religiosity dengan R
2
change 5,9, variabel cognitive restructuring dengan R
2
change 2,6, dan variabel distortion of negative consequences dengan R
2
change 1,6. Selanjutnya, kita dapat melihat sumbangan masing-masing variabel
religiusitas, moral disengagement, dan jenis kelamin terhadap agresivitas pada tabel 4.9.
Tabel 4.9. Sumbangan masing-masing IV
IV R square
R square change
Sumbangan Sig. F
Change Keterangan
X
1
.219 .219
21.9 .000
V X
2
.366 .147
14.7 .000
V X
3
.366 .000
.998 X
Keterangan : V: signifikan; X : tidak signifikan X
1
: Religiusitas X
2
: Moral disengagement X
3
: Jenis kelamin
Dari tabel 4.9 dapat dijelaskan informasi sebagai berikut: 1.
Variabel religiusitas yang terdiri dari general religiosity, social religiosity, forgiveness, god as judge, thankfulness, unvengefulnes dan involve god
memberikan sumbangan sebesar 21,9 dalam varians agresivitas. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F= 7,290 dan df = 182.
2. Variabel moral disengagement yang terdiri dari cognitive restructuring,
minimizing agency,
distortion of
negative consequences
dan blamingdehumanizing the victim memberikan sumbangan sebesar 14,7
dalam varians agresivitas. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F= 10,333 dan df = 178.
3. Variabel demografi yaitu jenis kelamin memberikan sumbangan sebesar 0
dalam varians agresivitas. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F= 0 dan df = 177.
101
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan hasil penelitian, diskusi tentang hasil penelitian serta saran metodologis dan saran praktis untuk penelitian
selanjutnya.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data pada bab 4, kesimpulan dari penelitian ini adalah “terdapat pengaruh variabel religiusitas general religiosity, social religiosity,
forgiveness, god us judge, thankfulness, unvengefulness, involve god, variabel moral disengagement cognitive restructuring, minimizing agency, distortion of negative
consequences, blamingdehumanizing the victim, dan variabel demografi jenis kelamin terhadap agresivitas”. Berdasarkan proporsi varians seluruhnya, agresivitas
yang dipengaruhi independent variable religiusitas, moral disengagement dan jenis kelamin adalah sebesar 36.6. Sisanya sebanyak 63.4 dipengaruhi oleh variabel
lain diluar penelitian ini. Dilihat dari signifikan tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV,
ditemukan bahwa terdapat dua IV yang menghasilkan koefisien regresi signifikan, yaitu unvengefulness dan blamingdehumanizing the victim. Masing-masing variabel
tersebut mempunyai pengaruh terhadap agresivitas. Jika dilihat dari signifikan atau
tidaknya proporsi varians sumbangan kontribusi masing-masing IV ada lima IV yang signifikan memberikan sumbangan dari nilai terbesar hingga terkecil ialah variabel
unvengefulness, blamingdehumanizing the victim, general religiosity, cognitive restructuring dan distortion of negative consequences.
5.2 Diskusi
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan pada masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang membuktikan bahwa ada pengaruh yang
signifikan religiusitas, moral disengagement dan demografi terhadap agresivitas. Dalam penelitian ini, secara umum variabel religiusitas mempengaruhi
agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang. hal tersebut sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Shaw, et.al. 2011 yang meneliti tentang bagaimana kekerasan yang diprediksi dari adanya pengaruh religiusitas dan keteguhan moral moral certainty, menyebutkan
bahwa pada tingkat yang lebih tinggi dari keteguhan moral moral certainty, religiusitas memiliki pengaruh yang lebih besar pada munculnya bentuk kekerasan.
Religiusitas merupakan variabel yang memiliki kompleksitas yang cukup tinggi. Religiusitas tidak hanya terdiri dari satu konstruk variabel namun berdiri dari
beberapa konstruk, baik berupa konstruk internal individu kepribadian hingga konstruk sosial. Selain itu, konstruk religiusitas pun memiliki irisan dengan konstruk
lain yang serupa seperti kondisi fisik, keadaan lingkungan dan pengaruh kelompok
social support sehingga religiusitas memiliki kontribusi yang besar dalam menggambarkan agresivitas.
Namun, dalam hasil penelitian ini ditemukan bahwa tidak semua dimensi dalam religiusitas ini berpengaruh secara signifikan terhadap agresivitas. Terbukti
dalam penelitian ini hanya satu dari tujuh dimensi religiusitas yaitu unvengefulness rasa tidak dendam yang memiliki pengaruh secara signifikan. Berdasarkan nilai
koefisien regresi dimensi unvengefulness rasa tidak dendam memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap agresivitas. Hal ini berarti menunjukkan bahwa
semakin rendah rasa tidak dendam seseorang maka semakin tinggi agresivitas orang tersebut. Gazi dan Faozah 2010 menjelaskan bahwa tidak ada jaminan orang yang
taat beragama akan bebas dari rasa dendam dan kebencian terhadap orang lain atau kelompok lain.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keenam dimensi religiusitas yaitu general religiosity, social support, forgiveness, god us judge, thankfulness dan
involve god tidak signifikan berpengaruh terhadap agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang. Hal ini menunjukkan
bahwa masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang dengan tingkatan religiusitasnya tidak mudah melakukan perilaku agresif. Namun
dalam penelitiannya, Huesmann, et.al. 2011 menyatakan bahwa partisipasi keagamaan dapat membangun religiusitas seseorang dan mempengaruhi tinggi
rendah tingkat agresivitas secara kontinu pada tiap tahap perkembangan hidupnya.
Selanjutnya, dari hasil penelitian mengenai pengaruh moral disengagement dengan diikutsertakan semua variabelnya, hanya ditemukan satu dimensi yang
berpengaruh yaitu dimensi blamingdehumanizing the victim sedangkan dimensi yang lainnya tidak berpengaruh. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Hymel, et.al. 2005 yang mengemukakan bahwa terdapat pengaruh dari blamingdehumanizing the victim terhadap agresivitas.
Dimensi cognitive restructuring tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Hymel et.al., 2005 yang menyatakan bahwa moral disengagement dalam hal ini cognitive restructuring berhubungan positif dengan
agresivitas. Peneliti mengasumsikan perbedaan hasil penelitian karena berbedanya karakteristik umur sampel, yaitu pada penelitian ini menggunakan sampel usia
dewasa yang dalam hal kognitifnya jelas lebih mantap dibandingkan dengan usia remaja. William Perry dalam Santrock, 2002 mengemukakan bahwa remaja sering
memandang dunia dalam dualisme pola polaritas mendasar – seperti benarsalah atau
baikburuk. Pada waktu kaum muda mulai matang dan memasuki tahun-tahun masa dewasa, mereka mulai menyadari perbedaan pendapat dan berbagai perspektif yang
dipegang orang lain, yang mengguncang pandangan dualistik mereka. Pemikiran dualistik mereka digantikan oleh pemikiran beragam. Pada waktu pendapat pribadi
ditentang oleh orang lain, pemikiran yang beragam menghasilkan pemikiran yang relatif tunduk, di mana pendekatan yang analitis dan evaluatif terhadap ilmu