commit to user
Dari pengertian di atas dapat diatarik kesimpulan bahwa manajemen merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, yang didalamnya terdapat upaya untuk mengkoordinasi semua
sumberdaya untuk mencapai tujuan tersebut.
b. Tujuan Manajemen
Tujuan merupakan sesuatu yang hendak dicapai oleh setiap manusia, begitu pula dengan manajemen, bahwa keberadaan manajemen memiliki tujuan
tertentu. Tujuan manajemen adalah terselenggaranya keseluruhan program kerja secara efektif dan efisien. Adapun tujuan manajemen menurut Sulistyo dkk
2003:3 adalah : 1.
Untuk mencapai keteraturan, kelancaran dan kesinambungan usaha, dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Untuk mencapai efisiensi, yaitu suatu perbandingan terbaik antara usaha
dengan hasil antara input dengan output. Untuk mencapai tujuan tersebut, manajemen mengambil dua bidang sasaran yaitu:
1. Sumber daya manusia human resources, bentuk kegitannya berupa
memimpin, memotivasi, menjuruskan, menertipkan orang – orang agar aktivitasnya dapat merupakan indikator dicapainya tujuan.
2. Fasilitas non human resources, bentuk kegiatan berupa upaya untuk
menghimpun dan mengendalikan alat – alat, benda – benda, ruang waktu, dan metode kerja yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan.
c. Fungsi – fungsi Manajemen
Fungsi – fungsi manajemen adalah serangkaian aktifitas yang dilakukan manajer dalam rangka menjalankan tugasnya sebagai pejabat manajemen, baik
pejabat manajeman tingkat atas, tingkat menengah ataupun tingkat bawah terlepas dari organisasi besar atau kecil. Jadi fungsi ini merupakan kegiatan yang
dilakukan dalam keadaan apa saja, dan oleh siapa saja yang mempunyai predikat
commit to user
manajer. Hal ini kiranya tidak mengherankan, karena bagaimanapun sifat yang hendak dicapai organiasasi, corak kegiatan manajemen itu pasti selalu ada.
Menurut G.R. Terry 2005:9 fungsi – fungsi manajemen terdiri dari : 1.
Planing Yaitu menentukan tujaun – tujuan yang hendak dicapai selama satu masa
yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan – tujaun tersebut.
2. Organizing Adalah pengelompokan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan
memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan – kegiatan itu. 3. Staffing
Yaitu menentukan keperluan keperluan sumber daya manusia, pengerahan, penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga kerja.
4. Motifating Adalah pengarahan atau penyaluran perilaku manusia kearah tujuan –
tujuan. 5. Controlling
Yaitu mengukur pelaksanaan dengan tujuan –tujuan, menentukan sebab penyimpangan – penyimpangan dan mengambil tindakan – tindakan
korektif. Menurut Bafadal Ibrahim 2005:40 yang mengutip dari Gorton 1976
mengidentifikasi fungsi – fungsi manajemen sebagai berikut : 1.
identifikasi masalah 2.
diagnosis masalah 3.
penetapan tujuan 4.
pembuatan keputusan 5.
perencanaan 6.
pengorganisasian 7.
pengkoorganisasian 8.
pendelegasian 9.
penginisasian 10.
pengkomunikasian 11.
kerja dengan kelompok – kelompok 12.
penilaian Lebih lanjut menurut Bafadal Ibrahim 2005:40 yang mengutip dari
sergiovanni dkk 1987 dalam mengemukakan fungsi – fungsi manajemen meliputi perencanaan planing, pengorganisasian organizing, pengerahan
leading, dan pengawasan controling.
commit to user
Sekilas apa yang dikemukakan oleh sergiovanni dkk tentang fungsi menajemen berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Gorton. Namun bila
dikaji secara seksama, ternyata keduanya sama. Dengan demikian, kedua belas langkah manjemen yang dikemukakan Gorton dapat disederhanakan menjadi
empat langkah manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan.
