Perumusan Masalah Optimalisasi Produksi pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga, Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor

5 itu, puyuh mulai diusahakan di Kabupaten Bogor meskipun dalam jumlah kecil. Berdasarkan data populasi ternak unggas tahun 2007 Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, populasi puyuh terdapat di Kecamatan Tajurhalang dengan jumlah 4.000 ekor. Sejak terjadinya wabah flu burung di Indonesia pada akhir 2003, banyak peternak yang mengalami kerugian bahkan menutup usahanya. Hal ini terjadi di beberapa peternakan puyuh di Kabupaten Sukabumi. Namun, setelah wabah tersebut mulai mereda, banyak peternak yang mengembangkan usahanya lagi. Salah satunya adalah Peternakan Puyuh Bintang Tiga PPBT. Peternakan ini merupakan salah satu pemasok telur untuk kawasan Bogor. Lokasinya berada di Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor.

1.2 Perumusan Masalah

Peternakan Puyuh Bintang Tiga adalah salah satu perusahaan yang menjalankan bisnis peternakan puyuh di Kabupaten Bogor. Unit bisnis utama dari PPBT adalah budidaya puyuh untuk dijual telurnya puyuh petelur. Unit bisnis lainnya adalah pakan dan bibit puyuh petelur. Peternakan ini memasok telur puyuh untuk Pasar Bogor, Pasar Anyar, Pasar Warung Jambu, Pasar Cibinong, dan Pasar Leuwiliang. Rata-rata produksi telur puyuh yang dihasilkan adalah sebanyak 6.500 butir per hari atau 45.500 per minggu dari jumlah populasi produktif sebanyak 8.000 ekor PPBT, Maret 2009. Jumlah telur tersebut sudah merupakan hasil sortiran dan siap jual. Rata-rata permintaan telur ke PPBT adalah sebanyak 23.000 butir setiap hari yang merupakan permintaan dari seluruh pasar yang dipasok PPBT. Pemesanan telur dari pelanggan biasanya dilakukan setiap minggu atau dua hari sekali. Namun, saat ini PPBT belum dapat memenuhi keseluruhan permintaan. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa PPBT hanya dapat memenuhi 44,28 persen dari keseluruhan permintaan per minggu. Selain data permintaan pasar yang telah disebutkan terdapat beberapa permintaan yang sama sekali belum terpenuhi yaitu permintaan dari daerah Cibubur, Karawang, dan Jakarta. Permintaan pasar yang belum terpenuhi oleh PPBT menunjukkan bahwa telur puyuh memiliki peluang pasar yang sangat tinggi. 6 Tabel 4. Permintaan dan Penawaran Telur Puyuh per Minggu pada PPBT bulan Maret 2009 No Pelanggan Permintaan butir Penawaran butir 1 Pasar Ciawi 8.400 3.600 2 Pasar Cibinong 14.400 6.000 3 Pasar Ciluar 12.000 4.800 4 Pasar Anyar 16.800 15.000 5 Pasar Leuwiliang 24.000 6.000 6 Pasar Warung Jambu 6.000 3.000 7 Pasir Angin 26.400 8.400 8 Pasar Bogor 48.000 22.400 9 Cirangkong 8.400 3.600 TOTAL 164.400 72.800 Pemenuhan Permintaan 44,28 Sumber : PPBT Maret, 2009 Permintaan telur yang dapat dipenuhi PPBT berasal dari produksi sendiri dan peternak mitranya yang berada di Bogor dan Sukabumi. Sistem kemitraan yang diterapkan adalah PPBT menjual bibit dan pakan untuk kemudian memasarkan telur puyuh yang dihasilkan oleh mitra. Jumlah pasokan telur per minggu yang yang berasal dari peternak mitra adalah dari Sukabumi sebanyak 13.300 butir dan Lido sebanyak 14.000 butir. Selain memproduksi telur, PPBT memproduksi bibit dan pakan puyuh. Produksi pakan sendiri dilakukan karena harga pakan yang dibeli dari pabrik cukup mahal, sedangkan biaya produksi untuk membuat pakan sendiri lebih murah. Pakan yang diproduksi juga dijual kepada peternak mitra. Produksi bibit di PPBT baru dilakukan sejak Desember 2008. Pada saat itu, PPBT menjual bibit hasil pembesaran sampai siap bertelur yang berasal dari Day Old Quail DOQ berumur dua minggu yang dibeli dari pemasok. Jumlah bibit yang telah diproduksi dan terjual adalah sebanyak 7.500 ekor PPBT, Maret 2009 dalam empat periode pembesaran. Selain itu, masih terdapat permintaan 7 bibit dari peternak di daerah Cibungbulang dan Jonggol sebanyak masing-nasing 5.000 ekor yang belum dapat terpenuhi. Penerimaan usaha yang selama ini diperoleh PPBT berasal dari aktivitas pemeliharaan puyuh petelur, bibit puyuh, dan pakan. Aktivitas puyuh petelur menghasilkan produk utama telur puyuh serta produksi sampingan kotoran puyuh dan puyuh afkir dalam satu periode pemeliharaan. Aktivitas bibit puyuh menghasilkan produk utama bibit puyuh dan kotoran puyuh selama satu periode pemeliharaan. PPBT sebagai sebuah perusahaan mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan maksimum. Permintaan telur dan bibit puyuh yang belum dapat dipenuhi tersebut menunjukkan kurangnya hasil produksi di PPBT. Selain itu, PPBT dinilai masih belum berproduksi dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang dimiliki. Hal ini ditunjukkan oleh pemanfaatan kandang yang kurang maksimal. PPBT memiliki tiga kandang besar untuk puyuh periode layer dengan kapasitas masing-masing sebanyak 5.000 ekor dan satu kandang besar untuk periode starter dengan kapasitas 3.500 ekor. Kandang layer yang dimanfaatkan hanya sebanyak dua buah untuk populasi sebanyak 8.000 ekor. Artinya, masih terdapat satu buah kandang yang belum dimanfaatkan. Usaha peternakan seperti PPBT mempunyai banyak kendala pada proses produksi karena berkaitan dengan makhluk hidup sebagai sumber produksinya. Karakteristik kedua jenis puyuh yang dibudidayakan PPBT sedikit berbeda. Puyuh petelur memiliki periode pemeliharaan selama satu tahun sedangkan bibit puyuh memiliki periode pemeliharaan selama satu bulan. Hal ini terkait dengan biaya produksi per bulannya. Puyuh petelur mempunyai struktur biaya yang besar pada awal pemeliharaan kemudian menurun pada bulan berikutnya. Sedangkan biaya bibit puyuh konstan setiap bulan tetapi cenderung lebih besar daripada rata- rata biaya per bulan puyuh petelur. Untuk itu, diperlukan perencanaan produksi dalam usahaternak di PPBT karena berkaitan dengan penggunaan sumberdaya yang sama oleh kedua jenis puyuh. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 8 1 Bagaimana kombinasi jumlah puyuh petelur dan bibit puyuh di PPBT yang dapat memperoleh keuntungan optimal? 2 Bagaimana penggunaan sumberdaya yang optimal di PPBT agar pendapatan usahaternak dapat menguntungkan? 3 Bagaimana perubahan yang terjadi pada kondisi optimal jika ada perubahan parameter yang membentuk model?

1.3 Tujuan