Retrogradasi Pati Proses terjadinya retrogradasi dapat dilihat pada Gambar 6.

atau bahan–bahan lain yang dapat mengikat air seperti gula dan garam Serena, 1996. Proses gelatinisasi menyebabkan perubahan yang luar biasa pada sifat reologi dari suspensi pati. Sifat dari gel pati sangat sensitif terhadap beberapa faktor seperti shear, suhu, tingkat pemanasan pendinginan, sumber pati dan keberadaan komponen lain. Gel pati bukan sistem yang berada dalam kesetimbangan. Struktur kristal hancur selama proses gelatinisasi, tetapi bentuk kristal akan kembali terbentuk selama penyimpanan. Kemampuan molekul pati untuk mengkristal setelah gelatinisasi didefinisikan sebagai retrogradasi Eliasson dan Gudmundsson, 1996. Dalam proses pembuatan snack, dikehendaki proses gelatinisasi tidak sempurna, karena proses gelatinisasi yang sempurna akan menghasilkan adonan yang kenyal, rapuh, sulit dibentuk, tidak kompak dan menghasilkan produk akhir yang permukaannya tidak rata Serena, 1996. Proses gelatinisasi pati mempengaruhi tekstur dan konsistensi bahan pangan dan interaksi antara pati dan air akan mempengaruhi sifat fungsional pati. Menurut Muchtadi, et al. 1988, kesempurnaan gelatinisasi dipengaruhi oleh kadar air dan suhu proses. Penentuan derajat kesempurnaan gelatinisasi pati dapat dilakukan berdasarkan 1 hilangnya gejala birefrigence granula pati jika diamati di bawah mikroskop cahaya terpolarisasi, 2 daya kelarutan dan pengukuran absorpsi zat warna dyes, 3 perubahan kekentalan, 4 perubahan pola difraksi sinar X, 5 metode enzimatis, 6 metode magnetik resonansi nuklir, 7 metode differential scanning calorimetry DSC, pengukuran intensitas warna akibat adanya iodium dan sebagainya.

3. Retrogradasi Pati

Gel pati yang telah mengalami gelatinisasi terdiri dari granula yang membengkak tersuspensi dalam air panas dan molekul-molekul amilosa yang terdispersi dalam air. Molekul-molekul amilosa akan terus terdispersi pada saat pati terus dalam keadaan panas. Bila pasta kemudian mendingin, energi kinetik tidak lagi cukup tinggi untuk melawan kecenderungan amilosa untuk bersatu kembali. Molekul amilosa berikatan kembali satu sama lain serta berikatan dnegan cabang amilopektin pada pinggir-pinggir luar granula. Dengan demikian mereka menggabungkan butir pati yang membengkak itu menjadi semacam jaring-jaring membentuk mikrokristal dan mengendap Winarno,

1997. Proses terjadinya retrogradasi dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Proses retrogradasi pati Huang dan Rooney, 2000 Proses retrogradasi terjadi karena pati yang tergelatinisasi tidak berada pada kesetimbangan termodinamik. Sifat reologi akan berubah secara jelas dengan peningkatan kekerasan firmness dan kekakuan rigidity. Hilangnya kapasitas penyerapan air water holding capacity dan pemulihan bentuk kristal akan terjadi dan meningkat selama proses aging. Proses retrogradasi tidak akan terjadi tanpa jumlah air minimum yang terdapat dalam gel. Kadar air dan suhu penyimpanan merupakan faktor penting yang mengontrol tingkat retrogradasi. Selain itu, sumber pati yang berbeda akan mempengaruhi tingkat retrogradasi yang terjadi dan kemungkinan besar hal ini tidak hanya disebabkan oleh rasio amilosa dan amilopektin saja Eliasson dan Gudmunsson, 1996. Menurut Lundqvist 2001, tingkat retrogradasi juga dipengaruhi panjang rantai amilopektin dan konsentrasi pati, adanya bahan- bahan seperti gula, garam, lemak dan surfaktan. Retrogradasi didefinisikan sebagai kemampuan molekul pati untuk mengkristal setelah gelatinisasi. Retrogradasi amilosa dipercaya sebagai prasyarat untuk pembentukan crumb normal dari roti, retrogradasi biasanya menyebabkan penurunan kualitas. Hal ini terlihat sebagai sineresis hilangnya air atau sebagai peningkatan kekerasan. Interaksi pati dengan komponen lain seperti lipid polar dan protein akan meningkatkan sifat fungsionalnya Eliasson dan Gudmundsson, 1996. Retrogradasi yang merupakan pemulihan sebagian dan penyusunan struktur awal dari polisakarida terjadi ketika pendinginan dan penyimpanan pada suhu rendah. Kristalisasi dari amilosa tercapai setelah 2 hari, di mana kristalisasi gel pati terus berlanjut. Gel amilopektin meningkat secara perlahan dan tercapai setelah 30-40 hari. Sekitar 70 kristal akan hilang dari pati yang teretrogradasi sempurna pada pemanasan 90 o C, di mana gel amilosa akan berkurang sekitar 25. Kristalisasi dari amilopektin dapat balik secara sempurna selama pemanasan. Residu kristal dari gel pati setelah pemanasan merupakan fraksi amilosa Eliasson dan Gudmunsson, 1996. Retrogradasi atau asosiasi amilosa sangat cepat, sehingga rantai linear berdifusi keluar dari granula pati. Hal ini memberikan struktur keras dengan cepat. Amilopektin yang bercabang dengan struktur lebih kompleks, dan molekul yang lebih besar bulky menyebabkan amilopektin mengalami retrogradasi lebih lambat. Tekstur yang keras tidak hanya berasosiasi dengan tingginya amilosa tetapi juga mengurangi kehilangan kelembaban dan membantu menjaga kelembaban dari migrasi air Frank, 2000 Proses retrogradasi dapat dikarakteristik oleh fenomena fisik dan kimia, seperti perubahan tekstur, migrasi air, kristalisasi pati dan interaksi komponen Vodovotz, et al., 2001. Proses retrogradasi harus secara ketat dikontrol terutama produk pangan yang berbasis pati, karena retrogradasi dapat membentuk struktur produk tetapi jika berlebihan dapat menyebabkan penurunan kualitas pengerasan atau sineresis Pongsawatmanit, et al., 2001. Interaksi antara polisakarida pati dan air mungkin dapat menghambat pengaruh dominan dari sifat sistem yang ada, di mana komponan lain dapat mempengaruhi bagaimana pati berinteraksi dengan air. Salah satunya adalah gula, yang dapat mempengaruhi sifat gelatinisasi dan retrogradasi pati. Kebanyakan gula menghambat pengaruh anti-plasticizing dan penurunan jumlah amilosa yang terlepas. Tingkat retrogradasi dapat ditingkatkan selama periode penyimpanan jangka pendek tetapi secara substansi menurun selama penyimpanan jangka panjang Pongsawatmanit, et al., 2001.

D. PROSES PEMBUATAN SNACK TARO NET 1.