Gambaran Sistem Pelaporan Near Miss, Unsafe Act dan Unsafe Condition di Proyek Mass Rapid Transit Jakarta (MRTJ) Tokyu-WIKA Joint Operation Tahun 2016

(1)

(MRTJ) TOKYU-WIKA JOINT OPERATION TAHUN 2016

SKRIPSI

OLEH : NURANI FITRI NIM : 1111101000055

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1437 H/2016 M


(2)

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar strata satu (S1) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juni 2016


(3)

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Skripsi, Agustus 2015 – Juni 2016

Nurani Fitri, NIM : 1111101000055

Gambaran Sistem Pelaporan Near Miss, Unsafe Act dan Unsafe Condition di Proyek Mass Rapid Transit Jakarta (MRTJ) Tokyu-WIKA Joint Operation Tahun 2016 xvii + 186 halaman, 5 tabel, 7 bagan, 20 gambar, 14 lampiran

ABSTRAK

Tokyu-WIKA Joint Operation (TWJO) merupakan perusahaan kerjasama antara Tokyu Construction Co., Ltd dengan DSU I WIKA yang bergerak di bidang konstruksi Mass Rapid Transit Jakarta (MRTJ) Surface Section CP 101 & CP 102. Kasus kecelakaan kerja yang terjadi di sektor konstruksi meliputi semua jenis pekerjaan proyek dan menimbulkan kerugian serius bagi perusahaan. Melaporkan semua kejadian yang tidak diinginkan seperti near miss merupakan aspek yang paling penting dari setiap program keselamatan. Semakin banyak near miss yang dilaporkan maka semakin banyak kesempatan untuk menyelidiki, mengidentifikasi dan memperbaiki akar penyebab sebelum kerugian serius terjadi. Sistem pelaporan near miss, unsafe act dan unsafe condition di TWJO belum memenuhi secara keseluruhan sistem pelaporan near miss (NEMIR System).

Penelitian ini dimulai sejak bulan Agustus 2015 sampai dengan Juni 2016 untuk mengetahui gambaran sistem pelaporan near miss, unsafe act dan unsafe condition di Proyek MRTJ TWJO Tahun 2016. Pendekatan sistem (input, proses, output) dan teori NEMIR system digunakan untuk mengetahui sistem pelaporan near miss, unsafe act dan unsafe condition perusahaan yang terdiri dari material, SDM, metode, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi pelaksanaan pelaporan dan kemudian memperoleh laporan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengumpulkan data primer melalui wawancara kepada informan, observasi dan mengumpulkan data sekunder melalui telaah dokumen. Validasi data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pelaporan near miss, unsafe act dan unsafe condition di Proyek MRTJ TWJO belum terlaksana dengan baik sesuai dengan NEMIR system. Terdapat beberapa kekurangan pada masing-masing tahapan sistem input-proses-output (komponen standar belum maksimal, belum terdapat amnesti dan laporannya belum tercatat dan terdokumentasi dengan lengkap).

Rekomendasi diberikan kepada pihak Divisi SHE dan Top Manajemen perusahaan yaitu membuat SOP terkait pelaporan dan form pelaporan unsafe act pada standar, memberlakukan punishment dan reward berkaitan dengan aktivitas pelaporan. Sedangkan untuk konsultan perusahaan rekomendasinya yaitu meningkatkan pemantauan dan pengawasan, memeriksa serta mengevaluasi kembali laporan-laporan SHE perusahaan.

Daftar Bacaan : 59 (1990-2016)


(4)

iii

STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM Undergraduate Thesis, June 2016 Nurani Fitri, NIM : 1111101000055

A Descriptive of Near miss, Unsafe Act and Unsafe Condition Reporting System in Mass Rapid Transit Jakarta (MRTJ) Project TOKYU-WIKA Joint Operation 2016 xvi + 183 pages, 5 tables, 7 charts, 20 pictures, 14 attachments

ABSTRACT

Tokyu-WIKA Joint Operation (TWJO) is a collaboration between Tokyu Construction Co., Ltd and DSU I WIKA company works in construction Mass Rapid Transit Jakarta(MRTJ) Project Surface Section CP 101 and CP102. Cases of occupational accidents that occurred in construction sector covering all types of project work and cause serious harm to the company. Reporting all undesired incidents such as near miss is the most important aspect of any safety programs. The more near miss are reported, the more opportunities to investigating, identifying and correcting the root causes before serious loss occur. Near miss, unsafe act and unsafe condition reporting

system in TWJO wasn’t filled to the overall near miss reporting system (NEMIR System).

This research was began in August 2015 until June 2016 to find out a description of near miss, unsafe actand unsafe condition reporting system in TWJO MRTJ Project 2016. The system approach (input, process, output) and NEMIR System theory were used to determined near miss, unsafe act and unsafe condition reporting system in the company consisting of material, human resources, method, implementation, monitoring, evaluation and then to get a report. This research is a qualitative research by collecting primary data through the interview with informants, observation and then collecting secondary data through review of documents. Data validation was using triangulation sources and methods.

The result showed that near miss, unsafe act and unsafe condition reporting system in

TWJO MRTJ Project 2016 hasn’t done well in implementation with NEMIR System. There are

some lack on each stage of the input-process-output system (standard document is not

maximized,there hasn’t been amnesty and the reports haven’t been recorded and full documented.

The recommendations are given to SHE Division and Top Management of company to make SOP related to reporting and unsafe act reporting form on the standard, applying the punishment and reward related to reporting activities. And recommendation for consulting firm is to improve monitoring and observation, checking and re-evaluting SHE company reports.

References : 59 (1990-2016)


(5)

(6)

(7)

vi

IDENTITAS DIRI

Nama : Nurani Fitri

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Maret 1994

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Maluku Blok C72 No 19 RT 02/RW 08

Perumahan Sarua Permai Benda Baru Pamulang, Tangerang Selatan.

Telp : 085693253949

Email : nuranifitriboo@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

 1998 - 1999 : TK Islam Al-Hilal, Ambon

 1999 - 2000 : SD Negeri Bawakaraeng 03, Makassar  2000 - 2005 : SD Negeri Sarua 06

 2005 - 2008 : SMP Negeri 1 Pamulang

 2008 - 2011 : SMA Negeri 1Ciputat (1 Kota Tangerang Selatan)  2011 - Sekarang : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta PENGALAMAN ORGANISASI

 Anggota KIR SMP Negeri 1 Pamulang : 2005 - 2007  Bendahara Mading SMA Negeri 1 Ciputat : 2009 - 2011

 Anggota Paduan Suara FKIK (PASIFIK) UIN Jakarta : 2011 – Sekarang  Staff Public Relation, Forum Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2012 – 2014 PELATIHAN

 Peserta Orientasi Akademik dan Kebangsaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011

 Peserta Workshop Paduan Suara FKIK (PASIFIK) UIN Jakarta “Satukan Hati PASIFIK dengan Harmonisasi Musik” tahun 2011

 Peserta Seminar “Lokakarya Nasional Rancangan UU Tenaga Kesehatan 2013” tahun 2012

 Peserta Talkshow Nasional “Peringatan Hari AIDS se-Dunia 2012 Say Hi to AIDS!” tahun 2012

 Peserta Seminar Profesi Kesehatan Lingkungan “Eco Driving : Smart Sollution to Reduce Poluttion” tahun 2012


(8)

vii

 Peserta Seminar Profesi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) “Gambaran Budaya K3 di Rumah Sakit tahun 2013” tahun 2013

 Peserta Basic Fire Fighting FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013

 Peserta Workshop“Ergonomi di Tempat Kerja” tahun 2014

 Peserta Workshop “Investigasi dan Pencegahan Kecelakaan Kerja” tahun 2014

 Peserta Workshop“Manajemen Kebakaran dan Ledakan” tahun 2014  Peserta Workshop“Manajemen Risiko dan Pengendalian Kerugian” tahun

2014

 Peserta Training “SMK3 Based on OHSAS 18001 dan PP No. 50 tahun 2012” tahun 2014

KEPANITIAAN

 Penanggung Jawab Divisi Acara Bakti Sosial Pengobatan Gratis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012

 Ketua Divisi Publikasi Dekorasi dan Dokumentasi Workshop PASIFIK UIN Jakarta ”Satu Melodi, Satu Irama Jiwa dalam Harmonisasi Suara” tahun 2012

 Panitia Ketok 1000 Pintu ”Aksi Tanggap Darurat Peduli Kesehatan Keluarga” tahun 2012

 Panitia Workshop PASIFIK UIN Jakarta Interpidezza tahun 2013

 Panitia Seminar Profesi K3 “Optimalisasi Pemenuhan Regulasi Prasarana Perlintasan Kereta Api Demi Stabilitas Transportasi Nasional” tahun 2014


(9)

viii

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Alhamdulillah, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Gambaran Sistem Pelaporan Near Miss, Unsafe Act dan Unsafe Condition di Proyek Mass Rapid Transit Jakarta (MRTJ) Tokyu-WIKA Joint Operation Tahun 2016”. Shalawat beserta salam yang teriring doa semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa atas izin Allah SWT mengajarkan umatnya untuk terus memperoleh ilmu pengetahuan yang kelak bermanfaat bagi sesamanya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas akhir mahasiswa/i peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun di dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua saya yang tercinta Papa dan Mama (H. Rahim Laema dan Hj. Hajerah Rahim), Kak Ari (Nurharij Apriani R. Laema) dan Fitrah (M. Fitrah Habibullah) karena atas doa dan dukungan yang tak henti-hentinya sehingga saya mampu menyelesaikan, memperoleh dan menjalani pendidikan hingga saat ini S1 di jenjang universitas;

2. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta;

3. Ibu Fajar Ariyanti, M. Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat dan Para Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta;

4. Bapak Dr. M. Farid Hamzens, M.Si selaku pembimbing I dan Ibu Minsarnawati, S.KM, M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan


(10)

ix

5. Ibu Dr. Iting Shofwati, S.T, M.KKK selaku Dosen Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terima kasih atas motivasinya, ilmunya, pengetahuan dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis;

6. Tokyu-WIKA Joint Operation (SHE Division dan semua yang terlibat) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (QSHE Departemen Power Plant dan Energi) yang telah memberikan kesempatan untuk memperoleh izin terkait penelitian, memperoleh banyak informasi, dukungan, ilmu, pengalaman maupun arahan selama proses penyusunan skripsi ini;

