commit to user
66
2. Proses Penyusunan Program dalam Konteks Manajemen Berbasis Sekolah di SMK N 2 Surakarta
Penyusunan program – program sekolah di SMK N 2 Surakarta di lakukuan setiap awal tahun. Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh informan
1 bahwa setiap awal tahun sekolah sudah menyusun program – program selama satu tahun. Untuk penyusunan program – program sekolah dalam konteks
manajemen berbasis sekolah adalah adanya komunikasi terbuka dan pengambilan keputusan bersama.
a. Komunikasi terbuka
Program sekolah disampaikan kepada seluruh warga sekolah termasuk kepada orang tua siswa, masyarakat, dan komite sekolah. Hal tersebut seperti
yang telah disampaikan oleh informan 7 bahwa sekolah menyampaikan program – programnya melalui pengumuman langsung kepada para siswa, ataupun melalui
website. Selain itu juga melalui pertemuan antara sekolah dengan komite sekolah dan wali murid, berkumpul bersama untuk membicarakan mengenai program –
program sekolah. Dengan komunikasi terbuka siapa yang punya ide atau gagasan diberi kesempatan untuk menyampaikannya di forum.
Komunikasi terbuka tersebut diwujudkan dalam bentuk kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis. Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh
informan 2 bahwa kepemimpinan kepala sekolah sudah menunjukan kepemimpinan yang demokratis, karena memperhatikan aspirasi dari bawah,
warga sekolah, dan juga guru – guru. Lebih lanjut informan 2 juga menyampaikan saat terjadi kekosongan kepala sekolah karena ada pergantian kepala sekolah,
sekolah pun bisa berjalan dengan baik. Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh informan, maka dapat
disimpulkan bahwa sekolah setiap awal tahun sudah membuat program – program sekolah. Program sekolah telah disampaikan secara transparan kepada
seluruh warga sekolah termasuk didalamnya yaitu orang tua siswa, masyarakat, dan komite sekolah melalui komunikasi terbuka. Komunikasi terbuka ditunjukkan
oleh kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis yaitu dengan memperhatikan
commit to user
67
aspirasi dari bawah dengan mengadakan pertemuan dengan warga sekolah, komite, dan wali murid untuk membicarakan program – program sekolah, siapa
yang punya ide atau gagasan diberi kesempatan untuk menyampaikannya di forum.
b. Pengambilan keputusan bersama
Penyusunan program sekolah dilakukan melalui kelompok kerja dari setiap masing – masing lini melalui rapat bersama. Hal ini sesuai dengan
pernyataan yang disampaikan oleh informan 1, Bahwa proses penyusunan program sekolah dimulai dari program jurusan mengadakan rapat untuk menyusun
program kerja, kemudian program kerja tersebut diteruskan ke kepala program jurusan, untuk selanjutnya diteruskan ketingkat wakil. Dari wakil kemudian
dikumpulkan kemudian dibentuk menjadi bentuk program kerja. Dalam proses penyusunan program sekolah, sekolah juga memberikan
kesempatan kepada seluruh komponen untuk ikut terlibat didalamnya sesuai dengan proporsinya masing – masing termasuk orang tua siswa, masyarakat, dan
komite sekolah. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh informan 1 bahwa dalam menyusun program sekolah ada beberapa pihak yang dilibatkan, yaitu dengan
dimintai pendapat, gagasan ataupun ide yang disampaikan melalui komite sekolah. Lebih lanjut informan 1 menyampaikan bahwa setiap ada kebijakan yang
memerlukan kesepakatan bersama, maka kebijakan tersebut akan disampaikan kepada komite sekolah. Sehingga melalui komite yang bertugas sebagai mediator
bertugas untuk menginformasikan kebijakan tersebut kepada orang tua murid untuk memberikan pendapat melalui rapat pleno mengenai kebijakan yang telah
dibuat apakah disetujui atau tidak, sehingga dalam mengambil keputusan berdasarkan atas keputusan bersama. Sebagai contoh dalam membuat program
kegiatan semesteran, dalam kegiatan tersebut dari pihak sekolah membuat perencanaan meliputi dana yang akan digunakan dan kegiatan – kegiatan apa saja
yang akan dilaksanakan. Berdasarkan keterangan yang telah disampaikan oleh informan diatas
maka dapat disimpulkan bahwa penyusunan program sekolah dilakukan melalui
commit to user
68
kelompok kerja dari setiap masing – masing lini melaui rapat bersama. Dalam proses penyusunan program sekolah, sekolah juga memberikan kesempatan
kepada seluruh komponen untuk ikut terlibat dalam pengambilan keputusan sesuai dengan proporsinya masing – masing termasuk orang tua siswa, masyarakat, dan
komite sekolah.
3. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Sebagai Upaya Peningkatkan Mutu Pendidikan di SMK Negeri 2 Surakarta.
Pengertian mutu dalam konteks pendidikan mencakup input, proses, dan output pendidikan. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia
karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Tinggi rendahnya mutu
input dapat di ukur dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh
informan 3 yaitu
Bapak Drs. Bambang Dwi Astanto selaku WKS 2
, bahwa dari segi bibit anak SMK N 2 Surakarta lebih bagus dari pada sekolah lain, karena dalam
proses penerimaannya selain dilihat dari segi nilai UN yang tinggi, dari pihak sekolah masih melakukan tes khusus guna memperoleh input yaitu berupa siswa
yang unggul. Sedangkan untuk tenaga pengajar di SMK N 2 Surakarta memiliki kualitas guru yang berkompeten di bidangnya, hal tersebut dapat dilihat dari hasil
observasi bahwa untuk program Teknik Konstruksi Bangunan sendiri memiliki
tenaga pengajar yang berjumlah 8 guru. yaitu lulusan S1 sebanyak 6 orang dan D3 sebanyak 2 orang. Sedangkan untuk Teknik Gambar Bangunan memiliki tenaga
pengajar yang berjumlah 8 guru. yaitu lulusan S1 sebanyak 8 orang. Dan untuk teknik perkayuan memiliki tenaga pengajar berjumlah 8 personil, yaitu lulusan S1
sebanyak 8 orang. Untuk menunjang peningkatan mutu pendidikan juga diperlukan Sarana
dan Prasarana yang memadai, agar dalam proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil observasi, untuk penyediaan
sarana dan prasarana belajar di SMK N 2 Surakarta mempunyai fasilitas yang mendukung yaitu berupa tersedianya Bengkel Konstruksi Bangunan, Bengkel
commit to user
69
Studio Gambar Bangunan, Bengkel Perkayuan, Bengkel Elektronika AudioVideo, Bengkel Listrik Pemakaian, Bengkel Mesin dan CNC, Bengkel
Otomotif, Bengkel Lab. Teknik Informasi, Lab. Bahasa Inggris, CNAP Cisco Network Academy Program, WAN Wide Area Network, ICT Information
Communication And Technology, Perpustakaan, Digital Library. Untuk Proses belajar mengajar di SMK N 2 Surakarta menunjukkan
adanya peningkatan mutu. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh informan 2 yaitu Bapak Sigit Susilo, untuk guru di SMK N 2 Surakarta diharapkan dapat
mengoperasikan komputer maupun LCD. Dengan adanya bantuan dana dari pemerintah, direncanakan disetiap ruang kelas akan diberi LCD untuk mendukung
proses belajar mengajar siswa. Dari hasil observasipun juga menunjukkan bahwa dalam proses belajar mengajar menunjukkan situasi yang menyenangkan, mampu
mendorong motivasi dan minat belajar siswa. Salah satu tujuan MBS selain untuk meningkatkan mutu pendidikan
adalah untuk kemandirian atau pemberdayaan sekolah, melalui otonomi kepada sekolah. Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh informan 2 bahwa sekolah
diberikan kebebasan untuk mengelola sekolahnya sendiri, hal tersebut antara lain ditunjukkan dalam hal pengembangan kurikulum, dari kurikulum standar yang
diberikan oleh pemerintah, sekolah diberi kewenangan untuk mengembangkan kurikulum tersebut sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah. Sebagai contoh,
untuk pelaksanaan ujian sekolah. Sekolah sudah bisa menyelenggarakannya sendiri. Bahkan saat proses observasi ada dari sekolah lain yang ujiannya
menginduk kepada SMK N 2 Surakarta. Output sekolah dapat dikatakan berkualitasbermutu tinggi jika prestasi
sekolah, khususnya prestasi siswa, menunjukan prestasi yang tinggi. Peningkatan mutu ditunjukkan dengan adanya peningkatan prestasi belajar siswa. Hal tersebut
sesuai dengan yang disampaikan oleh informan 3 bahwa untuk nilai EBTA siswa ada peningkatan tiap tahunya. Selain itu lulusan SMK N 2 Surakarta juga banyak
yang diterima di perguruan tinggi negeri. Lebih lanjut informan 3 juga menuturkan untuk program bangunan, ada siswa yang belum lulus namun sudah
commit to user
70
di tawari bekerja oleh pihak industri. Sedangkan untuk Perlombaan akademik , salah satunya adalah mendapat juara 2 dalam perlombaan CNC tingkat nasional.
