara lengkap sangat diperlukan untuk dapat memilih bibit ternak dengan baik Rahardi et al. 1995. Informasi tersebut
dapat dilihat pada catatan pemeliharaan ternak recording. Bibit puyuh atau bisa disebut Day Old Quail DOQ memegang peranan penting untuk menghasilkan
puyuh dengan produksi telur tinggi. Peternak puyuh skala besar biasanya mengusahakan bibit sendiri. Ketersediaan bibit harus diperhatikan untuk
menjamin kelangsungan produksi. Pada saat memulai usaha peternakan burung
11 puyuh, langkah pertama yang harus dilakukan adalah seleksi burung puyuh yang
baik untuk bibit misalnya menyeleksi asal daerah puyuh-puyuh induk. Asal daerah sebaiknya tidak sama.
2.2.4 Obat-obatan, vaksin, dan vitamin