7. Semua Dosen Penguji, terima kasih atas kritik, saran dan kesediaan waktunya telah menjadi penguji dalam skripsi ini;

8. Sahabat-sahabat tersayang (Nauval, Rika, Obin dan Urukucup; Ridwan, Mumu, Aji, Ega, Farah, Bremi, Raya, Flo) yang selalu memberikan dukungan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini dan atas keseruan kalian hingga saat ini;

9. Kawan Sholihah, K3 2011 dan Kesehatan Masyarakat 2011 UIN Jakarta, dsb yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, dengan doa dan harapan bahwa segala kebaikan yang mereka berikan dapat bermanfaat bagi penulis. Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini masih terdapat berbagai kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kelak dapat menjadi lebih baik lagi, Aamiin.Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, Juni 2016

Nurani Fitri (Penulis)


(11)

x

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR ISTILAH ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Pertanyaan Penelitian ... 8

D. Tujuan ... 9

1. Tujuan Umum ... 9

2. Tujuan Khusus ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

1. Bagi Peneliti ... 10

2. Bagi Institusi Pendidikan ... 10

3. Bagi Perusahaan Tokyu-WIKA Joint Operation ... 11

F. Ruang Lingkup ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Pekerjaan Konstruksi ... 13

B. Program K3 ... 14

C. Perilaku dan Kondisi Tempat Kerja ... 20


(12)

xi

D. Near Miss ... 24

E. Accident ... 25

1. Teori Kecelakaan Kerja ... 25

F. Accident or Near Miss Incident Ratio ... 29

G. Definisi Sistem, Pendekatan Sistem dan Pelaporan ... 30

1. Sistem ... 30

2. Pendekatan Sistem ... 31

3. Pelaporan ... 35

H. Definisi Near Miss Incident Report (NEMIR) System ... 35

I. Kerangka Teori... 40

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH ... 43

A. Kerangka Berpikir ... 43

B. Definisi Istilah ... 48

BAB IVMETODE PENELITIAN... 51

A. Jenis Penelitian ... 51

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 51

C. Informan Penelitian ... 51

D. Instrumen Penelitian... 53

E. Metode Pengumpulan Data ... 54

F. Validasi Data ... 56

1. Triangulasi Sumber ... 56

2. Pendekatan Metode ... 57

G. Pengolahan dan Analisa Data... 59

H. Penyajian Data ... 61

BAB VHASIL ... 62

A. Gambaran Umum Perusahaan ... 62

1. Lokasi dan Rute MRT Jakarta ... 62

2. Jenis Kegiatan ... 63

3. Ruang Lingkup Pekerjaan ... 64


(13)

xii

1. Material ... 69

2. Sumber Daya Manusia (SDM) ... 97

3. Metode ... 109

C. Hasil Gambaran Tahap Proses dalam Sistem Pelaporan Near Miss, Unsafe Act dan Unsafe Condition MRTJ TWJO Tahun 2016 ... 111

1. Pelaksanaan Pelaporan ... 112

2. Pemantauan Pelaksanaan Pelaporan ... 131

3. Evaluasi Pelaksanaan Pelaporan ... 135

D. Hasil Gambaran Tahap Output dalam Sistem Pelaporan Near Miss, Unsafe Act dan Unsafe Condition MRTJ TWJO Tahun 2016 ... 142

1. Laporan Near Miss ... 142

2. Laporan Unsafe Act ... 145

3. Laporan Unsafe Condition ... 147

BAB VIPEMBAHASAN ... 154

A. Keterbatasan Penelitian ... 154

B. Gambaran Sistem Pelaporan Near Miss, Unsafe Act dan Unsafe Condition MRTJ TWJO Tahun 2016 ... 154

C. Gambaran Tahap Input dalam Sistem Pelaporan Near Miss, Unsafe Act dan Unsafe Condition MRTJ TWJO Tahun 2016 ... 156

1. Material ... 157

2. Sumber Daya Manusia (SDM) ... 163

3. Metode ... 164

D. Gambaran Tahap Proses dalam Sistem Pelaporan Near Miss, Unsafe Act dan Unsafe Condition MRTJ TWJO Tahun 2016 ... 166

1. Pelaksanaan Pelaporan ... 166

2. Pemantauan Pelaksanaan Pelaporan ... 170

3. Evaluasi Pelaksanaan Pelaporan ... 171

E. Gambaran Output dalam Sistem Pelaporan Near Miss, Unsafe Act dan Unsafe Condition MRTJ TWJO Tahun 2016 ... 171

BAB VIISIMPULAN DAN SARAN ... 177

A. Simpulan ... 177


(14)

xiii

3. Saran untuk Konsultan Perusahaan ... 180 DAFTAR PUSTAKA ... 182 LAMPIRAN ...


(15)

xiv

Tabel 3.1 Definisi Istilah ... 48

Tabel 4.1 Informan Penelitian ... 53

Tabel 4.2 Matriks Triangulasi Sumber... 57

Tabel 4.3 Matriks Triangulasi Metode ... 58


(16)

xv

Bagan 2.1 Accident/Near Miss Ratio Study ... 30

Bagan 2.2 Diagram Alir Sederhana Elemen Sistem ... 31

Bagan 2.3 Diagram Alir Elemen Sistem dengan Feedback ... 33

Bagan 2.4 Kerangka Teori ... 42

Bagan 3.1 Kerangka Berpikir ... 47

Bagan 5.1 Struktur Organisasi Tokyu-WIKA Joint Operation ... 68


(17)

xvi

Gambar 2.1 Teori Loss Causation Model ... 28

Gambar 2.2 Near Miss Reporting Form ... 37

Gambar 2.3 Teori Loss Causation Model ... 46

Gambar 5.1 Lokasi dan Rute MRT Jakarta ... 63

Gambar 5.2 Lokasi Proyek CP 101 dan CP 102 ... 65

Gambar 5.3 Daily Safety Patrol Form ... 75

Gambar 5.4 Near Miss Form ... 76

Gambar 5.5 Kebijakan K3 TWJO ... 85

Gambar 5.6 Dokumentasi Kebijakan K3 TWJO ... 86

Gambar 5.7 Lampiran Standar Operasional Prosedur pada Dokumen Site Safety Plan ... 89

Gambar 5.8 Unsafe Act pada Pekerjaan Fabrikasi Besi dan Pengelasan (Penggunaan APD)... 96

Gambar 5.9 Unsafe Condition (Penempatan Material Scaffolding dan Kebersihan Lokasi Kerja ... 97

Gambar 5.10 Statistic Safety record... 102

Gambar 5.11 Monthly HSE Performance Report ... 102

Gambar 5.12 Kebijakan Terhadap Pelanggaran Disiplin Pemakaian Alat Pelindung Diri... 129

Gambar 5.13 Foto Site Inspection dari JMCMC ... 134

Gambar 5.14 Weekly Meeting SHE with Construction and Subcontractor ... 139

Gambar 5.15 Tabel Kejadian Near Miss pada HSE Monthly Report January-April 2016 ... 144

Gambar 5.16 Record Kejadian Near Miss pada HSE Monthly Report ... 145


(18)

xvii APD CP DSM DSU I EPC ILO JMCMC K3 K3L LTI MTI MRTJ NEMIR NSC OHSAS OSHA PAK PM QA QSHE SDM SHE SMK3 SO TWJO WIKA : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :

Alat Pelindung Diri Contract Package Deputy Safety Manager Departemen Sipil Umum I

Engineering, Procurement and Construction International Labour Organization

Jakarta Mass Rapid Transit Construction Management Consultant Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Lost Time Injury

Media Treatment Injury Mass Rapid Transit Jakarta Near Miss Reporting National Safety Council

Occupational Health and Safety Advisory Services Occupational Safety and Health Administration Penyakit Akibat Kerja

Project Manager Quality Assurance

Quality, Safety, Health and Environment Sumber Daya Manusia

Safety, Health and Environment

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Safety Officer

Tokyu-WIKA Joint Operation Wijaya Karya


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia perindustrian saat ini bergerak di berbagai bidang atau sektor, sektor industri jasa konstruksi merupakan salah satunya. Pada umumnya semua jenis pekerjaan melibatkan sejumlah pekerja dalam melakukan proses pekerjaan, begitu pula dengan pekerjaan konstruksi. Kejadian yang banyak terjadi adalah kecelakaan kerja akibat belum dilakukan penanganan terhadap pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja secara mantap dan menyeluruh pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan.

Menurut International Labour Organization secara global diperkirakan 337 juta kecelakaan kerja terjadi dan 2,3 juta kematian akibat kerja terjadi setiap tahunnya (ILO, 2014). Di dunia, hampir setiap tahunnya pada tempat kerja terdapat 250 juta pekerja yang mengalami cidera, 150 juta pekerja yang terkena penyakit akibat kerja dan lebih dari 1,1 juta pekerja yang meninggal dunia (Titas, 2013).

Berdasarkan hasil perhitungan U.S BLS (United State Bureau of Labour Statistics) yang dilaporkan menyebutkan bahwa kecelakaan kerja fatal di konstruksi tahun 2011 yaitu sebanyak 4.383 kasus, naik sebesar 5% menjadi 4.628 kasus di tahun 2012 (BLS, 2014). Kecelakaan kerja tersebut diantaranya adalah cidera fatal pada pekerja penuh kontraktor


(20)

yang menyebabkan 715 kematian (15,45%) dan pekerja kontrak menyumbang sebanyak 15% (BLS, 2014). Sedangkan di tahun 2013 kecelakaan kerja mengalami penurunan menjadi 4.585 kasus dan kemudian mengalami peningkatan kembali di tahun 2014 menjadi 4.679 kasus (BLS, 2015).

Angka kecelakaan kerja di Indonesia termasuk yang paling tinggi di kawasan Asia Tenggara. Di tahun 2010, hampir 32% kasus kecelakaan kerja yang ada terjadi di sektor konstruksi yang meliputi semua jenis pekerjaan proyek gedung, jalan, jembatan, terowongan, irigasi bendungan dan sejenisnya (Jamsostek, 2010). PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Persero) mencatat sepanjang tahun klaim terhadap program jaminan kecelakaan kerja (JKK).

