Metode Pengumpulan Data Keterbatasan Penelitian Sejarah dan Perkembangan Usaha

28

4.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April-Mei 2009. Metode pengumpulan data primer yaitu melakukan wawancara dengan pimpinan perusahaan dan karyawan PPBT, pedagang telur puyuh, peternak mitra PPBT, dan pihak terkait lainnya. Selain itu, pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan dan keterlibatan langsung pada semua proses produksi di perusahaan. Data sekunder dikumpulkan dengan cara studi literatur dari berbagai sumber yang terkait dengan penelitian.

4.4 Metode Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif mengenai gambaran dan kondisi umum perusahaan dijabarkan secara deskriptif. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan mengelompokkan data yang diperoleh secara manual berdasarkan aktivitas-aktivitas untuk kemudian diproses menggunakan program Microsoft Excel. Hasilnya digunakan untuk menyusun fungsi tujuan dan fungsi kendala. Pengolahan data berikutnya adalah menggunakan software LINDO Linear Interactive and Discrete Optimizer. Pengolahan LINDO akan menghasilkan kombinasi output optimal yang akan menghasilkan keuntungan maksimal. Analisis data yang akan dilakukan dari hasil olahan LINDO meliputi analisis primal, analisis status sumberdaya dual, analisis sensitivitas, dan analisis post optimal.

4.4.1 Analisis Primal

Menurut Mulyono 1991, optimalisasi dengan Linear Programming terdiri dari dua bentuk. Bentuk pertama dinamakan primal, sedangkan bentuk kedua dinamakan dual. Analisis primal bertujuan untuk mengetahui kombinasi produk terbaik yang dapat memaksimumkan keuntungan dengan sumberdaya yang terbatas. Analisis primal akan memberikan informasi mengenai aktivitas mana yang tidak termasuk dalam skema optimal atau memiliki nilai reduced cost. Hasilnya akan dibandingkan dengan kombinasi produk aktual yang dihasilkan perusahaan untuk mengetahui apakah perusahaan telah berproduksi optimal atau belum. 29

4.4.2 Analisis Dual

Masalah dual adalah sebuah masalah LP yang diturunkan secara matematis dari satu model LP primal. Masalah dual dan primal sangat berkaitan erat sedemikian rupa sehingga pemecahan optimal dari salah satu masalah akan secara otomatis menghasilkan pemecahan optimum untuk masalah lainnya Taha 1996. Analisis dual dilakukan untuk mengetahui sumberdaya yang membatasi nilai fungsi tujuan dan sumberdaya yang berlebih. Penilaian terhadap sumberdaya ini dilihat dari nilai slack atau surplus dan nilai dualnya. Nilai dual atau harga bayangan shadow price menunjukkan perubahan yang akan terjadi pada fungsi tujuan apabila sumberdaya berubah sebesar satu satuan. Jika nilai slack atau surplus lebih dari nol dan nilai dual sama dengan nol maka sumber daya tersebut berlebih. Sumberdaya berlebih termasuk dalam kendala tidak aktif yaitu kendala yang tidak habis terpakai dalam proses produksi serta tidak mempengaruhi fungsi tujuan jika terjadi penambahan sebesar satu satuan ketersediaan sumberdaya. Sumberdaya dengan nilai dual lebih besar dari nol menunjukkan bahwa sumberdaya bersifat langka dan termasuk dalam jenis kendala yang membatasi nilai fungsi tujuan.

4.4.3 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan setelah solusi optimal tercapai untuk mengetahui sejauh mana perubahan pada tingkat keuntungan dan ketersediaan sumber daya tidak akan mengubah solusi optimal. Menurut Taha 1996, tujuan analisis ini adalah memperoleh informasi mengenai pemecahan nilai optimum yang baru dan memungkinkan sesuai dengan parameter perhitungan tambahan yang minimal. Perubahan tersebut meliputi perubahan pada koefisien fungsi tujuan dan ketersediaan sumber daya. Pengaruh perubahan dilihat dari selang kepekaan minimum allowable decrease dan kepekaan maksimum allowable increase. Semakin sempit selang menunjukkan pengaruh yang kuat dalam perubahan tingkat keuntungan. Batas minimum merupakan batas penurunan nilai parameter yang diijinkan agar tidak mengubah kondisi optimal. Sedangkan batas maksimum menunjukkan batas kenaikan nilai parameter yang diijinkan agar kondisi optimal tidak berubah. 30

