Sistem Informasi Identifikasi, Pengukuran, Pemantuan dan Sistem Informasi a. Identifikasi

37 digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan, dan ada sistem informasi yang bertugas memandu manajemen untuk mengambil keputusan. Masing- masing fungsi sistem tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk menggolongkan sistem informasi, agar lebih mudah diidentifikasi, dipelajari, dan dikembangkan 48 . 48 Wing Wahyu Winarno, Sistem Informasi Manajemen, Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, 2004, cet. Pertama, hal. 2.2. 38 Basis Data Eksternal External Database Basis Data Internal Internal Database Perangkat Komputer Perangkat Lunak Jaringan Komunikasi Dokumen Prosedur Pengendalian Gambar 1. Hubungan Antara Tingkatan Sistem Informasi dengan Perangkant Pendukungnya 39 Tabel 2. Tingkatan Sistem Informasi 49 Tingkatan Sistem Informasi Fungsi Utama Pemakai Utama Jenis Keputusan Sistem Pakar Kepandaian buatan Mengganti kan manusia dalam mengambil keputusan Manajemen semua level Keputusan terstruktur dan tidak terstruktur Sistem Pemandu Keputusan Membantu manajemen membuat keputusan Membantu manajemen puncak Keputusan tidak terstruktur Sistem Informasi Manajemen Menyediak an berbagai bentuk informasi Manajemen Madya Keputusan semi-terstruktur Sistem Pemrosesan Transaksi Mencatat berbagai bentuk transaksi Manajemen bawah Keputusan terstruktur Database Management Systems DBMS Tempat untuk menampung data yang dicatat oleh TPS, oleh sistem yang lain MIS, DSS, AIES, data ini akan diolah Kom- puter Prog- ram Komu nikasi Digunakan untuk mengolah data dan mengirimkan hasil pengolahan ke tempat lain yang memerlukan Doku men Prose- dur Kon- trol Digunakan untuk memperlancar dan meningkatkan kualitas sistem informasi 49 Wing Wahyu Winarno, Sistem Informasi Manajemen, hal. 2.4. 40

E. Jenis-Jenis Risiko dan Risiko Pada Pembiayaan Bank Syariah 1. Risiko-risiko Bank Syariah

a. Risiko Kredit

Risiko kredit merupakan bentuk risiko pembayaran yang muncul pada satu pihak bersepakat untuk membayar sejumlah uang misalnya, dalam akad salam dan istishna’ atau mengirimkan barang misalnya, dalam akad murabahah sebelum menerima aset atau uang cash-nya sendiri, sehingga menyebabkan terjadinya kerugian 50 . Dalam kasus pembiayaan berbasis bagi hasil mudharabah dan musyarakah, risiko kredit adalah tidak terbayarnya kembali bagian bank oleh pihak pengusaha ketika jatuh tempo. Masalah ini bisa muncul bagi bank akibat adanya kesenjangan informasi assimatric information, di mana mereka tidak mendapatkan informasi yang memadai tentang profit perusahaan yang sesungguhnya. Sementara akad murabahah merupakan akad jual beli atau perdagangan, di mana risiko kredit dapat muncul dari risiko pihak ketiga counterparty risk, yaitu akibat buruknya kinerja partner bisnis. Buruknya kinerja ini bisa disebabkan oleh sumber-sumber sistematik eksternal.

b. Risiko Benchmark

50 Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah, hal. 51. 41 Bank syariah tidak berhubungan dengan suku bunga, hal ini ditunjukkan bahwa bank syariah tidak menghadapi risiko pasar yang muncul karena perubahan suku bunga. Namun bagaimanapun, perubahan suku bunga di pasar, memunculkan beberapa risiko dalam pendapatan lembaga keuangan syariah. Lembaga keuangan syariah memakai benchmark rate 51 . Pada akad murabahah, penentuan mark-up berdasarkan benchmark rate biasanya LIBOR ditambah premi risiko. Karakteristik dari aset-aset berpenghasilan tetap adalah sama halnya dengan mark-up yang bernilai tetap selama jangka waktu akad. Ketika benchmark rate mengalami perubahan maka akad-akad yang berbasis pendapatan tetap tidak akan dapat disesuaikan. Sebagai hasilnya, bank syariah menghadapi risiko dari perubahan suku bunga di pasar.

c. Risiko Likuiditas

Sebagaimana telah disebutkan di atas, risiko likuiditas bisa muncul karena sulitnya mendapatkan dana cash dengan biaya yang wajar, baik melalui pinjaman maupun melalui penjualan aset. Risiko likuiditas yang muncul dari kedua sumber ini sangat kritis bagi bank syariah. Karena bunga atas pinjaman dilarang dalam syariah maka bank syariah tidak dapat meminjam dana untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya di pasar 51 Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah,hal. 51.