Klaim terhadap program jaminan kecelakaan kerja (JKK) di tahun 2013 sebesar 563 miliar rupiah yaitu sebanyak 103.285 kasus yang diantaranya berupa cacat fungsi, cacat sebagian, cacat total tetap, sembuh dan meninggal dunia. Sedangkan di tahun 2014 kasus kecelakaan yang terjadi sebanyak 105.383 kasus dan program JKK yaitu sebesar 652 miliar rupiah (BPJS Ketenagakerjaan, 2015). Klaim terhadap program JKK mengalami peningkatan dari tahun 2013 ke tahun 2014.

National Safety Council (2013) menyatakan bahwa insiden yang terjadi setiap hari di tempat kerja dapat mengakibatkan cidera atau kerusakan serius. Pelaporan near miss dapat membantu mencegah


(21)

insiden terjadi di kemudian hari dan perusahaan perlu membuat proses pelaporan near miss semudah mungkin dapat dipahami.

Beberapa perusahaan mungkin tidak memiliki budaya pelaporan dimana para pekerjanya didorong untuk melaporkan kejadian near miss. Namun sejarah memperlihatkan bahwa setiap kerugian atau kecelakaan kerja berulang kali terjadi dipicu oleh kejadian near miss. Maka dengan mengenali dan melaporkan setiap kejadian near miss secara signifikan dapat meningkatkan keselamatan pekerja dan meningkatkan budaya keselamatan (NSC, 2013).

Menurut Bird dan Germain (1990), unsafe act, unsafe condition dan near miss merupakan hal yang patut dipelajari dan dicegah agar tidak terjadi kecelakaan kerja yang mampu mengakibatkan sejumlah kerugian. McKinnon (2012) menyatakan bahwa banyak peristiwa yang tampaknya tidak penting memiliki potensi untuk cidera dan kerugian lainnya. Namun jika diakui, dilaporkan dan diperbaiki akar penyebab kejadian near miss dapat mengeliminasi terjadinya cidera dan kecelakaan kerja.

Di dalam penelitian Annishia (2011) pada pekerja konstruksi di PT PP (Persero) menyatakan bahwa perilaku tidak aman (unsafe act) memegang pengaruh yang besar terhadap terjadinya kecelakaan kerja dibandingkan dengan kondisi tidak aman (unsafe condition). Hasil penelitian lainnya menyatakan bahwa terdapat 52% pekerja yang berperilaku tidak aman dibandingkan dengan pekerja yang berperilaku aman di tempat kerja (Putri dkk., 2013). Selain itu, setiap perusahaan


(22)

harus memastikan bahwa setiap unsafe act dan unsafe condition dilaporkan agar kemudian dapat ditindaklanjuti (Bird and Germain, 1990).

Terdapat dua alasan utama pekerja berperilaku tidak aman di tempat kerja yaitu karena ketidaktahuan atau kurangnya informasi tentang keselamatan dan ketidakpedulian akan pentingnya keselamatan (Titas, 2013). Peraturan yang terdapat di proyek dan ketersediaan APD sangat memungkinkan pekerja konstruksi berperilaku dalam bekerja. Adanya pengawasan dari pengawas dan SHE Officer juga memberikan pengaruh terhadap perilaku pekerja konstruksi dalam bekerja, karena pekerja selalu merasa diawasi saat bekerja (Annishia, 2011).

Kecelakaan yang terjadi di site konstruksi umumnya dapat dikatakan sebagai kelemahan Sistem Manajemen K3 perusahaan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor teknis, teknologi (peralatan) dan organisasi (Titas, 2013). Organisasi atau manajemen perusahaan melaksanakan program K3 disamping untuk memberikan perlindungan terhadap kecelakaan kerja, juga untuk mencegah kerugian yang besar bagi perusahaan (Riantiwi, 2012).

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia yang bergerak di bidang Engineering, Procurement & Construction (EPC) serta Investasi. Terdapat sejumlah departemen yang bergerak di berbagai bidang konstruksi. Tokyu-WIKA Joint Operation (TWJO) merupakan perusahaan kerjasama antara Perusahaan Jepang (Tokyu Construction Co., Ltd) dengan Departemen


(23)

Sipil Umum I WIKA yang bergerak di bidang konstruksi Mass Rapid Transit Jakarta (MRTJ). Bertanggung jawab pada pelaksanaan proyek MRTJ Surface Section area CP101 dan CP102.

WIKA memiliki kebijakan K3 yang berkomitmen untuk mencegah kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan, dengan sasaran tercapainya zero accident, efisiensi penggunaan sumber daya dan pencegahan environmental incident. Sedangkan TWJO memiliki kebijakan K3 yang berkomitmen untuk mendorong praktik kerja yang aman pada Proyek Konstruksi MRT Jakarta sesuai dengan undang-undang K3 serta aturan dan peraturan Pemerintah Indonesia dan otoritas terkait yang memiliki kewenangan hukum.

Menurut Data Statistik Kinerja Keselamatan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk selama kurun waktu 3 tahun terakhir, terdapat sejumlah kecelakaan kerja. Di tahun 2012 terdapat kecelakaan kerja No Loses Time Injury (NLTI) sebanyak 83 kasus. Meskipun di tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 50 kasus, namun di tahun 2014 mengalami kenaikan menjadi 189 kasus (WIKA, 2015)

Sedangkan kejadian kecelakaan kerja yang membutuhkan perawatan medis atau Medical Treatment Injury (MTI) di tahun 2012 sebanyak 12 kasus. Di tahun 2013 dan 2014 mengalami peningkatan yaitu sebanyak 20 dan 38 kasus. Sejauh ini di perusahaan tidak terdapat kecelakaan yang berakibat Loses Time Injury (LTI) maupun Fatality atau Kematian (WIKA, 2015).


(24)

Berdasarkan Laporan Kecelakaan Kerja, Near miss dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) bulan Januari hingga Desember 2015 pada Proyek MRTJ TWJO diperoleh bahwa terdapat sejumlah kecelakaan kerja yaitu sebanyak 7 kasus, 4 kasus diantaranya merupakan kategori ringan dan 3 kasus lainnya merupakan kategori berat yang menyebabkan LTI dan MTI. Selain itu, sepanjang tahun 2015 untuk pelaporan terkait Near miss hanya terdapat satu kejadian yang dilaporkan, dan untuk pelaporan terkait kondisi mekanik fisik berbahaya (unsafe condition) dan tindakan berbahaya (unsafe act) yang terjadi diperusahaan tidak terdapat rekapitulasi data pelaporannya (TWJO, 2015).

Pada laporan bulanan proyek TWJO dan fakta yang diuraikan sebelumnya menjelaskan bahwa masih terdapat sejumlah kasus kecelakaan kerja pada site konstruksi MRTJ. Selain itu, masih terdapat pekerja konstruksi yang berperilaku tidak aman (unsafe act) diantaranya adalah memuat dan menempatkan secara tidak aman, menggunakan peralatan yang tidak aman atau tanpa peralatan, mengambil posisi atau sikap tubuh yang tidak ergonomi, tidak menggunakan APD, melakukan pekerjaan tanpa wewenang serta tindakan berbahaya lainnya yaitu merokok di area kerja.

Terdapat pula kondisi tidak aman (unsafe condition) berupa penyimpanan dan peletakkan yang tidak aman, kondisi yang tidak semestinya (licin, tajam, kasar, retak, dll), pengamanan yang tidak sempurna, peralatan atau bahan yang tidak seharusnya dan kondisi berbahaya lainnya. Hal-hal tersebut masih ditemukan saat dilakukan


(25)

inspeksi pada site konstruksi namun data pelaporan terkait unsafe act belum dilaporkan dan minimnya data pelaporan terkait near miss dan unsafe condition.

Perilaku, kondisi tidak aman dan kejadian near miss yang terjadi dapat memberikan peluang kecelakaan kerja dapat terulang. TWJO memiliki form pelaporan yang berkaitan dengan perilaku pekerja, kondisi tidak aman dan kejadian near miss yang mengacu pada dokumen Site Safety Plan (TWJO-PLN-0003-revD). Namun Divisi SHE belum melakukan pencatatan dan pelaporan terkait unsafe act, minimnya data unsafe condition dan data pelaporan near miss. Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait “Gambaran Sistem Pelaporan Near miss, Unsafe Act dan Unsafe Condition di Proyek Mass Rapid Transit Jakarta (MRTJ) Tokyu-WIKA Joint Operation (TWJO) Tahun 2016”.

B. Rumusan Masalah

WIKA merupakan industri yang bergerak di bidang engineering, procurement dan construction. Setiap departemen yang terdapat di WIKA memiliki bahaya dan tingkat risiko yang berbeda-beda. Komitmen WIKA untuk mencegah kecelakaan kerja, PAK dan pencemaran lingkungan, dengan sasaran tercapainya zero accident, efisiensi penggunaan sumber daya dan pencegahan environmental incident masih belum optimal.

TWJO merupakan perusahaan kerjasama antara pihak jepang (Tokyu) dengan Departemen Sipil Umum I WIKA yang bergerak di


(26)

bidang konstruksi Mass Rapid Transit Jakarta (MRTJ). Bertanggung jawab pada pelaksanaan proyek MRTJ CP101 dan CP102. Berdasarkan Laporan Kecelakaan Kerja, Near miss dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) bulan Januari hingga Desember 2015 pada Proyek MRTJ TWJO diperoleh bahwa terdapat sejumlah kecelakaan kerja yaitu sebanyak 7 kasus, 4 kasus diantaranya merupakan kategori ringan dan 3 kasus lainnya merupakan kategori berat yang menyebabkan LTI dan MTI. Sepanjang tahun 2015 untuk pelaporan near miss hanya terdapat satu kejadian yang dilaporkan. Sedangkan untuk pelaporan terkait kondisi mekanik fisik berbahaya (unsafe condition) dan tindakan berbahaya (unsafe act) yang terjadi diperusahaan tidak terdapat rekapitulasi data pelaporannya (TWJO, 2015).

Minimnya pelaporan near miss dan belum maksimalnya data pelaporan terkait perilaku tidak aman dan kondisi tidak aman pada proyek serta adanya komitmen perusahaan demi mencegah terjadinya kecelakaan kerja terulang, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran Sistem Pelaporan Near Miss, Unsafe Act dan Unsafe Condition di Proyek Mass Rapid Transit Jakarta (MRTJ) Tokyu-WIKA Joint Operation (TWJO) Tahun 2016”.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran input sistem pelaporan near miss, unsafe act dan unsafe condition di proyek Mass Rapid Transit Jakarta (MRTJ) Tokyu-WIKA Joint Operation (TWJO) Tahun 2016?