4.4.4 Analisis Post Optimal

Analisis postoptimal atau analisis pasca optimal merupakan suatu usaha untuk mempelajari nilai-nilai dari peubah-peubah pengambilan keputusan dalam suatu model matematika jika satu, beberapa, atau semua parameter model tersebut berubah. Dalam suatu persoalan LP analisis postoptimal menyangkut analisis terhadap nilai-nilai peubah pengambilan keputusan sebagai dampak perubahan dalam koefisien fungsi tujuan, koefisien teknologi, nilai sebelah kanan model, adanya fungsi kendala baru maupun tambahan peubah pengambilan keputusan Nasendi Anwar 1985 . Analisis post optimal dilakukan jika solusi optimal versi awal yang sudah diperoleh tidak dapat menjawab perubahan-perubahan yang terjadi akibat adanya perubahan yang berada diluar selang sensitivitas solusi optimal awal. Analisis ini juga dilakukan jika terdapat perubahan atau pengurangan variabel keputusan, penambahan atau pengurangan fungsi kendala dan terjadinya perubahan koefisien pada setiap fungsi. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis post optimal dengan skenario kenaikan harga input pakan. Hal ini dilakukan karena pakan mempunyai proporsi terbesar dalam biaya produksi

4.5 Konsep dan Pengukuran Data

Variabel keputusan dalam penelitian ini adalah jenis puyuh yang akan diusahakan PPBT dalam satuan ekor. Variabel keputusan menunjukkan jumlah produksi optimal setiap jenis produk.

4.5.1 Penentuan Variabel Keputusan

Variabel keputusan menunjukkan jumlah puyuh setiap bulan selama satu tahun. Jenis puyuh yang diternakkan di PPBT adalah puyuh petelur dan bibit puyuh. Puyuh petelur menghasilkan keuntungan setiap bulan selama satu periode produksi, yaitu satu tahun. Sedangkan bibit puyuh menghasilkan keuntungan setiap bulan dalam satu periode produksi yang juga satu bulan. Pemilihan variabel keputusan setiap bulan selama satu tahun didasari oleh periode produksi masing-masing jenis yaitu satu bulan dan satu tahun. Hal ini bertujuan untuk melihat kombinasi jumlah bibit puyuh setiap bulan dan puyuh 31 petelur pada awal periode. Berdasarkan hal tersebut maka variabel keputusan dapat dirumuskan sebagai berikut : X11 = Jumlah puyuh petelur bulan Januari X12 = Jumlah puyuh petelur bulan Pebruari X13 = Jumlah puyuh petelur bulan Maret X14 = Jumlah puyuh petelur bulan April X15 = Jumlah puyuh petelur bulan Mei X16 = Jumlah puyuh petelur bulan Juni X17 = Jumlah puyuh petelur bulan Juli X18 = Jumlah puyuh petelur bulan Agustus X19 = Jumlah puyuh petelur bulan September X110 = Jumlah puyuh petelur bulan Oktober X111 = Jumlah puyuh petelur bulan Nopember X112 = Jumlah puyuh petelur bulan Desember X21 = Jumlah bibit puyuh bulan Januari X22 = Jumlah bibit puyuh bulan Pebruari X23 = Jumlah bibit puyuh bulan Maret X24 = Jumlah bibit puyuh bulan April X25 = Jumlah bibit puyuh bulan Mei X26 = Jumlah bibit puyuh bulan Juni X27 = Jumlah bibit puyuh bulan Juli X28 = Jumlah bibit puyuh bulan Agustus X29 = Jumlah bibit puyuh bulan September X210 = Jumlah bibit puyuh bulan Oktober X211 = Jumlah bibit puyuh bulan Nopember X212 = Jumlah bibit puyuh bulan Desember

