Audiens 2 Audiens berpikiran kritis

2. Audiens 2 Audiens berpikiran kritis

Maraja Saimima, atau biasa dipanggil dengan Aja, adalah seorang penggemar Tengkorak band yang berstatus sebagai pelajar kelas 2 bekasi SMAN 5 Bekasi. Ia lahir di Jakarta 16 tahun lalu dan saat ini masih tinggal bersama kedua orang tuanya di wilayah Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur. Menurut Aja, keluarganya belum memiliki tempat tinggal yang tetap, sehingga mereka harus mengontrak rumah untuk berdiam diri. Mulai dari wilayah Ciputat, Kalibata, sampai dengan area Ciranggon, Karawang, Jawa Barat pernah menjadi tempat tinggalnya. Aja mengatakan bahwa perkenalannya dengan musik rock underground pertama kali dimulai pada tahun 2001 saat ia masih duduk di bangku kelas 4 Sekolah Dasar SD. Saat itu ia masih tinggal bersama orang tuanya di salah satu wilayah Ciranggon, Karawang, Jawa Barat. Di sinilah ia mendengar musik rock underground dari kaset kompilasi musik underground Metalik Klinik 1 produksi Musica Records milik kakak kandungnya yang bernama Abdul. Menurut Aja, Abdul cukup sering memutar kaset kompilasi Metalik Klinik 1 ketika berada di rumah dan pada saat berkumpul dengan teman-temannya di lingkungan rumahnya. Aja mengatakan bahwa sejak ia tinggal di Ciranggon, lingkungan sekitarnya sudah dipenuhi oleh anak-anak muda yang menyukai musik rock underground. Namun, saat pertama kali mendengarkan musik tersebut Aja belum dapat menikmatinya. Pada waktu itu, ia lebih dapat menikmati lagu-lagu dari musik rock mainstream. Berikut pengakuan Aja: ”Ya pertamanya dengar gak jelas gitu....apaan nih? Waktu itu dengerinnya Jamrud band melulu sih...he-he-he.” Ketika memasuki Sekolah Menengah Pertama SMP, Aja mengatakan mulai lebih sering mendengarkan Metalik Klinik 1 karena lingkungan pergaulan di sekolah juga dipenuhi para pelajar yang menggemari musik rock undergound. Ia mengaku dari kaset kompilasi tersebut mulai mengetahui Tengkorak band dengan lagunya ”Konflik”. Namun, ia belum memperhatikan secara detail lagu Tengkorak band itu, hanya mendengar secara sepintas saja tanpa ada kesan sedikit pun. Uniknya, Aja menyatakan bahwa turning point ia menyukai Tengkorak band itu terjadi bukan dari Tengkorak band sendiri, melainkan ketika ia menyaksikan Gomes dan teman-temannya tampil menyanyikan lagu ”Konflik” milik Tengkorak band di suatu pertunjukan musik di Karawang. Aja sangat terkesan dengan musik, lirik, serta gaya vokal dari lagu tersebut. Bagi Aja, musik Tengkorak band, gaya vokal dan lirik yang diproduksi terasa pas di jiwanya yang sedang dalam masa peralihan dari sosialisasi primer ke arah sosialisasi sekunder. Aja mengatakan bahwa alasan dirinya menyukai Tengkorak band disebabkan karena musik, lirik, suara vokal sikap personilnya. Berikut penuturan Aja: “Musiknya enak liriknya sosial politik banget, beda sama yang lain. Vokalnya bagus personilnya jg baik-baik.” Situasi ini menunjang terjadinya peningkatan interaksi antara dirinya dengan peer group serta mobilitas dalam rutinitas sehari-hari. Sedangkan waktu bersama kedua orang tuanya mulai berkurang begitu pula dengan kebiasaannya menggunakan media. Ia pun semakin intens mendengarkan Tengkorak band dan berinteraksi dengan Gomes dan teman-temannya. Dari Gomes, ia banyak belajar dari tentang musik rock underground dan pengalaman dalam bermusik seperti aktivitas slamming dan cara berpakaian. Selain itu, Musik rock underground menjadi bagian penting dalam rutinitas sehari-harinya. Aja mulai menemukan sebuah subdunia di luar dunia orang tuanya dengan melegitimasi makna simbol-simbol signifikan produksi Tengkorak band. Sebagai penggemar Tengkorak band, Aja mewujudkan rasa kagumnya dengan mengumpulkan berbagai artefak yang berkaitan dengan Tengkorak band, mulai dari cd, kaset, t-shirt, poster, sampai dengan stiker. Untuk kaset, Aja memiliki album Metalik Klinik 1 dan Its a Proud to Vomit Him. Sedangkan dalam format cd ia memiliki album Konsentrasi Massa, Darurat Sipil, dan Agenda Suram. Selain itu, Aja juga memiliki vcd Release from Suffering dari Tengkorak band. Baginya, semua artefak tersebut menjadi simbol-simbol signifikan yang menjadi tanda bahwa dirinya merupakan bagian dari audiens Tengkorak band dan mengantarnya