(27)

2. Bagaimana gambaran proses sistem pelaporan near miss, unsafe act dan unsafe condition di proyek Mass Rapid Transit Jakarta (MRTJ) Tokyu-WIKA Joint Operation (TWJO) Tahun 2016? 3. Bagaimana hasil atau output dari sistem pelaporan near miss,

unsafe act dan unsafe condition di proyek Mass Rapid Transit Jakarta (MRTJ) Tokyu-WIKA Joint Operation (TWJO) Tahun 2016?

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui sistem pelaporan near miss, unsafe act dan unsafe condition di proyek Mass Rapid TransitJakarta (MRTJ) Tokyu-WIKA Joint Operation (TWJO) Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Diperolehnya gambaran input sistem pelaporan near miss, unsafe act dan unsafe condition di proyek Mass Rapid Transit Jakarta (MRTJ) Tokyu-WIKA Joint Operation (TWJO) Tahun 2016.

b. Diperolehnya gambaran proses sistem pelaporan near miss, unsafe act dan unsafe condition di proyek Mass Rapid Transit Jakarta (MRTJ) Tokyu-WIKA Joint Operation (TWJO) Tahun 2016.

c. Diperolehnya hasil atau output dari sistem pelaporan near miss, unsafe act dan unsafe condition di proyek Mass Rapid


(28)

Transit Jakarta (MRTJ) Tokyu-WIKA Joint Operation (TWJO) Tahun 2016.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

a. Memperoleh pengetahuan, menambah wawasan dan mengetahui bagaimana sistem pelaporan near miss, pelaporan unsafe act dan unsafe condition dalam langkah mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja, mengamati perilaku pekerja konstruksi dan kondisi di tempat kerja serta membantu pelaksanaan SMK3 di proyek Mass Rapid Transit Jakarta (MRTJ) Tokyu-WIKA Joint Operation (TWJO).

b. Menerapkan ilmu K3 yang diperoleh pada bangku perkuliahan ke dalam dunia pekerjaan atau tempat kerja. c. Berkontribusi secara nyata pada perusahaan dan

memperoleh pengalaman di lapangan sebagai bentuk kesiapan dalam menghadapi dunia kerja.

2. Bagi Institusi Pendidikan

a. Menjalin kerjasama yang baik antara pihak instansi perusahaan dengan pihak institusi pendidikan.

b. Membuka peluang baru sebagai rekomendasi tempat magang atau penelitian skripsi bagi para mahasiswa kesehatan masyarakat khususnya K3.


(29)

c. Memperoleh referensi baru dari penelitian skripsi yang dilakukan untuk pengembangan penelitian selanjutnya dan dapat dijadikan sebagai masukan atau saran dalam meningkatkan kurikulum yang telah diterapkan.

3. Bagi Perusahaan Tokyu-WIKA Joint Operation (TWJO) a. Memperoleh masukan dan rekomendasi yang positif

dalam mengevaluasi berbagai kekurangan terkait pelaksanaan K3 yang ada di perusahaan dan yang berkaitan dengan pencatatan dan pelaporan.

b. Menjalin kerjasama yang baik dengan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan K3 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dalam menerapkan kemampuan dan meningkatkan kualitas SDM yang baik. c. Penelitian atau skripsi dapat dijadikan sebagai bahan

referensi dalam mengevaluasi kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan K3 di perusahaan sebagai upaya peningkatan berkelanjutan.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode pendekatan kualitatif deskriptif dalam memperoleh data-data dan menggali informasi terkait sistem pelaporan near miss, unsafe act dan unsafe condition di proyek Mass Rapid Transit Jakarta (MRTJ) Tokyu-WIKA Joint Operation (TWJO). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2015


(30)

sampai dengan bulan Mei 2016. Pengambilan data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah memperoleh data primer dengan melakukan wawancara (in-depth interview) kepada informan utama, kunci dan pendukung, melakukan observasi dan memperoleh data sekunder dengan melakukan telaah dokumen pada perusahaan terkait penelitian.


(31)

13

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Pekerjaan Konstruksi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50, 2012). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) harus dimulai dari membuat suatu kebijakan yang dapat dilaksanakan dan ditindaklanjuti oleh manajemen. Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah komitmen bahwa tim manajemen dan karyawan setuju dalam menciptakan keselamatan (McKinnon, 2012).

Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup bangunan gedung, bangunan sipil, instalasi mekanikal dan elektrikal serta jasa pelaksanaan lainnya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain dalam jangka waktu tertentu (PERMEN PU No. 5, 2014).

Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA, 2016) konstruksi adalah industri dengan bahaya tinggi yang terdiri dari berbagai kegiatan yang melibatkan pembangunan, perubahan,


(32)

dan atau perbaikan. Contoh pekerjaan konstruksi adalah pembangunan perumahan, pembuatan jembatan dan jalan, penggalian, dll.

Tenaga kerja merupakan aset perusahaan yang harus diberikan perlindungan terhadap aspek K3 mengingat ancaman bahaya potensial yang berhubungan dengan pekerjaan (PP RI No. 50, 2012). Pekerja konstruksi terlibat dalam banyak kegiatan dengan bahaya yang serius seperti jatuh dari ketinggian, mesin yang terjaga tanpa pelindung, tersambar alat berat, bahaya listrik, paparan debu, dsb (OSHA, 2016)

Pada pekerjaan konstruksi sebagian besar bahaya-bahayanya adalah nyata dan dapat ditemukan hampir setiap hari. Penyebab dari kecelakaan-kecelakaan dapat diketahui dengan baik dan seringkali terulang kembali. Maka tindakan yang dilakukan adalah dengan mengontrol risiko-risiko yang timbul dalam setiap proses pekerjaan (Rijanto, 2010).

Pekerjaan konstruksi di dalam pelaksanaannya terdapat kontrol terhadap para pekerjanya. Standar peraturan yang dibuat oleh perusahaan tidak memberikan jaminan bahwa pekerja akan bekerja dengan cara yang aman. Namun kebiasaan bekerja dengan aman merupakan hasil dari upaya pelatihan terhadap pekerja dan supervisi yang efektif dalam melakukan pengawasan (Rijanto, 2010).

B. Program K3

Perusahaan konstruksi yang sadar akan keselamatan, melakukan pekerjaannya dengan merancang suatu program K3L yang baik sebelum memulai pekerjaannya. Tingkat kegiatan program K3L ditentukan oleh


(33)

berbagai situasi yang berkaitan dengan bahaya dan tingkat risiko pada situasi tersebut. Semakin besar risiko maka akan semakin banyak diperlukannya kontrol terhadap pekerjaan yang dilakukan (Rijanto, 2010).

Pekerjaan untuk mengidentifikasi bahaya terhadap K3 di tempat kerja harus dilakukan secara terencana, menyeluruh dan dengan teknik yang akurat. Metode yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan inspeksi, pengamatan terhadap pekerjaan, survei dan penilaian teknis, serta pengawasan. Perusahaan semakin mencari cara dalam meningkatkan keterlibatan karyawan terhadap keselamatan dengan melakukan pengembangan program yang inovatif untuk keselamatan (Suryatno dkk., 2015).

Program pencegahan cidera dan penyakit merupakan alat yang efektif dalam mengurangi cidera, penyakit dan kematian akibat pekerjaan. Program pencegahan cidera dan penyakit harus termasuk sistematika identifikasi, evaluasi dan pencegahan atau pengendalian pada bahaya-bahaya yang umum di tempat kerja dan bahaya-bahaya dari tugas dan pekerjaan yang khusus (OSHA, 2013).

Elemen-elemen kunci dari semua program-program pencegahan cidera dan penyakit adalah kepemimpinan manajemen, partisipasi pekerja, identifikasi dan penilaian bahaya, pencegahan dan pengendalian bahaya, pendidikan dan pelatihan, serta program evaluasi dan peningkatan (OSHA, 2012). Program efektif yang termasuk didalam elemen-elemen utama tersebut diantaranya (OSHA, 2013) :


(34)

1. Kepemimpinan Manajemen (Management Leadership)

a. Menetapkan tujuan keselamatan dan kesehatan yang jelas untuk program dan menentukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut

b. Menunjuk satu atau lebih individu dengan tanggung jawab secara keseluruhan untuk menerapkan dan memelihara program

c. Menyediakan sumber daya yang cukup untuk menjamin pelaksanaan program yang efektif

Manajemen K3 di tempat kerja bertanggung jawab secara penuh dalam mengatur dan mengontrol seluruh manajemen organisasi. Dengan kata lain Near Miss Reporting (NEMIR) System dapat mencapai kesuksesan jika dipimpin, didukung dan berdasarkan inisiatif dari manajemen (McKinnon, 2012).

2. Partisipasi Pekerja (Worker Participation)

a. Berkonsultasi dengan pekerja dalam mengembangkan dan melaksanakan program serta melibatkan mereka dalam memperbarui dan mengevaluasi program

b. Mengikutsertakan pekerja untuk inspeksi dan investigasi insiden di tempat kerja

c. Mendorong para pekerja untuk melaporkan kekhawatiran seperti bahaya, cidera, penyakit dan near misses

d. Melindungi hak-hak pekerja yang berpartisipasi dalam program ini


(35)

3. Identifikasi dan Penilaian Bahaya (Hazard Identification and Assessment)

a. Mengidentifikasi, menilai dan mendokumentasikan bahaya di tempat kerja, memeriksa tempat kerja dan meninjau informasi yang tersedia terkait bahaya yang ada di tempat kerja

b. Menyelidiki cidera dan penyakit untuk mengidentifikasi bahaya yang mungkin dapat menyebabkan hal tersebut

c. Menginformasikan kepada pekerja terkait bahaya di tempat kerja

4. Pencegahan dan Pengendalian Bahaya (Hazard Prevention and Control)

a. Menetapkan dan melaksanakan rencana untuk memprioritaskan dan mengendalikan bahaya yang teridentifikasi di tempat kerja

b. Memberikan kontrol sementara untuk melindungi pekerja dari bahaya yang tidak dapat dikontrol secara langsung c. Memverifikasi bahwa semua tindakan pengendalian bahaya

dilaksanakan dan efektif

d. Membahas rencana pengendalian bahaya dengan pekerja yang terkena dampak

5. Pendidikan dan Pelatihan (Education and Training)

a. Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada pekerja dengan bahasa yang dapat mereka pahami untuk memastikan bahwa mereka tahu bagaimana prosedur untuk melaporkan cidera,


(36)

penyakit dan masalah yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan, bagaimana mengenali bahaya, cara untuk menghilangkan, mengurangi atau mengontrol bahaya, elemen-elemen program dan bagaimana berpartisipasi dalam program

b. Melakukan pendidikan dan pelatihan program secara berkala 6. Program Evaluasi dan Peningkatan (Program Evaluation and

Improvement)

a. Melakukan penelaahan berkala terhadap program untuk menentukan apakah program sudah diimplementasikan sesuai rancangan dan membuat kemajuan dalam mencapai tujuan b. Modifikasi program jika diperlukan untuk memperbaiki

kekurangan

c. Terus mencari cara untuk meningkatkan program

Pada umumnya, elemen-elemen tersebut yang mendasari dan terdapat di dalam program manajemen keselamatan dan kesehatan. Setiap elemen yang ada itu penting dalam mencapai keberhasilan dari keseluruhan program yang dijalankan karena elemen-elemen tersebut saling bergantung dan saling berhubungan.