4.5.2 Fungsi Tujuan

Optimalisasi produksi pada perusahaan bertujuan untuk memaksimumkan laba kontribusi total Z perusahaan dengan mengetahui kombinasi jumlah setiap jenis puyuh yang memberikan keuntungan maksimum. Laba kontribusi diperoleh dari selisih antara penerimaan per ekor dengan biaya per ekor setiap bulan. 32

4.5.3 Fungsi Kendala

Kendala merupakan faktor pembatas dalam pengambilan keputusan meliputi sumberdaya yang tersedia dan dimiliki PPBT. Kendala yang digunakan dalam penyelesaian optimalisasi ini meliputi kapasitas kandang, penggunaan DOQ, pakan, tenaga kerja, modal, dan permintaan maksimum. Berikut adalah kendala-kendala yang digunakan dalam program linier secara rinci : 1 Kendala kapasitas kandang layer Jumlah luas seluruh kandang grower yang dimiliki PPBT adalah 225 m 2 . Kendala kapasitas kandang dihitung berdasarkan luas kandang yang tersedia. Masing-masing jenis puyuh membutuhkan luas kandang yang sama per ekor. 2 Kendala DOQ Pemeliharaan puyuh di PPBT sangat dipengaruhi oleh DOQ yang tersedia. Koefisien kendala DOQ dihitung berdasarkan jumlah DOQ yang dibutuhkan per ekor. Nilai ruas kanan adalah ketersediaan DOQ setiap bulan. 3 Kendala pakan layer Pakan adalah komponen biaya terbesar dalam peternakan. Pakan layer yang digunakan adalah pakan buatan sendiri. Kebutuhan pakan dihitung berdasarkan jumlah pakan yang digunakan per ekor dalam satuan kilogram. Nilai ruas kanan yaitu ketersediaan pakan dihitung berdasarkan jumlah pakan yang digunakan setiap bulan. 4 Kendala tenaga kerja Tenaga kerja penting untuk diperhitungkan dalam program linear sebagai kendala. Hal ini dikarenakan tenaga kerja merupakan salah satu input produksi yang mempunyai peranan sangat besar dalam proses produksi. Koefisien kendala tenaga kerja adalah jumlah jam tenaga kerja yang dibutuhkan per ekor puyuh setiap bulan. Nilai ruas kanan adalah ketersediaan tenaga kerja setiap bulan. 5 Kendala modal Ketersediaan modal akan sangat mempengaruhi keseluruhan proses produksi. Koefisien kendala modal adalah modal yan digunakan per ekor puyuh. Nilai ruas kanan adalah ketersediaan modal perusahaan setiap bulan. 33 6 Kendala permintaan maksimum Kendala permintaan untuk jenis bibit puyuh muncul karena permintaan bibit puyuh tidak terjadi setiap bulan. Sehingga untuk menghindari produksi yang berlebihan perusahaan membatasi jumlah bibit puyuh yang akan diproduksi.

4.5.4 Formulasi Model

Formulasi model permasalahan optimalisasi usahaternak puyuh pada PPBT dapat dirumuskan sebagai berikut : Fungsi tujuan : Maksimumkan Dimana : Z = nilai fungsi tujuan Rp C jk = keuntungan aktivitas j bulan ke-k yang diterima oleh PPBT Rpekor X jk = jumlah output utama produk ke-j bulan ke-k di PPBT ekorbulan j = jenis produk 1= puyuh petelur ; 2 = bibit puyuh di PPBT k = bulan produksi di PPBT 1, 2, 3, ..., 12 Fungsi Kendala 1 Kendala kapasitas kandang dimana : a jk = luas kandang yang dibutuhkan aktivitas j bulan k m 2 ekor A = kapasitas kandang yang tersedia m 2 2 Kendala DOQ dimana : b jk = bibit yang dibutuhkan aktivitas j bulan k ekor B = jumlah bibit yang tersedia ekor 34 3 Kendala pakan layer dimana : c jk = Koefisien penggunaan pakan aktivitas j bulan k kgekor C = Ketersediaan pakan kg 4 Kendala tenaga kerja dimana: d jk = Koefisien penggunaan tenaga kerja aktivitas j bulan k jamekor D = Jumlah tenaga kerja yang digunakan PPBT jam 5 Kendala modal dimana: e jk = Koefisien modal aktivitas j bulan k Rpekor E = ketersediaan modal Rp 6 Kendala permintaan maksimum X jk ≤ Fjk dimana : Xjk = jumlah bibit puyuh Fjk = jumlah permintaan bibit puyuh

