Program Pengembangan Fasilitas Pemasaran KUMKM

98 1 Setiap KabupatenKota memiliki pusat data dan informasi bisnis KUKM. 2 Penjualan Produk unggulan KUKM meningkat 10 setiap tahun. 3 70.000 KUKM memiliki kualifikasi untuk dapat bermitra dengan PMAPMDN. 4 Setiap PropinsiKabupatenKota di Indonesia memiliki sarana pemasaran bagi produk KUKM. 5 Setiap KabupatenKota menampilkan produk KUKM untuk dipromosikan SMEsCO Promotion Center SPC yang produknya diperbaharui secara berkala. 6 Setiap KabupatenKota mempunyai koperasi yang bergerak sebagai pusat distribusi kebutuhan pokok masyarakat. 7 Setiap instansi pemerintah pusatdaerah memanfaatkan KUKM sebagai supplier barangjasa pemerintah. 8 Informasi bisnis KUKM terpublikasi secara berkala dalam media cetak dan elektronik, nasional dan daerah. 9 Ekspor KUKM meningkat dari 19,9 menjadi 25. 10Setiap KabupatenKota, Sentra, BDS dan Koperasi memiliki peta pasar produk KUKM yang mutakhir dalam maupun luar negeri. 11Promosi Wirausaha Baru. 29 Departemen Koperasi dan UKM, Rencana Strategis 2004-2009, hal. 84-85. 99 12Kelancaran, Ketersediaan BBM untuk memenuhi kebutuhan nelayan dan rumah tangga.

C. Analisis 1. Analisis Penerapan Manajemen Risiko

a. Dampak Penerapan Manajemen Risiko 1 Terhadap Risiko Pada Bank DKI Syariah

Dengan diterapkannya manajemen risiko yang mencakup : 1 Identifikasi Risiko, 2 Pengukuran Risiko, 3 Pemantauan dan Limit Risiko, 4 Sistem Informasi Manajemen Risiko dan 5 Pengendalian Risiko yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan bank syariah dapat menjadikannya sebagai suatu cara untuk meminimalisir risiko yang mungkin timbul dari pembiyaan yang disalurkan bank syariah. Namun daripada itu penerapan manajemen risiko hanya berdampak positif secara langsung kepada bank yang bersangkutan dalam menerapkannya. Berbagai macam risiko yang terdapat dalam menyalurkan pembiyaaan akan dianalisis oleh manajemen risiko seberapa jauh pembiyaaan tersebut akan memberikan profit bagi bank dan seberapa besar risiko serta seberapa besar kemungkinan terjadinya sehingga dapat diambil berbagai kebijakan menanggulangi keadaan tersebut. 100 Segala risiko yang terdapat di lapangan diidentifikasi sehingga diperoleh jawaban apakah risiko tersebut dapat diambil oleh bank atau tidak. Pengukuran risiko pun demikian, jika risiko dinilai melebihi kapasitas bank dalam mengolahnya maka permohonan pembiayaan pun ditolak. Hal ini tidak terlepas dari orientasi bank yang juga membutuhkan profit serta menjaga kepercayaan stakeholder sehingga bank dituntut untuk menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaaan. Maka dari itu khusus untuk pembiayaan kepada UKM bank cenderung menghindari risiko-risiko yang tidak dapat diindentifikasi yang umumnya banyak terdapat pada UKM. Penerapan manajemen risiko oleh bank syariah memang dapat secara signifikan membantu bank dalam meminimalisir risiko pada pembiayaan namun terlepas dari itu juga khusus untuk pembiayaan UKM diperlukan pendekatan yang berbeda dalam mengolah risiko yang dihadapi. 2 Terhadap UKM yang Akan Mengajukan Pembiyaaan Dengan sejumlah persoalan yang terdapat pada UKM yang salah satunya adalah keterbatasan modal sehingga mengajukan pembiayaan kepada bank merupakan salah satu solusi yang bisa ditempuh. Dengan adanya penerapan manajemen risiko pada bank syariah secara langsung tidak dapat dimanfaatkan oleh UKM dalam artian tidak secara langsung meningkatkan pembiayaan untuk UKM. Bahkan dengan adanya