Berkaitan dengan elemen identifikasi dan penilaian bahaya dimana hasil dari identifikasi bahaya-bahaya dengan program yang ditetapkan oleh perusahaan melalui program pengamatan yang kemudian harus dilaporkan. Setiap proyek harus mengimplementasikan sistem


(37)

pelaporan dan pencatatan dengan menggunakan beberapa form dan format yang telah dibentuk oleh perusahaan (OSHA, 2013).

Sistem penyimpanan catatan dan proses pelaporan menyediakan data dan informasi yang diperlukan untuk mengukur peningkatan dan keefektifan program K3L. Bentuk pelaporan yang mencakup diantaranya adalah :

1) Laporan bulanan (K3L) 2) Laporan inspeksi

3) Pemberitahuan berkala (K3L) 4) Laporan tindakan (K3L) berkala

5) Pelaporan kejadian bahaya yang terjadi (near miss) 6) Laporan kecelakaan awal

7) Laporan investigasi kecelakaan 8) Laporan pertolongan pertama/medis 9) Laporan mengenai kerusakan/kerugian 10)Laporan pelanggaran

Pada dasarnya bentuk upaya perusahaan dalam melakukan pengelolaan terhadap keselamatan kerja adalah dengan membuat program keselamatan kerja. Sejalan dengan hal tersebut, program observasi atau pengamatan memiliki tujuan untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan serta mengenali near miss, perilaku dan kondisi berisiko ditempat kerja.

Program K3 memiliki pencapaian terhadap targetnya. Outcome dari implementasi program K3 adalah dapat menurunkan angka


(38)

kecelakaan atau kejadian, nearmiss dan kerusakan properti, meningkatkan perilaku keselamatan, memperbaiki sistem, melihat efisiensi dari sistem keselamatan dalam mengidentifikasi unsafe condition, unsafe act, dan kesalahan sistem manajemen, meningkatkan pelaporan, meningkatkan kemampuan seseorang dalam berperilaku aman (Byrd, 2007).

C. Perilaku dan Kondisi Tempat Kerja

Perilaku dapat diartikan sebagai cara seseorang memperlakukan dirinya, sikap yang dimiliki individu dan tindakan yang dapat diamati oleh seseorang. Perilaku manusia dipengaruhi oleh sikap, kepribadian, motivasi dan memori serta karakteristik fisik dan mental yang membentuk seseorang serta lingkungannya (Stranks, 2007). Menurut Stranks, setiap orang berperilaku dengan cara yang berbeda dalam berbagai situasi. Lebih jelasnya setiap individu memiliki cara dan pola perilaku sendiri berdasarkan situasi tertentu.

Aspek-aspek dari perilaku yang berkaitan dengan berbagai faktor psikologis berkontribusi terhadap cara orang berperilaku dan didalamnya terdapat elemen-elemen seperti sikap, motivasi, ingatan, memori, kepribadian seseorang dan persepsi. Terdapat faktor-faktor lain yang juga berpengaruh seperti pola asuh, pengalaman di masa lalu, lingkungan, tingkat pengetahuan dan pemahaman serta emosi terhadap cara seseorang berperilaku (Stranks, 2007).


(39)

Berdasarkan teori Lawrence Green, Green (1980) menyatakan bahwa terdapat tiga faktor yang membentuk perilaku seseorang diantaranya yairu predisposing factors (faktor pendorong), enabling factors (faktor pemungkin) dan reinforcing factors (faktor penguat). Dimana faktor predisposisi merupakan faktor yang mempermudah terjadinya perilaku, misalnya pengetahuan, persepsi, sikap dsb. Faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memfasilitasi perilaku seseorang yang ditandai dengan tersedianya sarana dan prasarana. Sedangkan faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendukung terjadinya perilaku pekerja, terwujud dalam sebuah pengawasan (Green and Kreuter, 2005).

1. Perilaku Aman

Perilaku aman adalah tindakan yang tidak menyebabkan terjadinya kecelakaan atau insiden (near miss). Seperti yang kita ketahui bahwa berperilaku aman tidak akan menyebabkan terjadinya kerugian. Dibawah ini terdapat jenis-jenis perilaku aman berdasarkan Teori Loss Causation Model yaitu (Bird and Germain, 1990) :

a. Melakukan pekerjaan sesuai dengan wewenang yang diberikan

b. Berhasil memberikan peringatan terhadap adanya bahaya c. Berhasil mengamankan area kerja dan orang-orang

disekitarnya

d. Bekerja sesuai dengan kecepatan yang telah ditentukan e. Menjaga alat pengaman agar tetap berfungsi


(40)

f. Tidak menghilangkan alat pengaman keselamatan g. Menggunakan peralatan yang seharusnya

h. Menggunakan peralatan yang sesuai i. Menggunakan APD dengan benar

j. Pengisian alat atau mesin yang sesuai dengan aturan yang berlaku

k. Penempatan material atau alat-alat sesuai dengan tempatnya dan caranya

l. Mengangkat dengan benar

m. Memperbaiki peralatan dalam kondisi alat yang telah dimatikan

n. Tidak bersenda gurau atau bercanda ketika bekerja 2. Perilaku Tidak Aman

Meskipun sulit untuk mengontrol perilaku, hampir 80% hingga 95% dari semua kecelakaan pencetusnya adalah perilaku tidak aman. Perilaku tidak aman adalah tindakan yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan atau insiden (near miss). Konsekuensinya dapat membuat perusahaan mengeluarkan biaya yang besar jika hal tersebut terjadi (Cooper, 2001). Perilaku tidak aman menurut Bird dan Germain (1990) antara lain mencakup :

a. Bekerja atau mengoperasikan peralatan tanpa kewenangan

b. Gagal dalam memperingatkan c. Gagal dalam mengamankan


(41)

d. Beroperasi dengan kecepatan yang salah atau tidak tepat e. Membuat alat pengaman tidak berfungsi

f. Menggunakan peralatan yang tidak dapat digunakan atau cacat

g. Menggunakan APD secara tidak benar h. Mengangkat dengan tidak tepat

i. Salah menempatkan

j. Mengangkut dengan tidak tepat k. Posisi yang salah dalam bekerja l. Bersenda gurau

m. Dibawah pengaruh obat-obatan atau alkohol 3. Kondisi Tempat Kerja

Unsafe Condition merupakan suatu kondisi tidak aman atau berbahaya yang dapat menimbulkan accident atau nearmiss sedangkan pengertian kondisi yang aman adalah sebaliknya. Unsafe Condition (kondisi tidak aman) adalah desain kondisi tempat kerja yang buruk dimana terdapat bahaya mekanik dan fisik (Rausand dkk., 2011).

Menurut Bird dan Germain (1990), kategori kondisi tidak aman diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Barrier atau pengaman yang tidak memadai

b. Alat Pelindung Diri (APD) yang tidak memadai atau tidak layak


(42)

d. Proses yang tersendat

e. Sistem peringatan yang tidak memadai f. Terdapat bahaya api dan ledakan

g. Housekeeping atau tata ruang yang buruk, tempat kerja yang berantakan

h. Kondisi lingkungan yang berbahaya (terdapat debu, gas, asap, uap)

i. Paparan kebisingan j. Paparan radiasi

k. Paparan suhu tinggi atau rendah l. Pencahayaan yang kurang atau lebih m. Ventilasi yang tidak memadai

D. Near miss

Near miss merupakan kejadian yang dapat mengakibatkan berbagai bentuk kerugian karena adanya aliran atau perubahan energi dari sumber yang melebihi atau kurang dari ambang batas normal yang aman. Near miss juga dikenal dengan sebutan incident, close calls, warnings, near collision atau near hit (McKinnon, 2012).

McKinnon (2012) di dalam bukunya mendefinisikan Near miss yaitu sebagai berikut :

a) Sebuah kejadian yang tidak diinginkan dalam keadaan yang sedikit berbeda, dapat mengakibatkan kerugian bagi manusia, atau kerusakan properti atau gangguan bisnis atau kombinasi. b) Kecelakaan tanpa cidera atau kerusakan.


(43)

c) Sebuah peristiwa yang hampir menyebabkan cidera atau kerusakan.

Sedangkan menurut National Safety Council (2013), Near miss adalah kejadian yang tidak direncanakan, tidak mengakibatkan cidera, sakit atau kerusakan tetapi memiliki potensi untuk mengakibatkan hal-hal tersebut.

E. Accident (Kecelakaan)

Semua kecelakaan dapat dicegah merupakan prinsip dasar ilmu K3. Karena semua kecelakaan ada penyebabnya maka penyebab tersebut dapat dihilangkan sehingga kecelakaan tidak terjadi. Tujuan utama penerapan sistem manajemen K3 adalah untuk mengurangi atau mencegah kecelakaan yang mengakibatkan cidera atau kerugian materi.

Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang dapat menimbulkan berbagai kerugian. Kecelakaan dapat diklasifikasikan dalam beragam konteks dan juga dapat dikaitkan dengan berbagai kejadian (Rausand dkk., 2011). Terdapat beberapa model atau teori-teori yang berkaitan dengan kecelakaan kerja, antara lain :

1. Teori kecelakaan kerja a. Teori Domino Heinrich

Teori yang dikemukakan oleh Heinrich (1980) ini merupakan salah satu teori pertama yang menjelaskan terjadinya kecelakaan yang mengidentifikasi lima faktor penyebab dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan terjadinya kecelakaan, diantaranya adalah (Rausand dkk., 2011) :


(44)

1) Social Environmental and Ancestry, yakni dengan pengaruh lingkungan, bagaimana seseorang sebelumnya dididik berdasarkan pendidikan yang diberikan dan sifat yang dimiliki karena faktor keturunan dapat menyebabkan seorang pekerja banyak melakukan kesalahan dalam bekerja.

