34 yang ditugaskan selama satu sampai lima hari berturut-turut, selama 15-30
menit setiap hari. Pennebaker meminta kepada peserta kelompok eksperimen untuk menuliskan emosi dan pikiran terdalam, sedangkan
kelompok kontrol menulis tentang topik yang dangkal seperti bagaimana mereka menggunakan waktu mereka sehari-hari. Sebelum memulai
kegiatan menulis dimulai, Pennebaker memberi instruksi terlebih dahulu kepada peserta. Kemudian, peserta diminta untuk menulis mengeksplor
pengalaman, konflik, perasaan, dan pikiran yang membuat stres. Tahap akhir dalam pelaksanaan expressive writing ini adalah menganalisis tulisan
peserta. Berdasarkan dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kegiatan expressive writing dilaksanakan dalam waktu 15-30 menit selama 1-5 hari, dan di akhiri dengan evaluasi hasil tulisan. Begitu pun dalam
penelitian ini, di awali dengan pretest yang diberikan kepada siswa, pelaksanaan expressive writing, dan di akhiri dengan posttest yang
diberikan pada siswa. Pelaksanaan expressive writing dalam penelitian ini dilaksanakan dalm tiga hari berturut-turut, dan selama 30 menit kegiatan
ini berlangsung setiap harinya.
D. Bimbingan dan Konseling Pribad-Sosial 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial
Menurut Achmad Juntika dan Akur Sudianto 2005: 13 bimbingan sosial-pribadi sebagai upaya pengembangan kemampuan peserta didik
35 untuk menghadapi dan mengatasi masalah-masalah sosial-pribadi dengan
cara menciptakan lingkungan interaksi pendidikan yang kondusif, mengembangkan sistem pemahaman diri dan sikap-sikap yang positif,
serta dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial-pribadi. Menurut Winkel dan Sri Hastuti 2004: 118, layanan bidang bimbingan
pribadi-sosial berarti layanan bimbingan yang diberikan untuk membantu siswa dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai
pergumulan dalam batinnya sendiri. Dengan kata lain, bimbingan pribadi-sosial adalah layanan
bimbingan yang diberikan pada siswa dalam rangka membantu siswa menghadapi dan memecahkan masalah yang ada dalam dirinya sendiri dan
masalah yang berhubungan dengan orang lain.
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial
Sunaryo Kartadinata, dkk. 2007: 198 tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli adalah sebagai
berikut: a. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya,
SekolahMadrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
b. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
c. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan anugerah dan yang tidak
menyenangkan musibah, serta mampu meresponnya secara positif dengan ajaran agama yang dianut.
36 d. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan
konstruktif baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.
e. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain. f.
Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat. g. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai
orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya. h. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk
komitmen terhadap tugas atau kewajibannya. i.
Memiliki kemampuan berinteraksi sosial human relationship, yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau
silaturahim dengan sesama manusia.
j. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik masalah
dengan baik bersifat internal dalam diri sendiri maupun dengan orang lain.
k. Memiliki kemampuan mengambil keputusan secara efektif. Tujuan pelaksanaan bimbingan dan konseling pribadi-sosial di
sekolah tidak lain agar siswa menjadi pribadi yang sehat sehingga dapat menjadi bersosialisasi dengan baik. Ciri-ciri pribadi yang sehat yaitu
memiliki komitmen, memiliki sikap toleransi, merespon kehidupan dengan positif, mampu memahami dan menerima diri, respek terhadap diri sendiri
dan orang lain, memilih secara tepat, bertanggung jawab, berinteraksi sosial dengan baik, menjalin sebuah bentuk hubungan, mampu
menyelesaikan masalah, serta mampu mengambil keputusan dengan efektif. Siswa yang menjadi subyek dalam penelitian ini tidak memiliki
kriteria pribadi yang sehat karena siswa tidak membuka diri sehingga ia tidak menerima dirinya, tidak mampu berinteraksi sosial dengan baik,
tidak menjalin sebuah hubungan dengan baik, tidak mampu menyelesaikan masalah.