pada tindakan tertentu. Aja mengaku bahwa ia tidak begitu memahami makna dari lirik lagu Agenda Suram meskipun lagu tersebut merupakan lagu favoritnya. Begitu juga dengan ilustrasi pada t-shirt dan cover kaset Agenda Suram, meskipun ia memiliki kedua artefak itu, kepada penulis Aja mengaku belum dapat memahami maknanya. Namun ia juga menyukai lagu lainnya yang sesuai dengan jiwanya seperti Jihad Soldiers, Konflik, Rusuh, Pemimpin Gila, dan United State of ASU. Menurut Aja, orasi vokalis Tengkorak band sebelum membawakan sebuah lagu yang dapat memudahkan dirinya untuk memahami isi lirik lagu. Aja mengakui orasi yang sangat sesuai dengan pemikirannya adalah orasi vokalis Tengkorak band yang mengkritik kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Sementara itu, ia menyatakan bahwa makna stiker dan poster agar menunjukkan bahwa dirinya adalah salah seorang penggemar Tengkorak band. Berikut penuturannya: ”Stiker ditempelin di gitar. Ya kalo bukti nge-fans aja gitu....masak nge-fans nggak punya atributnya. Poster tengkorak band album ”Konsentrasi Massa” saya pasang di tembok kamar. Harus punyalah....nge-fans masak nggak ada...he-he.” Aja menambahkan bahwa pada saat menyaksikan Tengkorak, ia juga sering melakukan aktivitas slamming sebagai bentuk apresiasi kepada Tengkorak band. Kepada penulis ia mengaku bahwa makna aktivitas slamming adalah menghilangkan stress atau membebaskan beban pikiran dari tekanan pelajaran sekolah yang tinggi. Menurutnya, setelah melakukan aktivitas slamming, pikirannya terasa bebas. Singkatnya aktivitas slamming menjadi sebuah katarsis. Satu lagi simbol signifikan produksi Tengkorak band yang memiliki makna bagi Aja adalah salam satu jari. Simbol ini muncul paling akhir dalam kehidupannya, namun memiliki makna paling signifikan karena bagi Aja salam satu jari memiliki makna ketaatan kepada sang Pencipta yaitu Ketuhanan yang maha esa. Aja menyadari bahwa simbol-simbol signifikan tersebut merupakan suatu produksi makna dari proses-proses subyektif para personil Tengkorak band. Oleh karena itu, sebagai penggemar, Aja mengidentifikasikan dirinya dengan Tengkorak band. Ia secara aktif menyerap makna-makna yang terkandung dalam lagu dan lirik, serta orasi yang sering disuarakan vokalis Tengkorak. Makna-makna yang dilegitimasi olehnya secara tidak langsung ikut mengkonstruksi pemikiran atau cara pandangnya terhadap dunia sehari-hari. Oleh karena itu, ia sangat menyetujui pemikiran Tengkorak band yang disimbolisasi melalui salam satu jari. Berikut penuturan Aja. “Saya setuju, Dengan adanya salam satu jari bisa menimbulkan hal- hal positif om buat para penikmat musik underground. InsyaAllah mereka bisa berubah, dari yang sesat kembali ke jalan yang benar om. Tp itu tergantung individunya, karena dengan adanya salam satu jari menimbulkan berbagai opini tuh om. Ada yg setuju ada yang enggak. Bagi yg gak setuju, mungkin yg sejak awal suka band-band metal tiga jari jd membenci band-band metal satu jari setelah muncul salam satu jari. Tapi saya mah setuju om dgn adanya salam satu jari.” Menurut Aja, pengetahuan yang ia serap dari simbol-simbol signifikan Tengkorak band sedikit banyak mempengaruhi sikapnya dalam mengambil tindakan. Sebagai pelajar, ia memang tidak setuju dengan aktivitas tawuran, lebih dari itu, ia juga berusaha tidak melakukan korupsi nantinya jika ia bekerja. Sedangkan , sebagai penggemar Tengkorak band, simbol satu jari menjadikannya lebih kritis dalam memandang simbol-simbol signifikan yang ada dalam musik rock underground itu sendiri. Aja mengaku tidak merokok, menggunakan obat-obatan terlarang dan minuman keras, terlibat tawuran serta seks bebas karena tidak tertarik. Selain itu, agama masih menjadi filter baginya dalam menjauhkan hal-hal negatif tersebut darinya. Ia pun mengaku bahwa dirinya ingin sekali dapat memiliki kelompok musik seperti Tengkorak band yang menyuarakan pesan-pesan positif melalui penampilan di atas panggung sehingga ia berharap dapat menyebarluaskan kepada teman- temannya. Untuk lebih mudahnya, secara skematis proses konstruksi identitas Maraja Saimima dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 11. Skema Proses Konstruksi Identitas Audiens 2

3. Audiens 3 Audiens berpikiran kritis