21
2.2.2.2 Ciri-ciri Narasi
Nurudin 2007: 71 menyatakan bahwa ciri narasi yaitu 1 sebuah cerita yang mempunyai karakter, setting, waktu, masalah, mencoba untuk memecahkan
masalah, dan memberikan solusi dari masalah itu, 2 biasanya ditulis berdasarkan rekaan atau imajinasi, berdasarkan pengalaman pribadi penulis,
pengamatan, atau wawancara, 3 merupakan himpunan suatu peristiwa yang disusun bersasarkan urutan waktu atau urutan kejadian, 4 ada tokoh-tokoh yang
terlibat dalam peristiwa yang diceritakan, 5 tulisan berdasarkan fakta, tetapi imajinasi penulis tetap terkesan kuat sekali.
Setiyadi dalam http:alltaskofdky.blogspot.com
juga berpendapat bahwa ciri-ciri narasi yaitu 1 bersumber dari fakta atau sekedar fiksi, 2 Berupa
rangkaian peristiwa, 3 bersifat menceritakan. Berdasarkan pendapat kedua pendapat di atas dapat disimpulkan ciri
karangan narasi yaitu 1 berupa rangkaian kejadian atau peristiwa, 2 disampaikan secara kronologis, 3 di dalamnya ada tokohpelaku yang diceritakan, dan 4
bersumber dari fakta maupun fiksi.
2.2.2.3 Struktur Narasi
Keraf 2007: 145-155 mengemukakan bahwa struktur narasi dapat dilihat dari komponen-komponen yang membentuknya, yaitu perbuatan, penokohan,
latar, dan sudut pandang. Akan tetapi dapat juga dianalisis berdasarkan alur plot narasi.
22
1. Alur plot
Alur merupakan rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha memecahkan konflik yang terdapat dalam narasi itu, yang berusaha memulihkan situasi narasi
ke dalam suatu situasi yang seimbang dan harmonis. Alur merupakan kerangka dasar yang penting dalam cerita. Alur mengatur bagaimana suatu insiden
mempunyai hubungan dengan insiden lainnya, bagaimana tokoh-tokoh harus digambarkan dan berperan dalam tindakan-tindakan itu, dan bagaimana situasi
serta karakter tokoh yang terlibat dalam tindakan-tindakan itu dapat tekait dalam suatu kesatuan waktu.
Sehubungan dengan itu, baik tidaknya penggarapan sebuah plot dapat dinilai dari berberapa hal berikut ini: apakah tiap pergantian insiden sudah cukup
terbayang dan dimatangkan dalam insiden sebelumnya atau apakah insiden itu terjadi secara kebetulan.
2. Perbuatan
Rangkain perbuatan atau tindakan menjadi landasan utama untuk menciptakan sifat dinamis sebuah narasi. Rangkaian tindakan kisah itu hidup.
Tindak tanduk atau perbuatan sebagai salah satu unsur dalam alur di samping karakter, latar, dan sudut pandang juga merupakan sebuah struktur atau
membentuk sebuah struktur. Dalam narasi, tindakan harus diungkapkan secara terperinci dalam komponen-komponennya sehingga pembaca merasakan seolah-
olah mereka sendirilah yang menyaksikan semua itu. Setiap perbuatann atau rangkaian tindakan harus dijalin satu sama lain dalam suatu hubungan yang logis
atau masuk akal.
23
3. Penokohan
karakter-karakter adalah tokoh-tokoh dalam sebuah narasi dan kareakterisasi adalah cara seorang penulis menggambarkan tokoh-tokohnya.
Penokohan dalam dalam pengisahan dapat diperoleh dengan usaha memberi gambaran mengenai tindak-tanduk dan ucapan-ucapan para tokohnya, sejalan
tidaknya kata dan perbuatan. Pada umumnya karakter dapat diungkapkan melalui beberapa metode, antara lain: penampilan dan pembawaan, análisis, reaksi tokoh-
tokoh lain, dialog, dan tindak-tanduk. Narasi yang baik akan memperhatikan masalah inter-relasi antara tokoh-
tokohnya dan tindak-tanduk mereka. Untuk memahami sebuah aksi, kita harus memahami tokoh yang terlibat, wujud fisiknya, motivasinya, serta tanggapannya.
Untuk mengungkapkan sebuah tindakan supaya memuaskan, kita harus menampilkan seorang tokoh. Proses menampilkan dan menggambarkan para
tokoh melalui karakter-karakternya itu sisebut karakterisasi atau penokohan. 4.
Latar Latar adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Latar juga disebut
setting. Latar cerita meliputi waktu, tempat dan suasana. Jadi, latar cerita menunjukkan waktu terjadinya peristiwa.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang dalam narasi mempersoalkan bagaimana pertalian antara seseorang yang mengisahkan narasi itu dengan tindak-tanduk yang berlangsung
dalam kisah itu. Sudut pandang menyatakan bagaimana fungsi seseorang pengisah narator dalam sebuah narasi, apakah ia mengambil bagian langsung dalam
24
seluruh rangkaian kejadian yaitu sebagai partisipan, atau sebagai pengamat observer terhadap objek dari seluruh aksi atau tindak-tanduk dalam narasi.
Sudut pandang dalam narasi dibedakan atas dua pola, yaitu sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga.
¾ Sudut pandang orang orang pertama
Sudut pandang orang pertama ini disebut juga sudut pandang terbatas limited point of view. Sudut pandang ini, penulis secara sadar membatasi
pngisah atau narator. Kadang-kadang pengisah adalah tokoh utama dalam narasi, tatapi pengisah juga menjadi tokoh yang tidak penting.
¾ Sudut pandang orang ketiga
Sudut pandang orang ketiga secara eksplisit dinyatakan dengan mempergunakan kata ganti dia. Dalam tipe ini, penulis menyampaikan secara
impersonal pengalaman tokoh-tokoh yang terlibat dalam interaksi dalam narasi. Mengisahkan sesutau secara impersonal, pengarang tidak tampil sebagai pengisah,
tetapi untuk ia menghadirkan seorang narator yang tak berbadan, yang menyaksikan berlangsungnya tindak-tanduk dalam sebuah narasi.
2.2.2.4 Langkah-langkah Menulis Narasi