2) Fault of person or carelessness, yakni terbentuk dari rangkaian faktor sebelumnya yaitu keturunan dan lingkungan sosial yang mengarah kepada suatu tindakan yang salah dalam melakukan pekerjaan.

3) Unsafe act or Unsafe Condition. Unsafe act merupakan suatu tindakan yang berbahaya atau tidak aman yang dilakukan seseorang. Sedangkan Unsafe Condition merupakan desain kondisi tempat kerja yang buruk atau terdapat bahaya mekanik dan fisik memudahkan terjadinya faktor ini.

4) Accident, merupakan peristiwa yang disebabkan karena faktor Unsafe Act or Unsafe Condition di tempat kerja. Hal tersebut pada umumnya disertai dengan kerugian. 5) Injury merupakan cidera ringan atau berat, kecacatan dan

bahkan kematian yang diperoleh rangkaian sebelumnya yaitu kecelakaan.

Kelima faktor diatas tersusun dengan teratur layaknya sebuah kartu domino. Jika salah satu kartu terjatuh, maka kartu


(45)

tersebut akan menimpa kartu lain. Ilustrasi ini mirip dengan efek domino yang kita kenal, jika satu bangunan roboh kejadian ini akan memicu peristiwa beruntun yang menyebabkan robohnya bangunan lain. Menurut Heinrich, kunci untuk mencegah kecelakaan adalah dengan menghilangkan faktor ketiga yaitu tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman dari kelima faktor yang ada agar tidak mengakibatkan sebuah kecelakaan.

b. Teori Loss Causation Model

Model ini berisi tentang petunjuk yang memudahkan penggunanya dalam memahami bagaimana menemukan faktor penting dalam rangka mengendalikan kecelakaan dan kerugian agar tidak meluas termasuk persoalan manajemen. Bird dan Germain (1990) menjelaskan bahwa suatu kerugian (loss) disebabkan oleh serangkaian faktor-faktor yang terdiri dari :

1) Lack of Management Control (kurangnya kendali manajemen). Pengendalian merupakan salah satu faktor penting di dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Penyebab dari lack of management control yaitu berupa Inadequate programme, dikarenakan program yang tidak menunjang yang berhubungan dengan ruang lingkup perusahaan. Lalu Inadequate programme standards, dikarenakan tidak spesifiknya standar, standar tidak jelas atau standar yang ada tidak sesuai. Selain itu juga Inadequate compliance-with standards yaitu kurangnya


(46)

pemenuhan terhadap standar, hal ini merupakan penyebab yang sering terjadi.

2) Basic Causes (Penyebab Dasar). Pada teori ini penyebab dasar terbagi atas Personal Factors (faktor personal) dan Job Factors (faktor pekerjaan) yang dimiliki seseorang. 3) Immediate Causes (Penyebab Langsung), biasanya dapat

dilihat atau dirasakan. Penyebab langsung terbagi atas substandars acts and conditions. Pada umumnya dikatakan sebagai perilaku seseorang dan kondisi yang ada ditempat kerja. Faktor ini merupakan faktor yang menjadi penyebab terjadinya insiden bila terjadi.

4) Incident, yaitu peristiwa kontak dengan energi atau substansi tertentu yang dapat membahayakan atau mengakibatkan kerusakan.

5) Loss (Kerugian), kerugian dapat berupa kerusakan pada properti, kerusakan lingkungan, menurunnya kualitas, cacat atau bahkan kematian seseorang.

Gambar 2.1


(47)

Berdasarkan teori-teori yang dijelaskan sebelumnya, mencegah terjadinya kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan fokus dalam mengurangi unsafe act dan unsafe condition serta mengidentifikasi near miss (Suryatno dkk., 2015).

F. Accident or Near Miss Incident Ratio

Para profesional safety mendeskripsikan accident ratio dengan gambar segitiga keselamatan (safety triangle) atau iceberg theory. Di dalam accident/near miss incident ratio, high risk unsafe condition atau unsafe act atau kombinasi dari keduanya yang dapat menyebabkan terjadinya kerugian (McKinnon, 2012).

Menurut Bird dan Germain (1990), studinya mendeskripsikan bahwa dalam membantu seseorang untuk memahami mengapa sebuah kecelakaan menimbulkan kerusakan properti yaitu seharusnya dengan diberikan perhatian yang khusus. Beberapa studi mengatakan, mengingat bahwa setiap kecelakaan kerja yang dilaporkan, setiap cidera yang tercatat atau kerugian yang terjadi terdapat banyak kejadian near miss yang tidak tercatat (McKinnon, 2012).

Pada setiap cidera serius dari kecelakaan kerja terdapat beberapa cidera ringan, banyaknya kejadian kerusakan properti dan banyaknya kejadian near miss dengan rasio 1:10:30:600. Terdapat sebanyak 600 near miss di permukaan, 30 kerusakan properti dan 10 cidera ringan untuk setiap satu cidera serius, lihat bagan 2.1 (Bird and Germain, 1990).


(48)

Bagan 2.1 Accident/Near Miss Ratio Study

Bird and Germain (1990) menyatakan bahwa You can’t be accident free until you are near miss incident free – Kamu tidak dapat terbebas dari kecelakaan sampai kamu terbebas dari kejadian near miss. Karena pada kenyataannya, kecelakaan kerja dan near miss yang dilaporkan bukanlah jumlah kejadian yang terjadi sebenarnya.

G. Definisi Sistem, Pendekatan Sistem dan Pelaporan 1. Sistem

Sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan dari unsur, komponen atau variabel-variabel yang terorganisasi, terpadu, saling berinteraksi dan bergantung satu sama lain. Sebuah sistem dibuat untuk menangani suatu yang berulang kali atau secara rutin terjadi. Suatu sistem dapat dirumuskan sebagai kumpulan komponen atau subsistem yang dirancang dalam mencapai suatu tujuan (Kelly, 2007).

Keberhasilan komponen-komponen yang dipertimbangkan secara bersama sebagai suatu sistem mungkin jauh lebih besar daripada komponen-komponen yang dipertimbangkan secara

1

10

30

600 Near Miss

Accident

Property Damage Minor Injury Serious or Major Injury

Without Injury or Property Damage


(49)

terpisah. Tujuan sistem merupakan tujuan yang dibuat dari sistem tersebut yang dapat berupa tujuan organisasi, kebutuhan organisasi, permasalahan yang ada dalam suatu organisasi maupun urutan prosedur untuk mencapai tujuan organisasi (Kelly, 2007).

2. Pendekatan Sistem

Pencapaian sebuah manajemen dapat terlihat melalui pendekatan sistem, bagaimana elemen-elemen didalamnya terhubung dengan organisasi perusahaannya. Sistem yang paling mendasar dikategorikan dengan tiga elemen, yaitu input (masukan), process (proses) dan output (keluaran). Dimana ketiga elemen ini digambarkan melalui diagram sederhana sebagai berikut (Kelly, 2007) :

Input(s)

Process

Output(s)

Bagan 2.2 Diagram Alir Sederhana Elemen Sistem (Kelly, 2007)

Berikut adalah definisi dari komponen dan elemen-elemen sistem (Kelly, 2007) :

a. Input

Input yaitu sumber daya yang diperlukan untuk pelaksanaan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mencapai tujuan sistem. b. Proses

Proses merupakan elemen dari sistem yang bekerja membentuk suatu aliran kegiatan dan cara kegiatan yang dikoordinasikan dan saling terkait. Misalnya sistem produksi


(50)

akan mengolah bahan baku yang berupa bahan mentah menjadi bahan jadi yang siap untuk digunakan.

c. Output

Output yaitu hasil dari input yang telah diproses oleh bagian pengolah dan merupakan tujuan akhir sistem, output merupakan barang dan jasa yang dihasilkan. Outcome yang diperoleh berkaitan dengan output yang dihasilkan untuk perkembangan dari waktu ke waktu secara berkelanjutan. d. Umpan Balik (Feedback)

Umpan Balik merupakan elemen dalam sistem yang bertugas mengevaluasi bagian dari output yang dikeluarkan, dimana elemen ini sangat penting demi kemajuan sebuah sistem. Umpan balik dapat diperoleh pada setiap tahap pelaksanaan program yang dapat berupa perbaikan sistem, pemeliharaan sistem, dan sebagainya.

Efektivitas dari suatu sistem harus merefleksikan keseluruhan siklus input-proses-output. Dalam organisasi pelayanan kesehatan, contoh input adalah pasien, petugas kesehatan, perlengkapan, peralatan, fasilitas, dan modal. Contoh proses adalah proses diagnosa, perawatan klinis, operasional kegiatan, dan fungsi manajemen bisnis. Contoh output adalah status kesehatan pasien dan kinerja bisnis organisasi. Pengelolaan elemen dari sistem merupakan upaya yang dilakukan. Sebagai contoh hal diatas, cara untuk mengontrol kualitas petugas


(51)

kesehatan (input) mencakup persyaratan lisensi, pendidikan berkelanjutan, dan penilaian kinerja. Sedangkan untuk mengontrol kualitas teknologi (input) seperti terapi obat termasuk uji klinis dan administrasi oleh lembaga kesehatan. Cara untuk mengontrol kualitas proses mencakup pedoman klinis dan perbaikan proses. Mengontrol kualitas input dan proses ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas output, seperti status klinis pasien, kepuasan layanan, efektivitas biaya, perilaku petugas kesehatan, dan budaya organisasi (Kelly, 2007).

Feedback

Bagan 2.3 Diagram Alir Elemen Sistem dengan Feedback (Kelly, 2007) Berdasarkan bagan diatas (bagan 2.3), menambahkan umpan balik sebagai upaya meningkatkan kualitas perubahan sistem dasar untuk lebih dinamis. Tujuan, batasan dan kontrol sistem akan berpengaruh pada input, proses dan output. Input yang masuk dalam sistem akan diproses dan diolah sehingga menghasilkan output. Output tersebut akan di analisa dan akan menjadi umpan balik bagi si penerima dan dari umpan balik ini akan muncul segala macam pertimbangan untuk input selanjutnya, dan siklus ini akan berlanjut dan berkembang sesuai dengan permasalahan yang ada. Dari Output yang dihasilkan memberikan umpan balik sebagai upaya untuk meningkatkan


(52)

kualitas input dan proses. Umpan balik terus menerus melakukan perbaikan secara berkelanjutan (Kelly, 2007).

