Pengelolaan Lanskap Agrowisata TINJAUAN PUSTAKA

5. memperhatikan lingkungan; 6. memperhatikan keselamatan dan kemudahan-kemudahan.

2.6 Pengelolaan Lanskap Agrowisata

Pengelolaan lanskap adalah suatu tindakan, baik fisik maupun administratif yang dilakukan guna menjaga, mengamankan, dan melestarikan lanskap suatu kawasan. Davidson and Mecklenburg 1981 dalam Arsyanur 2008 mengungkapkan bahwa pengelolaan merupakan kesatuan dari sumber daya manusia, biaya, dan material dalam suatu rangkaian pekerjaan untuk mencapai tujuan, baik tujuan ekonomi maupun tujuan sosial. Sternloff and Warren 1994 menyatakan bahwa untuk mencapai hasil yang diinginkan, ada tiga hal penting yang harus diperhatikan oleh pihak pengelola, adalah sebagai berikut : 1. menetapkan prinsip-prinsip operasi; 2. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan; 3. memelihara fasilitas berdasarkan standar pemeliharaan yang ditetapkan. Sternloff and Warren 1994 menyatakan prinsip-prinsip dasar pelaksanaan pemeliharaan dapat digunakan sebagai standar untuk mengukur keefektifan program pemeliharaan. Prinsip-prinsip dasar tersebut adalah sebagai berikut. 1. Penetapan tujuan dan standar pemeliharaan. 2. Pemeliharaan harus efisien dalam tenaga, alat, dan bahan. 3. Pelaksanaan pemeliharaan harus berdasarkan rencana pemeliharaan yang tertulis dan komunikatif. 4. Penjadwalan pekerjaan pemeliharaan harus berdasarkan kebijakan dan prioritas yang logis. 5. Seluruh departemen pemeliharaan harus mengutamakan pemeliharaan yang preventif. 6. Departemen pemeliharaan harus terorganisasi dengan baik. 7. Pihak pengelola harus memiliki anggaran biaya yang cukup untuk mendukung program pemeliharaan. 8. Pihak pengelola harus mempunyai jumlah personal yang cukup untuk mendukung program pemeliharaan. 9. Rancangan program pemeliharaan harus berorientasi pada pelestarian lingkungan. 10. Departemen pemeliharaan harus bertanggung jawab terhadap keselamatan pegawai dan pengunjung. 11. Dalam desain dan konstruksi, pemeliharaan harus dijadikan pertimbangan utama. 12. Staf departemen pemeliharaan harus dapat menjaga nama baik dan penilaian publik terhadap pihak pengelola. Menurut Tirtawinata dan Fachrudin 1999, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan agrowisata sebagai berikut. 1. Pengelolaan objek yang ditawarkan dan fasilitas utilitas pelayanan. Pengelola harus mengerti apa yang ditonjolkan serta kekhasan objek, sehingga wisatawan mendapat kesan mendalam dan tidak mudah terlupakan. 2. Pengelolaan pengunjung, berkaitan dengan: a Konsep menarik pengunjung. Segmen pasar yang akan diraih perlu diperhitungkan dalam perencanaan agrowisata. Motivasi wisatawan melakukan perjalanan wisata untuk mencari perbedaan yang ada pada lingkungannya perlu diperhatikan sehingga kesan monoton dapat dihindari. Peningkatan mutu pengelolaan untuk menghindari kejenuhan wisatawan dapat dilakukan dengan memperbanyak ragam jenis paket acara yang ditawarkan, menambah koleksi tanaman atau hewan yang ada atau merubah penataan. b Tata tertib bagi pengunjung. Pengklasifikasian wisatawan berdasarkan motivasinya dapat dilakukan untuk mempermudah dalam pengaturan. Macam motivasi wisatawan dapat berupa rekreasi biasa, yaitu kunjungan yang bertujuan untuk melepas lelah atau bersantai. Widya wisata merupakan kunjungan singkat yang bertujuan untuk berwisata dan mempelajari objek yang ada. Objek agrowisata dengan areal yang sangat luas memerlukan peraturan yang lebih khusus untuk mengendalikan pengunjung. Sistem pengawasan dapat dilakukan dengan membuat peraturan bagi pengunjung yang akan mengelilingi objek. 3. Pengelolaan fasilitas pendukung. Kelengkapan kebutuhan prasarana dan sarana memberikan kemudahan bagi wisatawan. 4. Keamanan, bertujuan untuk melindungi objek dan fasilitas serta keselamatan pengunjung. 5. Pengelolaan kelembagaan. Tiga komponen yang cukup menentukan dalam pengembangan usaha agrowisata adalah pemerintah, dalam memberikan pembinaan dan penyuluhan yang dapat mendorong pengembangan objek agrowisata, pengusaha sebagai lembaga pengelola untuk mengembangkan objek agrowisata lebih lanjut, serta pihak pelaksana professional untuk menangani masalah teknis di lapang.

BAB III METODOLOGI