2. Tinjauan Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan menurut Redja Mudyahardjo 2002:105 adalah studi tentang bagaimana cara-cara yang sebaiknya ditempuh untuk mengatur
penyelenggaraan peristiwa-peristiwa pendidikan disebuah satuan pendidikan pendidikan mikro atau sebuah satuan agregat satuan-satauan pendidikan
pendidikan makro. Lebih lanjut Mulyasa 2005:19 yang mengutip dari Gaffar menegaskan
bahwa Manajemen pendidikan merupakan suatu proses kerjasama yang sistematis, sistemik, dan komprebensif dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Definisi lain mengenai manajemen yang dikemukakan oleh Campell dkk
yang dikutip oleh Willem Mantja 2000:92 menyebutkan bahwa Manajemen pendidikan adalah manajemen kelembagaan yang bertujuan untuk menunjang
perkembangan pengajaran dan pembelajaran. Mulyasa 2004:19 yang mengutip dari Engkoswara 2001:2
mengemukakan bahwa manajemen pendidikan dalam arti seluas – luasnya adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menata sumber daya untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara produktif dan bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang turut serta di dalam mencapai tujuan yang disepakati
bersama. Dari berbagai pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
manajemen pendidikan merupakan penerapan hasil berfikir rasional untuk mengorganisasikan kegiatan yang menunjang belajar dan pembelajaran guna
mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
commit to user
Manajemen pendidikan dalam sebuah satuan pendidikan disebut sebagai manajemen sekolah School Management, yang merujuk pada proses kerja
manajerial dalam rangka mengkoordinasikan dan mengintegrasikan semua sumber daya yang ada. Baik manusia, material, fasilitas, atau teknikal dalam
rangka penyelenggaraan pendidikan. Subtansi manajemen sekolah meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan atau pengendalian yang bermuara
pada satu kegiatan inti yaitu proses pendidikan anak didik. Manajemen sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kualitas pendidikan. Manajemen sekolah secara langsung akan mempengaruhi dan menentukan efektif tidaknya kurikulum, berbagai peralatan belajar, waktu
mengajar, dan proses pembelajaran. Dengan demikian, upaya peningkatan kualitas pendidikan harus dimulai dengan pembenahan manajemen sekolah,
disamping peningkatan kualitas dan pengembangan sumber belajar.
3. Tinjauan Manajemen Berbasis Sekolah MBS a.
Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah MBS
Secara umum, Manajemen Berbasis Sekolah MBS dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada kepala
sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah guru, siswa, kepala sekolah, karyawan
orang tua siswa, dan masyarakat untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.
Suatu definisi MBS yang dikemukakan oleh Larry Kuehn dalam ERIC Clearinghouse on Educational Management” mengatakan bahwa nama untuk
Manajemen Berbasis Sekolah MBS sebagai terjemahan dari School Based Mangement SBM dapat didefinisikan sebagai suatu proses kerja komunitas
sekolah dengan cara menerapkan kaidah-kaidah otonomi, akuntabilitas, partisipasi, dan sustainabilitas untuk mencapai tujuan pendidikan dan
pembelajaran secara bermutu. Sudarwan Danim, 2006: 33. Berdasarkan rumusan tersebut maka terkandung beberapa maksud
mengenai manajemen berbasis sekolah adalah sebagai berikut:
commit to user
1 Manajemen lokal sekolah local management of school atau otonomi
sekolah secara lokal locally-autonomous schools, dimana sekolah memiliki otonomi pengelolaan pada tingkat kompleks building level atau
kompleks sekolah. Program internal sekolah dirancang dan dimplementasikan sendiri sesuai
dengan potensi yang dimiliki dan yang mungkin diakses oleh lembaga. 2
Pembagian kewenangan dalam pembuatan keputusan shared decision making, dimana Dinas Diknas melimpahkan sebagian kewenangannya
selama ini ketingkat sekolah, baik secara langsung maupun melalui komite Sekolah.
3 Pengelolaan sekolah secara mandiri self-managing Schools. Sekolah
memiliki kewenangan mengelola diri dalam lingkup yang cukup luas untuk menyusun perencanaan, program, penganggaran, dan implementasi.
4 Sekolah dengan penentuan pengelolaan secara mandiri self-determining
school. Sekolah memiliki kewenangan untuk ”menentukan nasib sendiri”, dimana sekolah memiliki kewenangan untuk mandiri atau menentukan
nasib sendiri misalnya mengenai standar prestasi, program unggulan, muatan lokal, kalender belajar, program-program khusus, dan sebagainya.
5 Manajemen sekolah yang bersifat partisipatori school participatory
management, tempat untuk dapat menciptakan kondisi sekolah yang efektif diperlukan partisipasi semua komunitas sekolah.