Penerapan manajemen berbasis sekolah di SMK N 2 Surakarta memberikan pengaruh besar terhadap peningkatan mutu sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan. Sebagaimana disampaikan oleh informan 2 bahwa dengan adanya MBS sekolah menunjukkan adanya peningkatan mutu, hal
tersebut ditunjukkan dengan adanya standar ISO yang diberikan kepada SMK N 2 Surakarta menjadi sekolah berstandar Internasional SBI. Dengan adanya standar
ISO sekolah dituntut untuk membangun sistem manajamen mutu pendidikan yang profesional yang akan mengarahkan seluruh tujuan dan kegiatan pendidikan
kearah yang terus berkembang lebih baik. Dengan demikian mutu pendidikan di SMK Negeri 2 Surakarta telah memperoleh pengakuan dari standar mutu
Internasional yang diharapkan kualitas pendidikan akan semakin meningkat. Sedangkan untuk tingkat akreditas SMK N 2 Surakarta sendiri berakreditasi A.
Selain itu informan 2 juga menambahkan bahwa dengan adanya manajemen berbasis sekolah, sekolah bisa lebih mandiri dalam penyelenggaraan pendidikan.
Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh informan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di SMK N 2
Surakarta telah memberikan pengaruh terhadap peningkatan mutu sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal tersebut dapat dilihat dari segi input SMK N 2
Surakarta tergolong mempunyai bibit yang unggul, serta mempunyai kualitas tenaga pengajar yang berkompeten di bidangnya. Dilihat dari kesiapannya SMK N
2 Surakarta memiliki fasilitas yang mendukung dan sudah memenuhi standar. Penggunaan peralatan mengajar berupa laptop dan LCD di SMK N 2 Surakarta
merupakan suatu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di SMK N 2 Surakarta juga berpengaruh
terhadap kemandirian sekolah. Kemandirian yang dimaksud adalah sekolah dapat memberdayakan personil – personilnya dalam rangka mewujudkan tujuan
sekolah. Output sekolah juga menunjukkan peningkatan mutu hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan prestasi belajar siswa dari di tiap tahunnya. Selain itu
banyak siswa yang sudah di tawari kerja dari pihak industri, dan menjuarai
commit to user
71
berbagai perlombaan akademik, selain itu SMK N 2 Surakarta juga suadah mendapat standarisasi ISO.
B. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, temuan studi yang dapat dihubungkan dengan kajian teori adalah mengenai.
1. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMK N 2 Surakarta
Manajemen Berbasis Sekolah adalah desentralisasi kewenangan pembuatan keputusan di tingkat sekolah yaitu dengan memberikan otonomi luas
di tingkat sekolah perlibatan masyarakat dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Sekolah diberikan kebebasan, kekuasaan, dan keleluasaan yang disertai
dengan tanggung jawab dalam mengelola sumber daya dan sumber dana sesuai dengan prioritas kebutuhan sekolah dengan mengakomodasi seluruh kebutuhan
masyarakat setempat. sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mulyasa, hal
yang paling penting dalam implementasi manajemen berbasis sekolah adalah manajemen terhadap komponen-komponen sekolah itu sendiri. Terdapat tujuh
komponen sekolah yang harus dikelola dengan baik dalam rangka MBS, yaitu kurikulum dan program pengajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan,
sarana dan prasarana pendidikan, pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, serta manajemen layanan khusus lembaga pendidikan.
a. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran
Manajemen kurikulum dan program pengajaran mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kurikulum. Perencanaan dan
pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat, untuk itu level sekolah yang
paling penting adalah bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Disamping itu sekolah juga bertugas dan
berwenang untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat. Pengembangan kurikulum di