1. Sebab-sebab dan Kondisi-kondisi Terbentuknya Gerakan Sosial

lesbian dan gay, pecinta lingkungan sampai dengan seperti yang diungkapkan oleh George H. Lewis dalam Lull 1989 yaitu gerakan ideologi anti perang Vietnam pertengahan tahun 1960-an dan awal 1970-an yang dikomunikasikan lewat musik- musik subkultur politis di Amerika dan berbagai negara di dunia - mulai dari gerakan budaya anak muda internasional tahun 1960-an, gerakan British punk di akhir tahun 1970-an, sampai dengan new wave sound tahun 1980-an - adalah bagian yang menunjukkan revolusi budaya sedang terjadi di Barat. Oleh karena itu, Huesca 2001 berpendapat gerakan-gerakan sosial baru ini telah dikonseptualisasikan sebagai respon secara efektif terhadap perubahan besar di dalam hubungan-hubungan sosial, politik, dan ekonomi dalam skala global. Kesimpulannya bahwa dalam pemikiran yang lebih umum, gerakan sosial baru telah didefinisikan sebagai kelompok heterogen yang terbentuk di luar institusi formal dan beroperasi di dalam lingkaran-lingkaran terputus guna meneguhkan makna bersama dan identitas-identitas yang menunjukkan aksi. 2. 2. 1. Sebab-sebab dan Kondisi-kondisi Terbentuknya Gerakan Sosial Teori-teori psikologi menunjukkan bahwa akar dari gerakan sosial terletak pada kepribadian para pengikut gerakan sosial tersebut. Teori ketidakpuasan berpandangan bahwa akar dari gerakan terletak pada perasaan ketidakpuasan Horton dan Hunt, 1999. Sejalan dengan Horton dan Hunt, Purwanto 1999 mengungkapkan bahwa menurut teori agregasi psikologis suatu gerakan muncul karena adanya motivasi psikologis yang didasari oleh kemarahan, kekecewaan, dan ketidakpuasan. Misalnya saja, orang yang hidup nyaman dan puas, kurang menaruh perhatian terhadap gerakan sosial. Banyak ragam ketidakpuasan, mulai dari luapan kemarahan orang-orang yang merasa dikorbankan oleh ketidakadilan yang kejam sampai dengan kadar kejengkelan terendah dari orang-orang yang tidak menyukai perubahan sosial. Namun, kondisi ketidakpuasan itu sendiri belum cukup untuk membangkitkan munculnya gerakan sosial. Horton dan Hunt juga menyebutkan bahwa gerakan sosial lahir pada mulanya sebagai suatu kelompok orang yang tidak puas terhadap keadaan. Orang-orang saling membagi duka dan mengeluh, para cendikiawan menulis karangan, para warga negara menulis surat pembaca ke editor, atau orang melakukan eksperimen meyangkut bentuk eksperimen baru. Dari perspektif psikologi sosial, khususnya perspektif yang berpusat pada persona person-centered perpective, kemarahan, kekecewaan sampai dengan ketidakpuasan adalah berbagai bentuk dari emosi. McDougall dalam Rakhmat 2004 menekankan pentingnya faktor-faktor personal dalam menentukan interaksi sosial dan masyarakat. Menurutnya, faktor-faktor personallah yang menentukan perilaku manusia. Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan emosi merupakan salah satu faktor personal atau internal yang mempengaruhi perilaku manusia secara psikologis, termasuk salah satu bentuk utama perilaku kolektif yaitu gerakan sosial. Berasal dari bahasa Latin, emovere, dimana ”e” berarti out dan ”movere” adalah move, emosi merupakan suatu pernyataan mental serta psikologis yang berasosiasi dengan berbagai bentuk perasaan, pemikiran, dan perilaku. Selain itu, emosi juga merupakan faktor yang menentukan kebahagiaan subyektif dan menjadi peran utama dalam berbagai aktivitas manusia www.emotionalcompetency.com. Menurut Rakhmat 2004 emosi menunjukkan kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala-gejala kesadaran, keperilakuan, dan proses fisiologis. Misalnya saja, bila anda dicemoohkan, anda akan bereaksi secara emosional karena anda mengetahui makna cemoohan itu kesadaran. Jantung akan berdetak lebih cepat atau kulit memberikan respon dengan mengeluarkan keringat proses fisiologis. Anda mungkin saja membalas cemoohan dengan mengeluarkan kata-kata keras keperilakuan. Meski demikian, emosi sebagai faktor-faktor yang timbul dari dalam diri individu psikologis dan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku manusia, tidak selalu bersifat negatif. Oleh karena itu, Coleman dan Hammen dalam Rakhmat 2004 menguraikan empat fungsi emosi, antara