26
M Mari Belajar Kimia SMA-MA Kelas XI IPA JILID 2
sangat erat hubungannya dengan massa relatif molekul. Pada umumnya molekul dengan jumlah elektron yang besar akan lebih
mudah mengalami polarisabilitas. Jika semakin besar nomor massa molekul relatif, maka semakin kuat pula gaya
London yang bekerja pada molekul itu. Misal, dua molekul propana saling menarik
dengan kuat dibandingkan dua molekul metana. Molekul dengan distribusi elektron besar lebih kuat saling menarik daripada
molekul yang elektronnya kuat terikat. Misal molekul I
2
akan saling tarik-menarik lebih kuat daripada molekul F
2
yang lebih kecil. Dengan demikian titik didih I
2
akan lebih besar jika dibandingkan dengan titik didih F
2
. Molekul yang mempunyai bentuk molekul panjang lebih mudah mengalami polarisabilitas dibandingkan
dengan molekul dengan bentuk simetris. Misal deretan hidrokarbon dengan rantai cabang akan mempunyai titik didih
lebih rendah jika dibandingkan dengan hidrokarbon dengan rantai lurus. Normal butana mempunyai titik didih lebih tinggi
dibandingkan isobutana yang memiliki rantai cabang.
CH
3
CH
2
CH
2
CH
3
CH
3
CH CH
3
n-butana CH
3
isobutana
2. Gaya tarik-menarik dipol-dipol
Molekul dengan sebaran elektron tidak simetris akan bersifat polar. Molekul ini akan memiliki perbedaan muatan dipol yang
menyebabkan bersifat polar. Molekul yang mempunyai momen dipol permanen disebut polar. Sedangkan senylautanya dinamakan
senyawa polar. Molekul-molekul yang ada di dalam senyawa polar cenderung untuk menyusun diri sehingga ujung yang berbeda
muatan akan saling mendekat dan saling tarik-menarik. Gaya tarik- menarik dipol-dipol merupakan gaya tarik-menarik antara dua
molekul polar. Dipol-dipol molekul tersebut akan saling tarik pada kutub-kutub dengan muatan berllautanan, yaitu positif dan negatif.
Kekuatan tarikan yang timbul akan lebih besar daripada tarikan pada molekul nonpolar. Jadi, zat-zat yang mempunyai molekul-
molekul polar cenderung memiliki titik didih dan titik leleh lebih tinggi daripada molekul nonpolar dengan ukuran sama.
Gambar 1.13
Bagan gaya tarik dipol-dipol suatu
senyawa.
a b
Di unduh dari : Bukupaket.com
27
B Bab 1 Struktur Atom dan Bentuk Molekul
Gaya antarmolekul, seperti gaya London dan gaya tarik
dipol-dipol, secara bersama-sama sering disebut sebagai gaya Van der Waals. Gaya London terdapat pada setiap zat, baik
bersifat polar maupun nonpolar. Sedangkan gaya tarik dipol- dipol hanya terdapat dalam senyawa polar. Dalam hal ini, gaya
Van der waals juga memiliki peran cukup penting. Karena dalam membandingkan titik didih atau sifat fisika lainnya tidak dapat
hanya dilihat dari satu sisi, gaya tarik dipol sesaat-dipol terimbas atau gaya tarik menarik dipol-dipol. Gaya
London lebih dominan daripada dipol-dipol.
Jelaskan mana yang lebih besar titik didihnya HI atau HCl? Jawab
HCl mempunyai momen dipol 1,08 lebih polar jika dibandingkan dengan HI 0,38. Kenyataan HI mempunyai titik didih lebih
tinggi dibandingkan HCl, mengapa? Jika ditinjau dari massa molekul relatif, maka massa molekul relatif HCl Mr = 35,5 lebih
kecil dari HI Mr = 127,9. Oleh karena itu, massa HI lebih besar dari HCl sehingga gaya
London HI lebih kuat dari HCl. Dengan demikian, gaya
Van der Waal HI lebih besar daripada HCl. Contoh lain CO
2
dan H
2
O. Karbon dioksida, CO
2
bersifat karakteristik dari molekul-molekul di mana momen ikatan saling
mematikan. Artinya momen dipol total dipol molekul tersebut sama dengan 0. Walaupun ikatan kovalen dalam molekul
tersebut, C = O, bersifat polar, penataan yang simetris dari ikatan menyebabkan momen-momen ikatan saling meniadakan dan
molekul keseluruhan bersifat nonpolar.
Dari rumus senylautanya saja, dapat diduga bahwa molekul H
2
O akan analog dengan molekul CO
2
. Tetapi pada kenyataan- nya, H
2
O mempunyai momen dipol yang cukup besar. Selain itu, H
2
O memiliki domain elektron bebas dan membentuk sudut sehingga molekul H
2
O bersifat polar. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar di bawah ini.
Contoh
Gambar 1.14
Bentuk molekul H
2
O dan CO
2
.
Di unduh dari : Bukupaket.com
28
M Mari Belajar Kimia SMA-MA Kelas XI IPA JILID 2
3. Ikatan hidrogen