4.6. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini, beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan data adalah sebagai berikut : 1 Penelitian tidak melihat perubahan permintaan telur dan bibit puyuh setiap bulan selama satu tahun. 2 Harga jual dan harga input tidak berubah selama satu tahun. 3 Kematian puyuh diperhitungkan di awal siklus produksi. 35 4 Data mengenai keuntungan aktual selama setahun sebelumnya di Peternakan Puyuh Bintang Tiga tidak dapat diperoleh. 5 Penelitian hanya memfokuskan pada perencanaan produksi di PPBT selama setahun. 6 Analisis yang digunakan adalah model linear, sehingga semua koefisien dalam model memenuhi asumsi dasar program linear yaitu linearitas, proporsionalitas, aditivitas, divisibilitas, dan deterministik. 7 Keuntungan yang digunakan adalah keuntungan kotor, yaitu hasil dari pengurangan antara penerimaan penjualan dengan biaya produksi. V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Sejarah dan Perkembangan Usaha

Peternakan puyuh Bintang Tiga PPBT merupakan salah satu peternakan puyuh petelur di Kabupaten Bogor, yang berlokasi di Jalan KH. Abdul Hamid KM. 3 Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Peternakan ini berdiri pada bulan September 2007 dengan bentuk awal berupa CV. Pemilik awal terdiri dari tiga orang yang masing-masing menanamkan investasinya. Ketiga pendiri tersebut yaitu Bapak Wahyudiono, Bapak Prastiyo, dan Bapak Ohi Jazuli yang masing-masing menanamkan investasinya secara berurutan yaitu sebesar 55 persen, 35 persen, serta 10 persen. Ide pembentukan PPBT dicetuskan pertama kali oleh Bapak Prastiyo yang kemudian mengajak Bapak Wahyudiono untuk bekerja sama menanamkan investasinya ke bisnis puyuh tersebut. Menimbang akan prospek yang cukup menjanjikan dari peternakan puyuh di wilayah Bogor, Bapak Wahyudiono sebagai pemilik lahan tertarik terhadap rencana tersebut dan memberi dukungannya dengan turut serta dalam pendirian PPBT. Setelah Bapak Wahyudiono bersedia menjadi investor terbesar, Bapak Prastiyo mengajak Bapak Ohi Jazuli untuk bergabung. Pelaksanaan operasi PPBT sebagian besar diserahkan kepada Bapak Prastiyo karena beliau memiliki kompetensi ilmu peternakan serta mempunyai pengalaman bekerja di perusahaan puyuh sebelumnya. Posisi pak Wahyudiono serta Pak Jazuli lebih condong sebagai sekutu pasif yang sesekali datang untuk melihat perkembangan peternakan. Pada bulan September 2008, Bapak Wahyudiono menjual investasinya kepada Bapak Prastiyo karena beliau ingin fokus mengembangkan bisnis batik milik keluarganya. Alasan lainnya yaitu kekhawatiran beliau akan maraknya flu burung yang banyak menyerang peternakan unggas sehingga beliau pesimistis untuk tetap mengembangkan usaha ini. Ternyata selain di PPBT, Bapak Prastiyo juga mempunyai saham di peternakan puyuh lain yang berlokasi tepat di belakang PPBT. Saham yang beliau miliki di tempat tersebut sebesar 40 persen. Perkembangan usaha PPBT yang cukup signifikan membuat Bapak Prastiyo berencana untuk fokus pada PPBT saja. Kepemilikan saham di peternakan puyuh lain tersebut kemudian dijual kepada Bapak Ohi Jazuli. Hal ini dilakukan agar 37 pengelolaan PPBT lebih leluasa dan terpusat, tanpa mengurangi hak