lain: a Emosi adalah pembangkit energi energizer. Tanpa emosi, tidak sadar atau mati. Hidup berarti merasakan, mengalami, bereaksi, dan bertindak. Emosi membangkitkan dan memobilisasi energi, misalnya saja marah menggerakkan kita untuk menyerang, takut menggerakkan untuk lari. b Emosi adalah pembawa informasi messenger. Bagaimana keadaan diri dapat diketahui dari emosi. Jika marah, diketahui dan dihambat atau diserang orang lain. Sedih berarti kehilangan sesuatu yang disenangi. c Emosi bukan saja pembawa informasi dalam komunikasi intrapersonal, tetapi juga pembawa pesan dalam komunikasi interpersonal. Contohnya, dalam retorika diketahui bahwa pembicara yang menyertakan seluruh emosinya dalam pidato akan dipandang lebih hidup, lebih dinamis, dan meyakinkan. d Emosi juga merupakan sumber informasi tentang keberhasilan. Misalnya saja menginginkan kesehatan dan mengetahuinya ketika dirasakan sehat. Dengan demikian, emosi merupakan faktor internal individu dan menjadi penggerak dalam mengekspresikan pemikiran secara simbolik atau memvisualisasikan berbagai informasi yang ada dalam pikirannya dalam bentuk simbol-simbol yang memiliki makna emosional. Menurut Gerungan 2004 semua penggerak, alasan atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu adalah pengertian dari motif. Dalam gerakan sosial baru, kekuatan power baru berada dalam kode-kode informasi dan representasi imej-imej di sekeliling dalam mana masyarakat mengorganisasi institusi-institusi, membangun kehidupan serta memutuskan bagaimana mereka berperilaku. Karenanya, pikiran adalah tempat dari kekuatan individu. Lebih jauh, teori penyadaran menyebutkan bahwa penyadaran diartikan sebagai belajar memahami kontradiksi sosial, politik, ekonomi serta mengambil tindakan untuk melawan unsur-unsur yang menindas dari realitas tersebut Freire, 2008. Artinya, emosi yang muncul dari kesadaran pikiran individu dalam memahami kontradiksi-kontradiksi yang terdapat di lingkungan sosio-kulturalnya dapat menjadi sumber kekuatan dalam memobilisasi diri untuk bertindak melakukan suatu gerakan sosial. Singkatnya, emosi adalah motif sosiogenetis individu untuk ambil bagian dalam suatu gerakan sosial baru. Meski demikian, Fritz Heider dalam Walgito 2003 menyatakan bahwa selain faktor internal, perilaku manusia ditentukan pula oleh faktor eksternal. Sehingga, menurut perspektif yang berpusat pada situasi situation-centered perspective, perilaku manusia juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial atau faktor- faktor berpengaruh yang datang dari luar diri individu faktor eksternal. Ross dalam Rakhmat 2004 menegaskan utamanya faktor situasional dan sosial dalam membentuk perilaku individu. Oleh karena itu, J. Milton Yinger dalam Roberts dan Kloss 1979 mengutip tujuh kondisi sosial yang diasosiasikan dengan munculnya counterculture di Amerika dan Eropa. Ditegaskan bahwa tak perlu dijelaskan lagi kondisi-kondisi ini juga diakui serupa dengan kondisi-kondisi yang kondusif terhadap tumbuhnya gerakan-gerakan sosial. Menurut Yinger, gerakan sosial dapat terbentuk dalam kondisi-kondisi sosial: a. Ketika terjadi reorganisasi drastis dari pola masyarakat dalam mencukupi kebutuhan hidup mereka. b. Ketika terjadi perubahan dalam ”ukuran, lokasi, distribusi usia, dan rasio jenis kelamin suatu populasi”. c. Ketika terjadi peningkatan yang tajam dari impor ide-ide baru, teknik-teknik, barang-barang serta nilai-nilai dari masyarakat-masyarakat asing atau periode- periode sebelumnya. d. Ketika terdapat suatu ”peluang besar meningkatkan taraf hidup yang lebih baik, harapan-harapan, aktualisasi-aktualisasi yang diikuti dengan masa stabil, kerugian atau pun ancaman serius dari kerugian itu sendiri.” e. Ketika dijumpai ”semakin rendahnya partisipasi sosial dalam mendekatkan dan mendukung lingkaran-lingkaran sosial – keluarga, lingkungan sekitar, dan kelompok-kelompok kerja. f. Ketika terjadi peningkatan jumlah orang-orang yang menentang aturan-aturan dan cara-cara lama antinomian persons. g. Ketika terjadi hilangnya suatu makna pada ritual-ritual dan simbol-simbol yang penuh arti dalam masyarakat – delegitimasi. 2. 2. 2. Karakteristik Gerakan Sosial Baru