Tujuan Pembelajaran Sastra Pembelajaran Sastra
Hantisa Oksinata dari Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul “Kritik Sosial dalam Kumpulan Puisi Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji Thukul”.
Penelitian saudara Hantisa Oksinata didasarkan atas hubungan antara karya sastra dan kenyataan sosial dan sejarah yang terjadi dalam kehidupan manusia, yang
dalam hal ini adalah kritik sosial yang terkandung dalam puisi-puisi Wiji Thukul terhadap situasi sosial yang tengah dialami oleh Indonesia pada suatu masa masa
Orde Baru. Penelitian saudara Hantisa Oksinata ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1 unsur batin dan kritik sosial yang terdapat dalam puisi Aku
Ingin Jadi Peluru karya Wiji Thukul, dan 2 resepsi pembaca dalam puisi Aku Ingin Jadi Peluru. Ada pun dalam penelitian itu, yang dikaji adalah sebelas dari
141 buah puisi yang mewakili tema kritik sosial.
117
Kemudian, penelitian yang juga membahas puisi-puisi Wiji Thukul juga dilakukan oleh Wahyu Widodo dari Universitas Negeri Malang dengan judul
“Realisme Sosialis dalam Kumpulan Puisi Aku Ingin Jadi Peluru Karya Wiji Thukul Kajian Strukturalisme Genetik
”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur puisi dalam kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru karya
Wiji Thukul, mendeskripsikan latar belakang sosiobudaya penyair yang terefleksikan ke dalam puisi-puisi dalam Aku Ingin Jadi Peluru, dan
mendeskripsikan ciri-ciri realisme sosialis dalam kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru. Penelitian ini memberikan sebuah kesimpulan bahwa pandangan penyair
terhadap kondisi sosial budaya masyarakat adalah sebagai berikut: 1 masyarakat bawah yang menderita akibat kesewenang-wenangan pemerintah melalui
kebijakannya harus berani untuk menyatakan keberadaan dirinya. Hal ini tercermin dari pokok persoalan yang diangkat oleh penyair dalam puisi-puisinya,
2 masyarakat bawah memunyai kekuatan dan keberanian untuk melawan kesewenang-wenangan pemerintah dengan banyaknya ditemukan penggunaan
tanda seru sebagai sebuah seruan dan ajakan serta penegasan keyakinan yang ditempuhnya, yakni jalan melawan pemerintah. Ciri-ciri realisme sosialis dalam
117
Hantisa Oksinata, “Kritik Sosial dalam Kumpulan Puisi Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji Thukul”, Skripsi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 2010, http:digilib.fkip.uns.ac.idcontentsskripsi.php?id_skr=1053
, diunduh pada 9 Maret 2014 pukul 18:49
kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji Thukul, yakni memadukan antara isi dan bentuk dalam artian isi mengangkat pokok persoalan subject
matter dalam masyarakat bawah dengan menggunakan piranti estetika kesusastraan seperti bahasa kiasan, gaya bahasa, dan pilihan kata yang sesuai serta
terkondisikan dalam sosial budaya masyarakat bawah yang menderita pada kurun waktu 1980 sampai 1997 di masa pemerintahan Orde Baru.
118
Penelitian lain yang juga membahas puisi-puisi Wiji Thukul juga dilakukan oleh Moh. Anas Irfan dari Universitas Jember dengan judul
“Kumpulan Puisi Aku Ingin Jadi Peluru
Karya Wiji Thukul: Tinjauan Semiotik”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur dan keterjalinan antarunsur struktur
yang membangun puisi-puisi Wiji Thukul dalam Aku Ingin Jadi Peluru dengan menggunakan tinjauan semiotik.
Analisis struktural meliputi tema, diksi, dan bunyi menunjukkan adanya keterjalinan yang dapat membentuk makna yang utuh dalam kelima puisi yang
dibahas dalam penelitian ini. Berdasarkan analisis semiotik, ditemukan ketidaklangsungan ekspresi yang meliputi penggantian arti, penyimpangan arti,
dan penciptaan arti. Penggantian arti pada puisi Nyanyian Akar Rumput menggunakan personifikasi, metafora, dan sinekdoke pars pro toto. Penggantian
arti pada puisi “Kuburan Purwoloyo” menggunakan sinekdoke pars pro toto, metonimia, hiperb
ola, dan metafora. Penggantian arti pada puisi ”Ayolah Warsini
” menggunakan metafora dan sinekdoke pars pro toto. Penggantian arti pada puisi “Bunga dan Tembok” menggunakan sinekdoke totem pro parte.
Penggantian arti pada puisi ”Kemarau” menggunakan metafora, hiperbola, dan
personifikasi. Penyimpangan arti pada kelima puisi tersebut menggunakan enjambement.
118
Wahyu Widodo, “Realisme Sosialis dalam Kumpulan Puisi Aku Ingin Jadi Peluru Karya Wiji Thukul Kajian Strukturalisme Genetik”, skripsi pada Fakultas Sastra, Universitas
Negeri Malang, http:karya-ilmiah.um.ac.idindex.phpsastra-indonesiaarticleview176
, diunduh pada 9 Maret 2014 pukul 18:51
Secara heuristik kelima puisi tersebut menggunakan konvensi bahasa Indonesia. Pembacaan hermeneutik kelima puisi tersebut mengungkapkan protes
sosial rakyat kecil terhadap penguasa pada masa pemerintahan Orde Baru.
119
Berdasarkan tinjauan tersebut, maka kiranya memungkinkan bagi penulis untuk membuat skripsi dengan judul “Potret Buruh Indonesia pada Masa Orde
Baru dalam Kumpulan Puisi Nyanyian Akar Rumput Karya Wiji Thukul: Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia di Sekolah ”. Dibandingkan dengan penelitian-penelitian lain
tentang puisi-puisi Wiji Thukul, penelitian yang penulis lakukan lebih menitik beratkan penelitiannya terhadap potret buruh pada masa Orde Baru dalam
kumpulan puisi Nyanyian Akar Rumput karya Wiji Thukul. Penelitian yang menggunakan pendekatan sosiologi sastra ini berusaha untuk mendeskripsikan
potret-potret tentang buruh Indonesia pada masa Orde Baru yang ditampilkan oleh Wiji Thukul melalui puisi-puisinya dan bagaimana implikasinya terhadap
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah.
119
Moh. Anas Irfan, “Kumpulan Puisi Aku Ingin Jadi Peluru Karya Wiji Thukul: Tinjauan
Semiotik”, Skripsi
pada Fakultas
Sastra, Universitas
Jember, http:repository.unej.ac.idbitstreamhandle1234567896046Moh20Anas20Irfan20-
20060110201041_1.pdf?sequence=1, diunduh pada 22 April 2014 pukul 19:00