Menurut Goodstein, Nolan, dan Pfeiffer 1993, misi merupakan : suatu pernyataan yang luas dan jelas merupakan alasan dari keberadaan suatu
organisasi, yang termasuk didalamnya terdapat tujuan – tujuan yang diinginkan untuk memenuhi pelanggan utamanya dan metode yang digunakan untuk
mencapai tujuan tersebut. Misi adalah jalan pilihan menuju ke depan. Di lingkungan bisnis
kompetitif, banyak produsen berlomba dalam memenuhi kebutuhan customer. Bahkan para produsen bersaing untuk menggali kebutuhan potensial customer
untuk memenangkan pilihan customer. Kondisi demikian menuntut organisasi untuk senantiasa memantau trend perubahan lingkungan bisnis dan kemudian
menggunakan informasi hasil pemantauan tersebut untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang terdapat di lingkungan bisnis serta kekuatan dan
kelemahan intern perusahaan, mendefinisikan kembali misi perusahaan. ketidak sesuaian misi organisasi dengan kebutuhan customer akan mengakibatkan
organisasi kehilangan bisnisnya, sehingga kelangsungan hidup organisasi akan terancam. Mulyadi. Salemba empat. 2005. hal 132
Misi memiliki dua fungsi yaitu : Sebagai pemfokus usaha organisasi. Yang bisa dikatakan misi sebagai
kriteria untuk memilih hal – hal penting dalam perencanaan kegiatan bisnis organisasi.
Sebagai pemberi makna atas kehidupan kerja work life .
2.5 Pengertian Strategi
Definisi strategi menurut Atkinson, Banker, Kaplan, dan Young 1995:444 adalah suatu kumpulan alat, metode, dan proses yang digunakan oleh
anggota organisasi untuk mengidentifikasi tujuan organisasi. Strategi adalah pola tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan visi
organisasi melalui misi. Strategi ini membentuk pola pengambilan keputusan dalam mewujudkan visi organisasi, dengan tindakan berpola perusahaan dapat
mengerahkan dan mengerahkan seluruh sumber daya organisasi secara efektif ke perwujudan visi organisasi Mulyadi. Salemba empat. 2005. hal 135
Selain itu, strategi harus mendukung pencapaian misi dan visi suatu perusahaan serta mengidentifikasi factor – factor yang dapat menentukan
keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan. Sebagai implementasi dari tujuan, strategi dapat mencerminkan metode pemasaran yang
digunakan, tipe barang dan jasa yang dijual serta sumber daya dan teknologi yang digunakan dalam produksi.
2.6 Analytical Hierarchy Process AHP
Analytical Hierarchy Process AHP adalah suatu bentuk model pengambilan keputusan yang pada dasarnya berusaha menutupi semua
kekurangan dari model – model sebelumnya. Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hierarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia.
Kelebihan model AHP dibandingkan dengan model keputusan lainnya adalah terletak pada kemampuan memecahkan masalah yang multi objective dan
multi criteria. Kebanyakan model yang sudah ada memakai single objectivei dan multi criteria. Kelebihan model AHP ini lebih disebabkan oleh fleksibilitasnya
yang lebih tinggi terutama dalam pembuatan hierarkinya. Sifat fleksibelnya tersebut membuat AHP dapat menangkap beberapa tujuan dan beberapa kriteria
sekaligus ke dalam sebuah model ataupun hierarki. Bahkan model tersebut juga bisa memecahkan masalah yang mempunyai tujuan – tujuan yang saling
berlawanan dalam sebuah model Permadi, 1992: 5 – 6 Langkah-langkah Analitycal Hierarchy Process :
1. Membandingkan antar kriteria dengan skala perbandingan yang telah ditentukan. Skala perbandingan yang digunakan adalah :
Tabel 2.1 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan Intensitas
Kepentingan Keterangan
Penjelasan 1
Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai pengaruh
yang sama besar terhadap tujuan 3
Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang
lainnya Pengalaman dan penilaian sedikit
menyokong satu
elemen dibandingkan atas elemen lainnya
5 Elemen yang satu sedikit lebih
cukup daripada elemen yang lainnya
Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen
dibandingkan elemen lainnya
7 Satu elemen jelas lebih penting
dari pada elemen lainnya Satu elemen yang kuat disokong dan
dominannya telah terlihat dalam praktek
9 Satu elemen mutlak penting
daripada elemen lainnya Bukti yang mendukung elemen
yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi
yang mungkin menguatkan
2,4,6,8 Nilai – nilai antara dua nilai
pertimbangan yang berdekatan Nilai ini diberikan bila ada dua
kompromi diantara dua pilihan Kebalikan
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan
dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya
bila dibandingkan dengan I a
ji
= 1 a
ji
Sumber : Saaty, Thomas L. 1993, hal 85 – 86 .
2. Membuat matriks perbandingan berpasangan, seperti contoh di bawah ini : Tabel 2.2 Contoh Matriks Perbandingan
1 2
7 1
2
7
C A
A -
- -
A A
1 A
1 -
- -
A 1
Sumber : Saaty, Thomas L. 1993, hal 84. Dari matriks ini, bandingkan elemen A, dalam kolom disebelah kiri
dengan elemen A
1
, A
2
, A
3
dan seterusnya yang terdapat dibaris atas berkenaan dengan sifat C di sudut kiri atas. Lalu ulangi dengan elemen
kolom A
2
dan seterusnya. Untuk mengisi matriks perbanding berpasangan itu kita menggunakan bilangan untuk menggambarkan relatif pentingnya
suatu elemen diatas yang lainnnya dengan menggunakan skala penilaian perbandingan pasangan.
3. Membuat matriks normalisasi Matriks normalisasi diperoleh dengan membagi nilai masing – masing sel
matriks berpasangan kriteria dengan total masing – masing kolom. Dan bobot kriteria diperoleh dengan membagi total nilai normalisasi seluruh
kriteria terhadap jumlah kriteria
Nilai normalisasi =
n
i ij
ij
a a
1
4. Membuat matriks perbandingan berpasangan dikalikan dengan bobot masing – masing kriteria.
5. Menentukan eigen vector 6. Menentukan nilai
maks
maks
= n
r Eigenvecto
7. Menentukan Consistency Index CI Pengukuran konsistensi dilakukan untuk tiap matriks perbandingan dengan
ukuran 3. Penilaian dinyatakan dengan konsistensi 100 jika CI = 0.
Jika CI 0.1, maka penilaian dinyatakan dapat diterima. Jika CI 0.1,
maka penilaian harus diulang kembali.
1
maks
n CI
n
8. Menentukan Consistensi Ratio CR Consistensi Ratio CR diperoleh dari perbandingan Consistensi Index
terhadap Random Index RI . CR dapat diterima jika CR 0.1. Nilai RI
dapat dilihat pada tabel 2.3.
CR = RI
CI
Tabel 2.3 Nilai Indeks Random RI
1,2 3
4 5
6 7
8 9
10 0,00
0,58 0,90
1,12 1,24
1,32 1,41
1,45 1,49
Sumber : Analitical Hierarchy Process, Bambang Brodjonegoro, 1991 Rumus dari konsistensi inkonsistensi CR itu sendiri dapat dituliskan
sebagai berikut : CR = CI RI, dimana :
CR = Rasion Konsistensi CI = Indeks Konsistensi
RI = Indeks Random Tingkat inkonsistensi yang masih bias diterima adalah tingkat
inkonsistensi sebesar 10 kebawah Bambang PS Brodjonegoro, 1991 : 15.
2.7 Kuisioner Angket Daftar Pertanyaan