Uji kekerasan metode penetrometri Ranganna 1986 Uji volume pengembangan Zulviani 1992 Uji derajat putih Kett Whiteness Electric Laboratory 1981 diacu

e. Pengirisan Setelah adonan selesai dimasak, yang ditandai dengan warna bening, dodolan diangkat dari penangas kemudian diangin-anginkan selama kurang lebih 24 jam. Setelah dingin dodolan diiris dengan ketebalan 1 – 2 mm dengan menggunakan pisau. f. Pengeringan penjemuran Pengeringan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pengeringan alami. Pengeringan alami yaitu pengeringan dengan menggunakan sinar matahari, dimana dodolan yang telah diiris diatur diatas tampah kemudian dijemur dibawah sinar matahari. Pengeringan dilakukan selama 2 hari. Untuk lebih jelasnya alur proses pembuatan kerupuk ikan dapat dilihat pada Gambar 3.

3.3 Pengamatan dan Analisis Produk

Kerupuk ikan yang telah dikeringkan kemudian dikemas dengan menggunakan plastik polipropilen setelah itu dilakukan penyimpanan dengan lama penyimpanan yang berbeda-beda yaitu 0 minggu, 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu dan 4 minggu.

3.3.1 Pengukuran rendemen AOAC 1995

Rendemen merupakan hasil akhir yang dihitung berdasarkan proses input dan output. Rendemen dihitung berdasarkan berat basah. Rendemen = 100 awal ikan berat akhir daging berat x

3.3.2 Analisis sifat fisik

Analisis sifat fisik dilakukan pada setiap titik pengamatan yaitu pada minggu ke-0, ke-1, ke-2, ke-3 dan minggu ke-4. Analisis sifat fisik yang dilakukan adalah kekerasan, volume pengembangan, dan derajat putih.

3.3.2.1 Uji kekerasan metode penetrometri Ranganna 1986

Uji kerenyahan dilakukan terhadap kerupuk matang dengan menggunakan penetrometer. Kerupuk direntangkan pada dasar alat penetrometer, kemudian ditusukkan jarum kedalam kerupuk selama 5 detik. Nilai kekerasan dapat dilihat pada angka yang ditunjukkan oleh meter. Semakin kecil nilai yang didapatkan, maka tingkat kekerasan semakin besar. Ikan sapu-sapu segar Penyiangan dan pengambilan daging Pelumatan Pencampuran Pemanasan 55-60 °C, ± 5 menit Pengadonan diuleni + ¾ bagian tepung tapioka Pencetakan dodolan Pengukusan 1,5 – 2 jam, 80 - 90 °C Pendinginan suhu ruang, 24 jam Pengirisan tebal : 1 – 2 mm Penjemuran 2 hari kerupuk ikan Gambar 3. Skema proses pembuatan kerupuk ikan Modifikasi metode Wiriano, 1984 Daging lumat 0, 10, 20, 30, 40, 50 Bawang putih , garam, gula, putih telur, air, ¼ bagian tepung tapioka

3.3.2.2 Uji volume pengembangan Zulviani 1992

Pengukuran volume mengembang kerupuk dilakukan dengan menggunakan 5 keping kerupuk untuk setiap kali pengukuran. Sampel dimasukkan dalam posisi vertikal dalam gelas ukur yang ¼ bagiannya telah diisi manik-manik, kemudian gelas ukur diisi kembali dengan manik-manik sampai penuh dengan membentuk permukaan yang rata. Volume manik-manik yang digunakan baik tanpa atau dengan contoh diukur dengan gelas ukur. Volume jenis kerupuk ditentukan dengan rumus: Volume jenis kerupuk = sampel gram V2 - V1 Keterangan: V1 = volume manik-manik dalam wadah gelas tanpa berisi contoh V2 = volume manik-manik dalam wadah gelas berisi contoh Selisih volume jenis kerupuk goreng dengan volume jenis kerupuk mentah merupakan volume mengembang kerupuk yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Volume mengembang kerupuk = 100 x Vm Vm - Vg Keterangan: Vg = volume jenis kerupuk goreng Vm = volume jenis kerupuk mentah

3.3.2.3 Uji derajat putih Kett Whiteness Electric Laboratory 1981 diacu

dalam Nurhayati 1994 Analisis derajat putih dilakukan terhadap kerupuk mentah. Sampel berupa kerupuk dimasukkan kedalam cawan whiteness meter hingga padat dan penuh. Kemudian cawan berisi sampel serta cawan berisi standar berupa white plate atau serbuk BaSO 4 dimasukkan kedalam sistem Kett Whiteness Meter. Derajat putih diukur dengan membandingkan warna sampel dengan warna kontrol, ditunjukkan oleh jarum meter pada monitor.

3.3.3 Analisis proksimat