Kapang Volume pengembangan Analisis sifat fisik kerupuk selama penyimpanan

meskipun mengalami kenaikan, aktivitas air kerupuk masih berada dibawah aktivitas air minimal bagi pertumbuhan optimal kapang yaitu sebesar 0,6 – 0,7 Winarno 1997. Hasil analisis ragam Lampiran 10b menunjukkan bahwa penyimpanan dan konsentrasi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap aktivitas air kerupuk, baik kerupuk kontrol maupun kerupuk dengan penambahan daging ikan sapu-sapu. Hal ini berarti bahwa aktivitas air akan terus meningkat selama penyimpanan dan perbedaan konsentrasi daging ikan akan menyebabkan peningkatan aktivitas air kerupuk yang berbeda. Kerupuk dengan konsentrasi ikan kecil kerupuk kontrol memiliki peningkatan aktivitas air yang tidak stabil karena kerupuk dengan kandungan karbohidrat yang lebih tinggi akan lebih rentan terhadap lingkungan sekitarnya sehingga dapat dengan mudah menyerap air dari sekelilingnya Winarno 1992.

4.2.2.4 Kapang

Pertumbuhan dan aktivitas mikroba merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan kerusakan bahan pangan Muchtadi 1989. Kerusakan kerupuk ikan dapat ditandai dengan berkurangnya kerenyahan dan adanya pertumbuhan kapang pada permukaan kerupuk mentah. Hasil uji kapang secara visual terhadap permukaan kerupuk, baik kerupuk ikan sapu-sapu maupun kerupuk kontrol tidak ditemukan adanya pertumbuhan kapang. Hal ini dapat dilihat pada permukaan kerupuk tidak ditemukan adanya jaringan halus yang menyerupai kapas yang lama kelamaan akan berubah menjadi kehitaman atau kehijauan. Pertumbuhan kapang membutuhkan kondisi fisik tertentu seperti kelembaban, temperatur, pH, nutrisi dan oksigen. Kelembaban mempengaruhi terjadinya perubahan kadar air dan aktivitas air produk selama penyimpanan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan kapang Muchtadi 1989. Kapang membutuhkan a w minimum untuk pertumbuhannya adalah sebesar 0,6 – 0,7 Winarno 1997. Pada kerupuk yang disimpan selama 4 minggu diperoleh a w 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa kerupuk tersebut masih aman untuk dikonsumsi karena pada kerupuk tersebut tidak ditemukan adanya kapang.

4.2.2.5 Volume pengembangan

Pada proses penggorengan kerupuk terjadi pengembangan kerupuk. Terjadinya pengembangan ini dapat disebabkan oleh terbentuknya rongga-rongga udara pada kerupuk yang telah digoreng karena pengaruh suhu, menyebabkan air yang terikat dalam gel menjadi uap. Hasil uji terhadap volume pegembangan kerupuk diperoleh bahwa nilai rata-rata volume pengembangan kerupuk ikan sapu-sapu berkisar antara 190,74 – 211,69 , sedangkan volume pengembangan kerupuk kontrol berkisar antara 289,11 – 329,80 . Nilai rata- rata volume pengembangan kerupuk selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 18. 289.11 292.67 305.07 322.96 329.80 190.74 192.74 203.83 206.90 211.69 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 Mo M1 M2 M3 M4 Pe n yim p an an m in g g u N ila i r a ta -r a ta vo lu m e p e nge m b a nga n 32,36 Gambar 18. Histogram nilai rata-rata volume pengembangan kerupuk selama penyimpanan Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa kerupuk ikan sapu-sapu memiliki volume pengembangan yang lebih kecil bila dibandingkan dengan kerupuk kontrol. Hal ini dapat disebabkan oleh kandungan pati yang ada dalam kerupuk ikan sapu-sapu lebih sedikit dibandingkan dengan kerupuk kontrol. Pengembangan kerupuk ini dipengaruhi oleh gelatinisasi yang terjadi pada saat pengukusan adonan. Dengan proses gelatinisasi ini akan terbentuk struktur yang elastis yang dapat mengembang pada tahap penggorengan. Nilai rata-rata volume pengembangan kerupuk semakin menurun seiring dengan bertambahnya waktu penyimpanan. Penurunan tersebut dapat disebabkan karena kadar air kerupuk yang semakin meningkat selama penyimpanan, karena kadar air dapat menyebabkan proses pengembangan yang tidak sempurna selama penggorengan. Pengembangan kerupuk selama digoreng sangat ditentukan oleh kandungan air yang terikat pada kerupuk sebelum digoreng. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap volume pengembangan kerupuk. Hal ini berarti bahwa semakin lama penyimpanan, maka volume pengembangan kerupuk akan semakin berkurang. Terjadinya pengurangan volume pengembangan kerupuk ini dapat disebabkan oleh kadar air yang semakin meningkat pada kerupuk sebelum digoreng selama penyimpanan. Hasil analisis ragam juga menunjukkan bahwa konsentrasi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap volume pengembangan kerupuk. Selain kadar air, jumlah dan jenis protein juga dapat mempengaruhi volume pengembangan kerupuk. Kandungan protein yang tinggi cenderung menurunkan daya kembang kerupuk Lavlinesia 1995. Hal ini dapat dilihat dari volume pengembangan kerupuk ikan sapu-sapu lebih kecil dibandingkan dengan volume pengembangan kerupuk kontrol. Karena kandungan protein pada kerupuk ikan lebih besar dibandingkan dengan kandungan protein kerupuk kontrol. Hasil analisis ragam terhadap volume pengembangan kerupuk dapat dilihat pada Lampiran 11b.

4.2.3 Analisis proksimat