Manajemen memiliki beberapa unsur atau sarana di dalamnya yang dikenal dengan istilah 5M yaitu Man, Money, Machine, Method dan Material. Kelima unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut (Purnastuti and Mustikawati, 2007) :

a. Manusia (Man)

Manajemen melibatkan sumber daya manusia. Peran sumber daya manusia sangat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Sumber daya manusia mencakup keseluruhan manusia yang ada di dalam organisasi perusahaan yaitu mereka yang secara keseluruhan terlibat dalam operasional perusahaan.

b. Uang (Money)

Input yang digunakan untuk diproses menjadi barang atau jasa pada organisasi meliputi bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja atau sumber daya manusia, dana atau modal, sistem atau metode serta kewirausahaan. Uang atau dana merupakan bagian dari input dalam proses menghasilkan barang atau jasa.

c. Mesin (Machine)

Mesin merupakan salah satu alat bantu yang sangat vital yang dibutuhkan dalam berbagai aktivitas produksi.


(53)

d. Metode (Method)

Metode merupakan salah satu unsur manajemen yang berperan penting dalam kelangsungan organisasi. Unsur yang satu ini berkaitan dengan metode apa yang akan diterapkan guna menjalankan organisasi agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

e. Material

Material merupakan unsur manajemen yang perlu dikelola dengan benar agar dapat berjalan secara efisien.

3. Pelaporan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015) kata melaporkan berarti memberitahukan, laporan adalah segala sesuatu yang dilaporkan; berita. Laporan berkala merupakan laporan rutin yang diberikan secara berkala. Sedangkan pelaporan adalah proses, cara, perrbuatan melaporkan. Maka pelaporan merupakan proses atau cara memberitahukan untuk memperoleh laporan.

H. Definisi Near Miss Incident Reporting (NEMIR) System

Kegiatan keselamatan banyak yang bersifat reaktif dan tidak proaktif, beberapa organisasi menunggu kerugian terjadi sebelum mengambil langkah-langkah pencegahan. Kejadian near miss sering menjadi pemicu untuk menimbulkan kerugian namun seringkali pula diabaikan karena tidak terdapat cidera ataupun kerusakan yang terjadi. Padahal sebagian besar kerugian serius berulangkali terjadi didahului


(54)

oleh kejadian near miss (NSC, 2013). Mengenali dan melaporkan near miss dapat meningkatkan keselamatan pekerja dan meningkatkan budaya keselamatan organisasi (NSC, 2013).

Melaporkan semua kejadian yang tidak diinginkan seperti near miss merupakan aspek yang paling penting dari setiap program keselamatan. Semakin banyak near miss yang dilaporkan maka semakin banyak kesempatan untuk menyelidiki, mengidentifikasi dan memperbaiki akar penyebab sebelum kerugian serius terjadi. Berdasarkan perspektif safety management, tujuan spesifik di dalam mengumpulkan dan menganalisis data near miss yaitu untuk mengidentifikasi faktor kemungkinan atau elemen sistem yang dapat menimbulkan kejadian near miss maupun sebagai prekursor kecelakaan kerja di masa mendatang (McKinnon, 2012).

Metode di dalam mengumpulkan data near miss yaitu dengan reporting-based methods dan observation-based methods. Reporting-based methods merupakan metode yang melibatkan pegawai untuk melaporkan kejadian near miss sebagai bagian dari pekerjaannya dalam mencegah terjadinya kecelakaan di masa mendatang atau untuk melatih dirinya (McKinnon, 2012).

Sedangkan observation-based methods merupakan metode yang melibatkan pegawai yang tidak hanya melaporkan namun melakukan pengamatan terlebih dahulu untuk menyadari dan memahami tindakan dan kondisi apa saja yang ada dalam mengurangi kecelakaan di tempat kerja (McKinnon, 2012).


(55)

Informasi tentang sistem pelaporan near miss harus dibuat dan diketahui oleh setiap orang. Sistem komunikasi internal dapat dilakukan sesuai dengan metode yang diterapkan perusahaan. Selain itu, tersedia form untuk melakukan pelaporan sehingga feedback dari sistem yang diimplementasikan berjalan dengan baik (McKinnon, 2012).

Form pelaporan dan pencatatan sebaiknya sederhana atau simple, mudah dibawa dan selalu tersedia. Lembar pelaporan dalam jumlah yang banyak akan menyulitkan pelapor dalam mengisi form. Selain itu, perusahaan perlu memberikan edukasi atau training kepada pekerjanya yang terlibat dalam pelaporan near miss. Berikut ini adalah contoh form pelaporan near miss pada gambar 2.2 (McKinnon, 2012) :


(56)

Terdapat kesempatan nyata untuk meningkatkan keselamatan dengan fokus terhadap critical level kejadian near miss. Baik manajer maupun pekerja di perusahaan perlu untuk mengembangkan sistem yang komprehensif yang mampu untuk dapat mendokumentasikan, menganalisis dan memperbaiki kejadian near miss agar dapat mencegah kecelakaan kerja dikemudian hari (McKinnon, 2012).

Di dalam mengimplementasikan sistem pelaporan near miss terdapat beberapa hal sebagai berikut (McKinnon, 2012) :

1) Kebijakan (Policy) merupakan pernyataan resmi organisasi atau perusahaan yang merefleksikan tekad dan komitmen yang dijadikan sebagai landasan utama dan acuan organisasi dalam rangka pencapaian visi dan misi organisasi. Kebijakan yang dibuat berisi tentang bagaimana komitmen perusahaan yang berkaitan untuk melakukan pelaporan.

2) Standar (Standard), terdapat dokumen-dokumen yang mengacu pada standar sistem pelaporan near miss, dimana mendeskripsikan tentang komitmen perusahaan untuk melaporkan dan melakukan investigasi serta tanggung jawab apa saja yang ada. Di dalam menentukan standar terdapat beberapa penjelasan sebagai berikut :

a. Objektif (Objective) adalah menjelaskan metodologi untuk melaporkan dan menginvestigasi non injury (loss-producing) accident dan near misses, sehingga


(57)

penyebab langsung dan penyebab dasar dari kejadian teridentifikasi serta merekomendasikan pencegahan. b. Referensi (References) dapat berupa kebijakan

organisasi, mengacu pada local safety legislation (peraturan perundangan tentang keselamatan) dan referensi terkait elemen-elemen safety program yang ada.

c. Definisi (Definitions), mendefinisikan atau menjelaskan istilah-istilah yang terdapat di dalam standar agar mudah dipahami.

d. Peran dan tanggung jawab, setiap pegawai yang diberikan tanggung jawab atau terlibat di dalam pelaporan seharusnya segera memberitahukan supervisor dan menyiapkan temuan bukti atau dokumentasi di lapangan.

e. Isi dan alur prosedur yang berupa urutan langkah pelaksanaan aktivitas.

3) Amnesti (Amnesty), jika manajemen menginginkan sistem pelaporan dapat berjalan dan berkontribusi dengan baik maka mekanisme pelaporan sebaiknya diberlakukan punishment apabila tidak melaporkan kejadian near miss dan begitu pula sebaliknya akan diberikan reward bila kejadian near miss dilaporkan dengan baik.


(58)

4) Kredibilitas (Credibility), perusahaan membangun dan mengkomunikasikan dengan jelas tujuan dari program K3 dengan meningkatkan keterlibatan top management didalam implementasi program. Sistem yang kredibel dan diterima oleh semua pegawai atau pekerja harus mendapatkan dukungan dari pemimpin perusahaan, dimana terdapat partisipasi dari manajemen untuk memperbaiki proses. Sehingga terdapat feedback dan follow up action dalam laporan bahaya yang ditemukan.

I. Kerangka Teori

Setiap perusahaan memiliki kebijakan K3 yang mendukung setiap pelaksanaan kegiatan kerjanya. Tenaga kerja merupakan aset perusahaan yang harus diberikan perlindungan terhadap aspek K3 mengingat ancaman bahaya potensial yang berhubungan dengan pekerjaan. Upaya perusahaan dalam melakukan manajemen terhadap keselamatan kerja salah satunya dengan menerapkan program K3. Tujuan dari program K3 adalah mengurangi cidera, penyakit dan kematian akibat pekerjaan.

Elemen-elemen yang terdapat didalam program yang efektif adalah kepemimpinan manajemen, partisipasi pekerja, identifikasi dan penilaian bahaya, pencegahan dan pengendalian bahaya, pendidikan dan pelatihan, serta program evaluasi dan peningkatan (OSHA, 2013). Melaporkan semua kejadian yang tidak diinginkan seperti unsafe act, unsafe condition dan near miss merupakan aspek yang paling penting


(59)

dari setiap program keselamatan. Semakin banyak kejadian yang dilaporkan maka semakin banyak kesempatan untuk menyelidiki, mengidentifikasi dan memperbaiki akar penyebab sebelum kerugian serius terjadi(McKinnon, 2012).

Berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan berupa gambaran sistem pelaporan near miss, unsafe act dan unsafe condition di perusahaan maka peneliti menggunakan pendekatan sistem dan NEMIR System. Near Miss Incident Reporting (NEMIR) System merupakan bagian dari program K3 untuk mencegah terjadinya kerugian yang besar atau terjadinya accident. Di dalam mengimplementasikannya diperlukan beberapa hal berikut yaitu kebijakan, standar, amnesti dan kredibilitas (McKinnon, 2012). Sedangkan pendekatan sistem merupakan suatu filsafat atau persepsi tentang struktur yang mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan dalam suatu organisasi dengan cara yang efisien dan yang paling baik (Kelly, 2007).