satu sama lain. Alasan utama pemilihan jenis usaha peternakan puyuh ini yaitu pengalaman kerja Bapak Prastiyo di peternakan puyuh Golden Quail Sukabumi selama 18 bulan. Pengalaman kerja tersebut ditunjang pula dengan basis pendidikan bidang peternakan dari Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Alasan lain yaitu tingkat permintaan telur puyuh di Kabupaten Bogor yang sangat tinggi dan didukung dengan harga jual telur puyuh yang relatif stabil. Visi PPBT adalah menjadi perusahaan peternakan puyuh yang mampu memenuhi permintaan telur puyuh terutama di wilayah Bogor untuk saat ini serta Jakarta dan sekitarnya. Saat ini pasar telur puyuh di Bogor 80 persen masih dikuasai peternak dari daerah luar Bogor seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Misi PPBT adalah menyediakan produk telur puyuh yang berkualitas kepada konsumen dan memasarkan secara optimal dalam rangka membangun citra perusahaan. Tujuan PPBT adalah mengembangkan usaha telur puyuh yang menitikberatkan pada peningkatan kepuasan pelanggan dengan cara memberi kepastian pasokan telur puyuh yang berkualitas. Selain itu, PPBT bertujuan membuka lapangan pekerjaan untuk penduduk di sekitar peternakan yang masih menganggur. Jenis usaha yang menjadi fokus PPBT yaitu budidaya puyuh untuk menghasilkan telur sebagai produk akhirnya dan bibit puyuh yang siap bertelur. Unit usaha lain dari PPBT adalah pakan, sedangkan produk sampingan yang dihasilkan dari pemeliharaan puyuh adalah puyuh afkir dan kotoran. Tujuan dasar dari pengusahaan pakan adalah untuk memenuhi kebutuhan usaha puyuh petelur PPBT sendiri dan untuk menghemat biaya produksi. Pada awal pendirian PPBT yaitu pada bulan September 2007, populasi puyuh berjumlah sekitar 5.000 ekor. Namun pada akhir tahun 2007, puyuh tersebut terkena penyakit tetelo sehingga PPBT kehilangan semua populasi puyuhnya. Pada awal tahun 2008, PPBT memulai usahanya dari awal kembali dengan membeli bibit puyuh petelur sekitar 3.000 ekor. Jumlah puyuh keseluruhan yang telah dimiliki PPBT pada awal 2009 yaitu sekitar 10.000 ekor dengan investasi yaitu 3 bangunan kandang besar untuk puyuh 38 petelur dan 1 kandang kecil untuk puyuh anakan starter. Jumlah tersebut terdiri dari 8.000 ekor populasi produktif dan 2.000 ekor populasi bibit. Telur puyuh yang mampu dihasilkan PPBT dengan jumlah puyuh tersebut yaitu sekitar 6.500 butir telur per harinya. Selain telur puyuh dan bibit puyuh, PPBT juga mengusahakan pakan yang sebagian besar dijual dan sisanya digunakan untuk pakan PPBT. Jumlah produksi pakan puyuh di PPBT dalam satu bulan mencapai 11,7 ton. Proporsi pakan yang dijual dan dikonsumsi sendiri adalah 60 persen dan 40 persen. Unit usaha PPBT lainnya adalah puyuh afkir dan kotoran puyuh. Puyuh afkir adalah puyuh yang umur ekonomis budidayanya sebagai puyuh petelur habis, yakni sekitar 12 bulan. Puyuh afkir dijual ke Jakarta dengan harga Rp 2.000,- per ekor. Kotoran puyuh yang dihasilkan PPBT dalam satu bulan adalah sebanyak 110 karung, dimana satu karung berkapasitas 50 kilogram. Kotoran tersebut dijual ke petani-petani di sekitar peternakan serta Dinas Perikanan dan Peternakan dengan harga Rp 4.000,- per karung.

5.2. Lokasi Peternakan dan Kantor