“Diskusi atau bimbingan dalam keluarga secara khusus tidak ada, semua kan sudah tahu, saya, suami dan adik semua sudah merasakan tsunami 2004, jadi ya sudah tahulah….Sama
anak-anak juga saya tidak mengatakan apa-apa, kalau gempa anak-anak nangis”
Begitu pula menurut informan kepala keluarga, berikut kutipan wawancaranya:
“…Anak yang besar sudah tahu sendiri, kalau untuk anak yang kecil, saya tidak mengatakan apa-apa, karena dia selalu bersama saya, kalau saya kerja dia saya titip sama kakak saya di
Lambuk. Saya takut juga nanti kalau saya katakan dia pasti lebih takut lagi, karena kalau gempa dia selalu nangis, berartikan dia sangat takut”
“Istri dan anak-anak jarang juga diskusi tentang gempa, kadang-kadang sih ada, saya pikir masing-masing sudah tahu lah..”
4.6.5. Kesiapsiagaan Rumah Tangga Menghadapi Bencana Gempa Bumi
Hasil indepth interview mengenai tindakan menyediakan peralatan pertolongan pertama di rumah, yakni sebagian informan tidak menyediakan peralatan
obat-obatan apapun di rumah, baik kotak P3K maupun obat-obatan ringan yang biasa digunakan keluarga, seperti kutipan wawancara berikut:
“Tidak ada apa-apa, kalau sakit-sakit kepala…ya beli saja obat di warung, belinya ya cukup untuk saat itu saja…tidak disediakan khusus, kalau sekarang tidak ada…”
“Tidak ada persediaan apa-apa untuk obat-obat, kotak P3K juga tidak ada, kalau sakit-sakit baru berobat ke puskesmas atau ya beli saja di warung secukupnya”
Hasil indepth interview mengenai tindakan menyediakan alat pemenuhan kebutuhan dasar untuk kondisi darurat di rumah, yakni sebagian besar informan tidak
menyediakan makanan praktis tidak perlu dimasak dan tahan lama, hanya air minum dalam botol di rumah, seperti kutipan wawancara berikut:
“Tidak ada apa-apa yang saya siapkan, hanya air minum saja ada saya isi dalam botol agar mudah dibawa, tapi kalau makanan-makanan tambahan lain tidak ada, kadang-kadang saja
ada kalau ada lebih uang, maklumlah kondisi ekonomi saya pas-pasan” “Kalau sekarang tidak ada makanan-makanan ringan apapun di rumah, air minum ada saya
isi dalam botol aqua…, makanan-makanan ringan hanya kadang-kadang saja ada, ya karena uangnya pas-pasan”
Universitas Sumatera Utara
Hasil indepth interview mengenai tindakan menyediakan alat penerangan alternatif, yakni semua informan menyediakan lampu. Bahkan sebagian informan
juga menyediakan senter dan baterai cadangan, seperti kutipan wawancara berikut:
“Hanya lampu cas saja yang ada di rumah, karena sekalian untuk keperluan belajar anak saya,…kalau senter dan baterai tidak ada…”
Hasil indepth interview mengenai tindakan menyediakan alat komunikasi keluarga, yakni semua informan menyediakan handphone Hp rata-rata lebih dari
satu buah, seperti kutipan wawancara berikut:
“Hp, semua anggota keluarga punya Hp, karena anak-anak sudah besar, ada 4 buah Hp di rumah kami…”
“HP, ada 3 buah di rumah, Hp saya, suami dan adik saya yang tinggal sama kami di sini, kalau anak-anak masih kecil, ya tidak pakai Hp…”
Namun terdapat pula informan yang menyediakan Hp satu buah dikarenakan kondisi
ekonomi yang tidak mencukupi, seperti kutipan wawancara berikut:
“Kami pakai Hp, tapi hanya 1 punya anak saya, kalau Hp saya dulu ada, sekarang sudah rusak, belum ganti yang baru, belum cukup uang…”
“Hp, tapi hanya 1, biasanya sama istri kalau saya ke laut…”
Hasil indepth interview mengenai tindakan menyimpan nomor telepon penting, yakni pada umumnya informan tidak menyimpan nomor telepon penting
yang dapat dihubungi dalam kondisi darurat, hanya nomor saudarakerabat saja yang disimpan. Berikut adalah kutipan wawancara dengan salah satu informan tersebut:
