Fungsi Puisi dalam Masyarakat
refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan, 2 penelitian yang mengungkap sastra sebagai cermin situasi sosial penulisnya, dan 3 penelitian
yang menangkap sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya.
72
Sosiologi sastra juga dapat meneliti sastra sekurang-kurangnya melalui tiga perspektif. Pertama, perspektif teks sastra, artinya peneliti menganalisis
sebagai sebuah refleksi kehidupan masyarakat dan sebaliknya. Kedua, perspektif biografis, yaitu peneliti menganalisis pengarang. Perspektif ini akan menjadi life
history seorang pengarang dan latar belakang sosialnya. Ketiga, perspektif represif, yaitu peneliti menganalisis penerimaan masyarakat terhadap teks sastra.
73
Ada kalanya, penelitian sastra juga menjurus ke masalah-masalah politik, karena politik adalah semua cara pengaturan kehidupan masyarakat yang
melibatkan hubungan kekuasaan di dalamnya. Masalah politik ini akan mendominasi kehidupan masyarakat yang suatu saat akan terekam dalam teks
sastra. Bahkan, kondisi politik juga sering memengaruhi kehidupan sastra itu sendiri
74
Dalam kaitan itu, sosiologi sastra memang merupakan penelitian manusia dalam kaitannya dengan masyarakat dan teks sastra, karena memang antara
manusia, kehidupan sosial, dan sastra tidak bisa dilepaskan. 2.
Hubungan Karya Sastra dan Masyarakat Sastra, sebagaimana menurut Rohinah M. Noor, merupakan sebuah
produk budaya, kreasi pengarang yang hidup dan terkait dengan tata kehidupan masyarakatnya. Lebih lanjut, ia mengatakan, bahwa sastra berada dalam tarik-
menarik antara kebebasan kreasi pengarang dan hubungan sosial yang di dalamnya hidup etika, norma, aturan, kepentingan ideologis, bahkan doktrin
agama.
75
Senada dengan Rohinah, Suwardi Endraswara mengatakan bahwa karya sastra cenderung memantulkan keadaan masyarakat yang mau tidak mau akan
72
Ibid., h. 79
73
Ibid., h. 80-81
74
Ibid., h. 90
75
Rohinah M. Noor, op. cit., h. 23.
menjadi saksi zaman. Dalam kaitan ini, pengarang berupaya untuk mendokumentasikan zaman dan sekaligus sebagai alat komunikasi antara
pengarang dengan pembacanya.
76
Pandangan yang amat populer adalah pandangan yang mengatakan bahwa sastra merupakan cerminan sosial, dalam kata lain karya sastra merupakan cermin
pada zaman ketika karya tersebut diciptakan. Konteks sastra sebagai cermin akan merujuk pada adanya hubungan timbal balik antara sastra dengan kehidupan
masyarakat. Konteks pandangan ini juga merujuk pada berbagai perubahan dalam masyarakat. Perubahan dan cara individu dalam bersosialisasi biasanya akan
menjadi sorotan pengarang yang tercermin lewat teks sastra.
77
Karya sastra yang cenderung memantulkan keadaan masyarakat, mau tidak mau akan menjadi saksi zaman. Dalam kaitan ini, sebenarnya pengarang berupaya
untuk mendokumentasikan zaman dan sekaligus sebagai alat komunikasi antara pengarang dengan pembaca. Hal ini menunjukkan bahwa adanya keterkaitan
antara sastra dengan masyarakat dan oleh karena masyarakat cenderung dinamis, karya sastra juga cenderung mencerminkan hal yang sama.
78
Dalam kaitannya dengan pendekatan cermin, setiap teks sastra mengandung resonansi sosial, historis, dan politik. Karya sastra sering berada
pada “ketaksadaran politik” yang mampu menghilangkan kontradiksi-kontradiksi sejarah. Pengarang sering dibius oleh ketaksadaran ini sehingga secara tak sadar
mengungkapkan heterogenitas di luar teks. Di antara heterogenitas itu adalah masalah-masalah sosial yang memperkaya teks sastra.
79
Pada konteks sosiologi sastra, sastra tidak terlepas dari konteks sosial dan juga sebaliknya berfungsi bagi kehidupan masyarakat. Akan tetapi, fungsi sastra
dapat berbeda-beda dari zaman ke zaman di pelbagai masyarakat. Di suatu zaman dan masyarakat tertentu, sastra mungkin berfungsi sebagai alat menyebarluaskan
ideologi, di zaman lain dan masyarakat lain mungkin sekali dianggap sebagai tempat pelarian yang aman dari kenyataan sehari-hari yang tak tertahankan.
76
Suwardi Endraswara, op. cit., h. 89.
77
Ibid., h. 88
78
Ibid., h. 89
79
Ibid., h. 90