6 Devolusi devolution, berupa perubahan pengelolaan sekolah dari banyak
yang tergantung pada instansi di atasnya menjadi dikelola dengan kemandirian tertentu sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan komunitas
sekolah dan masyarakat sekitarya. 7
Desentralisasi pengelolaan sekolah school decentralization, yaitu meski sekolah merupakan sub sistem dan sistem pendidikan nasional sebagian
program yang selama ini banyak dipandu dari instansi di atasnya dikelola dengan cara didesentralisasikan atau dilaksanakan secara mandiri.
8 Restrukturisasi sekolah restructured schools, yaitu perubahan struktur
sekolah dari tidak lebih sebagai perpanjangan tangan unit birokrasi di
commit to user
atasnya ke lembaga akademik yang tidak terlalu diikat oleh kaidah-kaidah kerja birokrasi pendidikan.
9 Sekolah berbasis swakelola atau penyelenggaraan sekolah secara mandiri
self goverming, dimana sebagian program sekolah ini direncanakan,
didanai, dilaksanakan,
dan dievaluasi
sendiri keberhasilannya.
Menurut Sudarwan Danim 2006: 34, ”MBS didefinisikan sebagai desentralisasi kewenangan pembuatan keputusan pada tingkat sekolah”. Dimana,
pembuatan keputusan merupakan inti dan keseluruhan proses dan substansi tugas dari manajemen sekolah. Lebih lanjut Lori Jo Oswald dalam Sudarwan Danim
2006: 35 mengatakan ”School-based management can be defined as the decentralization of decision-making authority to the school site”.
Sedangkan menurut Mulyasa 2005: 24, ”MBS merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah perlibatan
masyarakat dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional”. Definisi lain mengenai MBS menurut Malik Fajar 2005: 77, ”MBS
merupakan bentuk altematif sekolah dalam melakukan program desentralisasi di bidang pendidikan, yang ditandai dengan otonomi luas di tingkat sekolah,
partisipasi masyarakat yang tinggi tanpa mengabaikan kebijakan pendidikan nasional”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa MBS adalah desentralisasi kewenangan pembuatan keputusan di tingkat sekolah yaitu dengan memberikan
otonomi luas di tingkat sekolah perlibatan masyarakat dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Sekolah diberikan kebebasan, kekuasaan, dan keleluasaan
yang disertai dengan tanggung jawab dalam mengelola sumber daya dan sumber dana sesuai dengan prioritas kebutuhan sekolah dengan mengakomodasi seluruh
kebutuhan masyarakat setempat.
b. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah MBS
Manajemen Berbasis Sekolah MBS merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan
commit to user
ilmu dan teknologi, yang dinyatakan dalam GBHN. Hal ini dapat dijadikan landasan dalam pengembangan pendidikan di Indonesia yang berkualitas dan
berkelanjutan, baik secara makro, meso, maupun mikro. MBS yang ditandai dengan otonomi sekolah dan perlibatan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Model MBS yang diterapkan di Indonesia adalah MPMBS Manajemen Peningkatan Mutu. Berbasis Sekolah.
Berikut dikemukakan tujuan dari penerapan MBS menurut Depdiknas 2001:4 adalah sebagai berikut :
1 Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2 Meningkatkan kepedulian warga dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama. 3
Meningkatkan tanggung jawab sekolah, kepala. sekolah, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya; dan
4 Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu
pendidikan yang akan dicapai.
Menurut Mulyasa 2005:25 Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah. adalah ”Agar sekolah dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja mutu
sekolah, dengan menyediakan layanan pendidikan yang komprehensif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat”.
Manajemen Berbasis Sekolah MBS bertujuan untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan, keluwesan, dan
sumber daya untuk meningkatkan mutu sekolah. Eman Suparman, 2001: http:www.depdiknas.go.id.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa MBS merupakan model pengelolaan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu. Mutu yang
dimaksud bukan hanya mutu lulusan yang diwujudkan dalam bentuk prestasi belajar, melainkan juga mutu pelayanan yang diberikan sekolah, mutu proses
pembelajaran, mutu masukan dan lain-lain sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja sekolah dengan memberikan pelayanan yang lebih baik
kepada para pengguna atau masyarakat yaitu penyediaan pelayanan pendidikan secara komprehensif.
commit to user
c. Alasan Diterapkannya MBS