Pencapaian sebuah manajemen dapat terlihat melalui pendekatan sistem, bagaimana elemen-elemen didalamnya terhubung dengan organisasi perusahaannya. Sistem yang paling mendasar dikategorikan dengan tiga elemen yaitu input (masukan), process (proses) dan output (keluaran) dimana ketiga elemen ini digambarkan melalui diagram sederhana (Bagan 2.4). Pada tahap awal peneliti menentukan komponen-komponen tahap input, selanjutnya terdapat tahap proses dan memperoleh output yang berupa laporan. Berikut ini adalah bagan kerangka teori penilitian (Kelly, 2007) :


(60)

Bagan 2.4 Kerangka Teori (Kelly, 2007, McKinnon, 2012)

Proses

1) Pelaksanaan Pelaporan 2) Pemantauan Pelaksanaan 3) Evaluasi Pelaksanaan Pelaporan Input

1) Material (Kebijakan K3, Standar, Form Pelaporan Near Miss, Unsafe Act dan Unsafe Condition)

2) Sumber Daya Manusia/Man (Pekerja Proyek, Pihak Manajemen diantaranya Manajer dan Staff Divisi SHE TWJO)

3) Metode (Metode Pelaporan)

Output Laporan Near Miss,

Unsafe Act dan Unsafe Condition


(61)

43

BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Berpikir

Perlindungan terhadap tenaga kerja berdasarkan aspek K3 harus dilakukan mengingat bahwa terdapat ancaman bahaya potensial yang berhubungan dengan pekerjaan. Upaya perusahaan dalam melakukan manajemen terhadap keselamatan kerja salah satunya dengan menerapkan program K3. Dimana tujuan dari program K3 adalah mengurangi cidera, penyakit dan kematian akibat pekerjaan.

Di dalam program keselamatan salah satu aspek yang paling penting adalah melaporkan semua kejadian yang tidak diinginkan seperti unsafe act, unsafe condition dan near miss. Semakin banyak kejadian yang dilaporkan maka semakin banyak kesempatan untuk mengidentifikasi, menyelidiki dan memperbaiki akar penyebab sebelum kerugian serius terjadi.

Sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai bagaimana gambaran sistem pelaporan near miss, unsafe act dan unsafe condition yang terdapat di perusahaan untuk menghindari kecelakaan kerja (accident) yang terjadi dapat terulang di perusahaan yaitu peneliti menggunakan NEMIR System dan pendekatan sistem. NEMIR System merupakan bagian dari program K3 untuk mencegah terjadinya kerugian yang besar atau accident. Di dalam mengimplementasikannya diperlukan


(62)

beberapa hal berikut yaitu kebijakan, standar, amnesti dan kredibitas dan sistem yang paling mendasar dikategorikan dengan tiga elemen, yaitu input (masukan), process (proses) dan output (keluaran)

Pada tahap awal peneliti menentukan komponen-komponen input berupa sumber daya apa saja yang diperlukan dalam penelitian diantaranya yaitu material, SDM dan metode. Material yang digunakan dalam pelaporan adalah kebijakan K3, standar dan form pelaporan. Metode yang digunakan perusahaan dapat berupa reporting-based methods

dan observation-based methods. Sedangkan SDM yaitu pekerja dan pihak manajemen, baik manajer maupun pekerja di perusahaan perlu untuk terlibat di dalam mengembangkan sistem yang komprehensif yang mampu untuk dapat mendokumentasikan, menganalisis dan memperbaiki kejadian near miss.

Selanjutnya terdapat tahapan proses berupa pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari pelaporan. Dalam tahapan proses untuk mengimplementasikan sistem pelaporan near miss, unsafe act dan unsafe condition terdapat beberapa hal sebagai berikut :

1) Kebijakan (Policy) yang dibuat berisi tentang bagaimana komitmen perusahaan yang berkaitan untuk melakukan pelaporan.

2) Standar (Standard), terdapat dokumen-dokumen yang mengacu pada standar sistem pelaporan near miss, dimana mendeskripsikan tentang komitmen perusahaan untuk melaporkan dan melakukan investigasi serta tanggung jawab apa saja yang ada. Di dalam menentukan standar terdapat beberapa penjelasan sebagai berikut :


(1)

Lampiran 12

Observasi Kegiatan Divisi SHE Proyek Mass Rapid Transit Jakarta (MRTJ)

Tokyu-WIKA Joint Operation Tahun 2016

No. Kegiatan Foto Keterangan

Aktivitas Divisi SHE

1.

Pencatatan dan pelaporan

near miss dan unsafe condition

Kegiatan ini dilakukan oleh SO dengan mengisi form yang sudah disediakan setiap menemukan kejadian

near miss dan unsafe condition

2. Toolbox Meeting

Kegiatan ini rutin dilakukan setiap hari oleh SO sebelum memulai pekerjaan untuk selalu mengingatkan kepada para pekerja pentingnya K3 dalam bekerja

3. Safety Morning Talk

Kegiatan yang rutin dilakukan dua kali satu bulan (setiap jum’at) dengan semua divisi, rekan kerja/subkontraktor dan pekerja untuk membahas permasalahan K3

4. SHE Weekly Meeting

Rapat yang rutin dilakukan dua kali seminggu oleh

divisi SHE dan

subkontraktor untuk membahas temuan-temuan yang terdapat di area proyek

5. Daily Safety Patrol

Kegiatan yang rutin setiap hari dilakukan Safety Officer

(SO) untuk mencari temuan atau finding (unsafe act,

unsafe condition dan near miss)


(2)

6. Safety Induction

Kegiatan ini wajib dilakukan untuk menjelaskan secara singkat lokasi, proses pekerjaan yang ada di proyek, tata tertib keselamatan dalam bekerja dan prosedur tanggap darurat kepada visitor, subkontraktor dan pekerja yang baru memasuki area proyek

7. Inspeksi Alat

Kegiatan ini dilakukan apabila terdapat alat yang baru memasuki area proyek dan rutin dilakukan per tiga bulan oleh SO pada heavy equipment yang berada di area proyek

8. Color Code

Kegiatan penandaan dengan warna ini dilakukan setiap tiga bulan pada heavy equipment yang berada di area proyek

9. Pengukuran terhadap Lingkungan Kerja

Kegiatan ini rutin dilakukan oleh environmental engineer

di dalam pengukuran terhadap lingkungan kerja seperti kebisingan, gas, getaran dan kualitas air


(3)

10. Pemeriksaan Kesehatan

Kegiatan ini dilakukan untuk memeriksa kondisi kesehatan para pekerja atau setiap sebelum melakukan pekerjaan tertentu seperti bekerja di ketinggian

Aktivitas Pekerjaan Konstruksi

11. Pile Cap and Pier Work

Permanent

Pekerjaan pengecoran

column untuk pembuatan

pier dan pile cap

12. Pekerjaan fabrikasi besi

Pekerjaan pemotongan besi (rebar), pembentukan besi untuk coloumn pier dan penyimpanan materiall besi

Perilaku Pekerja

.13. Pekerjaan fabrikasi besi

Kedua pekerja tidak menggunakan APD berupa

safety helmet dan pada posisi tubuh yang tidak ergonomis


(4)

14.

Pekerjaan pengelasan besi untuk akses jalan kendaraan proyek

Kedua pekerja tidak menggunakan APD berupa

face shield dan safety gloves

(Unsafe Act)

Kondisi Area Kerja

15.

Penggunaan Scaffolding

Di area LP 11 CP 101 pada pekerjaan pembuatan Pier

Penempatan material-material scaffolding yang tidak sesuai merupakan masalah housekeeping

(Unsafe Condition)

16.

Pekerja dan

subkontraktor yang beristirahat di lokasi

Sisa-sisa sampah yang belum diangkut oleh tim 5R menumpuk di lokasi kerja CP 102 ini merupakan masalah housekeeping


(5)

Lampiran 13

Daftar Dokumen (Input, Proses, Output, Feedback)

No.

Dokumen yang

Dibutuhkan

Checklist

()

Nama

Dokumen

Penanggung

Jawab

Dokumen

Catatan

1. Kebijakan Perusahaan 

Kebijakan K3, Kebijakan Lingkungan dan Kebijakan Mutu

Divisi SHE

Menjelaskan tentang bagaimana komitmen yang disepakati oleh top management terhadap K3, lingkungan dan mutu perusahaan.

2. Program-program SHE  TWJO SHE

Program 2016 Divisi SHE

Menjelaskan tentang apa saja program dan bagaimana jadwal pelaksanaan dari program-program SHE yang telah disusun untuk tahun 2016

3.

Prosedur-prosedur SHE yang berkaitan dengan pelaporan

Site Safety Plan Divisi SHE

Menjelaskan tentang perencanaan proyek dan prosedur-prosedur untuk mengisi keseluruhan sistem manajemen proyek khususnya berkaitan dengan divisi K3 yang didukung dengan SOP aktifitas pekerjaan secara spesifik dan form-form

4. Laporan unsafe act

proyek 

HSE Monthly Report January-April 2016

Divisi SHE

Menjelaskan tentang

project data, statistic safety record, incident/accident report, resume of safety permit, safety violation report, stop order report, evaluation, resume of meeting and audits in this month, resume of meeting and induction in this month, resume of training, next month highlight, three months rolling programme highlight, activities photograps

5. Laporan unsafe condition

proyek 

HSE Monthly Report January-April 2016

Divisi SHE

Menjelaskan tentang

project data, statistic safety record, incident/accident report, resume of safety permit, safety violation report, stop order report, evaluation, resume of


(6)

meeting and audits in this month, resume of meeting and induction in this month, resume of training, next month highlight, three months rolling programme highlight, activities photograps

6. Laporan near miss

HSE Monthly Report January-April 2016

Divisi SHE

Menjelaskan tentang

project data, statistic safety record, incident/accident report, resume of safety permit, safety violation report, stop order report, evaluation, resume of meeting and audits in this month, resume of meeting and induction in this month, resume of training, next month highlight, three months rolling programme highlight, activities photograps

7. Laporan kecelakaan kerja

proyek 

HSE Monthly Report January-April 2016

Divisi SHE

Menjelaskan tentang

project data, statistic safety record, incident/accident report, resume of safety permit, safety violation report, stop order report, evaluation, resume of meeting and audits in this month, resume of meeting and induction in this month, resume of training, next month highlight, three months rolling programme highlight, activities photograps

8. Aktivitas Pekerjaan

Proyek 

Method Statement

Divisi Konstruksi

Menjelaskan tentang deskripsi, standar operasi dan metode pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan di area kerja

9. Dokumen-dokumen

lainnya 

Company profile, V3 employer’s requirement, Reward & Punishment Policy

Divisi SHE dan Departemen

Kontrak

Menjelaskan tentang struktur organisasi perusahaan, deskripsi dan lingkup pekerjaan proyek MRTJ, kebijakan terkait hukuman dan penghargaan.