“Tidak ada, hanya nomor saudara saja, nomor keponakan dan abang istri saya itu ada juga, yang saya katakan tadi, kalau ngungsi mungkin kami ke situ…”
Hasil indepth interview mengenai tindakan menyisihkan uang sebagai tabungan yang dapat digunakan dalam kondisi darurat, yakni sebagian besar informan
mengatakan tidak mempunyai tabungan karena pendapatan yang pas-pasan, namun
Universitas Sumatera Utara
adapula yang menyisihkan uang kadang-kadang, tergantung penghasilannya. Berikut kutipan wawancara dengan salah seorang informan tersebut:
“Tidak ada, pendapatan saya pas-pasan, jadi jarang bisa di simpan, anak saya kerja di warnet untuk biaya sekolahnya juga, jadi susah untuk disimpan…sebenarnya sih perlu, tapi ya
sudahlah, memang tidak ada…” “Kadang-kadang saya menyimpan uang, istri juga jarang, karena pendapatan saya pas-
pasan…”
Hasil indepth interview mengenai jumlah pendapatan informan, yakni hampir semua informan tidak memiliki jumlah pendapatan yang tetap, dikarenakan sebagian
besar bermata pencaharian sebagai nelayan, seperti kutipan wawancara dengan informan yang bermata pencaharian nelayan:
“Tidak tentu, kadang-kadang Rp. 30.000hari, paling banyak Rp. 50.000hari, tidak pernah lebih dari itu…”
“Tidak tentu, paling sikit Rp. 25.000hari, paling banyak sekitar Rp. 50.000…”
Hasil indepth interview mengenai alasan informan dalam melakukan tindakan kesiapsiagaan menghadapi gempa, seperti diskusi atau bimbingan keluarga, dan
persediaan peralatanperlengkapan yang dibutuhkan dalam kondisi darurat di rumah, yakni hampir semua informan mengatakan bahwa semua tindakan tersebut tergantung
pada masing-masing keluarga, seperti kutipan wawancara berikut:
“Perlu juga sebenarnya, tapi ya seperti yang saya katakan tadi, penghasilan saya pas-pasan, jadi ya harus dipilih-pilih mana yang paling penting….kalau bisa dipenuhi ya kenapa
tidak…., kalau persiapan untuk menghadapi gempa, tergantung pada masing-masing keluargalah, karena semua orang kan punya pengalamannya sendiri, kemudian ada yang
berani, ada juga yang masih trauma, ditambah lagi kebutuhan dan pendapatan orang juga berbeda-beda”
“Tergantung keperluan masing-masing orang lah, dikatakan penting bisa juga, tidak juga bisa”
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Pengetahuan terhadap Kesiapsiagaan Rumah Tangga dalam
Menghadapi Bencana Gempa Bumi di Desa Deyah Raya Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh
Pengetahuan kepala keluarga mengenai kesiapsiagaan rumah tangga dalam menghadapi bencana gempa bumi berdasarkan hasil penelitian terhadap 71
responden, diketahui bahwa persentase terbesar berada pada kategori cukup, yaitu sebanyak 62 KK 87,3, selebihnya berada pada kategori baik sebanyak 9 KK
12,7. Hasil analisis Chi Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan kepala keluarga dengan kesiapsiagaan rumah tangga
dalam menghadapi bencana gempa bumi p=0,0110,05. Hasil analisis Regresi Linear Berganda menunjukkan bahwa secara statistik variabel pengetahuan
berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kesiapsiagaan rumah tangga dalam menghadapi bencana gempa bumi di Desa Deyah Raya Kecamatan Syiah
Kuala Kota Banda Aceh p=0,0180,05. Notoatmodjo 2007 menyatakan pengetahuan adalah informasi yang
diketahui atau disadari oleh seseorang yang muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum
pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Pengetahuan yang tidak menekankan pada pengalaman biasanya mudah terlupakan. Pada penelitian ini, semua kepala keluarga
yang menjadi responden penelitian adalah penduduk asli Desa Deyah Raya yang telah
100
Universitas Sumatera Utara