berlaku pada hari itu saja, namun sudah terjalin sebelumnya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan layanan bimbingan dan konseling yang berformat
kelompok, yaitu layanan bimbingan kelompok. Diharapkan dalam layanan bimbingan kelompok interaksi sosial siswa program akselerasi dapat terjalin
kebersamaan antara anggota satu dengan yang lainnya, sehingga dapat saling mempengaruhi tingkah laku individu dalam kelompok.
2.2.3 Ciri-ciri Interaksi Sosial
Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Dalam interaksi sosial terdapat beberapa ciri-ciri yang terkandung di
dalamnya, berikut menurut Santosa 2004: 11 : 1 Adanya hubungan, yaitu setiap interaksi sudah barang tentu
terjadi karena adanya hubungan antara individu dengan individu maupun antara individu dengan kelompok.
2 Ada individu, yaitu setiap interaksi sosial menuntut tampilnya individu-individu yang melaksanakan hubungan.
3 Ada tujuan, yaitu setiap interaksi sosial memiliki tujuan tertentu seperti mempengaruhi individu lain.
4 Adanya hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok, yaitu interaksi sosial yang ada hubungan dengan struktur dan fungsi
kelompok ini terjadi karena individu dalam hidupnya tidak terpisah dari kelompok. Disamping itu, tiap-tiap individu
memiliki fungsi di dalam kelompoknya.
Menurut Tim Sosiologi 2002: 23 dalam http:jurnal-sdm.blogspot.com, ada empat ciri - ciri interaksi sosial, antara lain :
1 Jumlah pelakunya lebih dari satu orang. 2 Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial.
3 Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas. 4 Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri interaksi sosial meliputi: 1 ada beberapa individu lebih dari satu, 2 ada
komunikasi di dalamnya, 3 mempunyai maksud dan tujuan yang jelas, dan 4 terjalin dalam struktur kelompok.
2.2.4 Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial berbeda dengan bentuk kelompok. Oleh karena itu interaksi sosial dapat dibagi menjadi beberapa bagian. Bentuk interaksi
sosial dibagi menjadi “competiton, conflict, accomodation, dan assimilation” Park dan Burgess dalam Santosa, 2004: 23. Pendapat lain dipaparkan oleh Tim
Sosiologi 2002:49 dalam http:jurnal-sdm.blogspot.com
interaksi sosial dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu :
1 Interaksi sosial asosiatif yang meliputi kerjasama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
2 Interaksi sosial disosiatif, meliptuti persaingan, kontravensi, konflik.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka bentuk interaksi sosial yang terjalin pada individu yaitu 1 kerjasama, 2 persaingan, 3 pertentangan, 4
persesuaian, dan 5 asimilasiperpaduan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga bentuk interaksi sosial untuk melihat keberhasilan siswa dalam
berinteraksi, yaitu 1 kerjasama, 2 persesuaian, dan 3 perpaduan. Sedangkan bentuk interaksi sosial persaingan dan pertentangan tidak peneliti gunakan karena
bentuk interaksi sosial tersebut sudah terwakili dalam unsur persesuaian dan perpaduan.
Adapun penjabaran dari masing-masing bentuk interaksi sosial adalah sebagai berikut :
2.2.4.1 Kerjasama
Kerja sama adalah suatu bentuk interaksi sosial ketika tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota yang lain atau tujuan
kelompok secara keseluruhan sehingga setiap individu hanya dapat mencapai tujuan apabila individu lain juga mencapai tujuan Santosa, 2004: 22. Pendapat
lain dikemukakan oleh Tim Sosiologi 2002: 49 dalam http:jurnal-
sdm.blogspot.com , kerjasama adalah suatu usaha bersama antara orang
perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
kerjasama adalah suatu usaha dari individu atau kelompok dalam mencapai tujuan bersama. Proses timbulnya kerjasama adalah apabila individu menyadari bahwa
mereka harus bisa bekerjasama dengan individu lain, mempunyai tujuan yang sama, dan saling membantu serta saling memberi atau menerima pengaruh dari
oarang lain.
2.2.4.2 Persesuaian Accomodation
Santosa 2004: 25 memaparkan “akomodasi adalah usaha-usaha individu untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha untuk mencapai
kestabilan ”. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Tim Sosiologi 2002:
49 dalam http:jurnal-sdm.blogspot.com
, “persesuaian atau akomodasi adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok -
kelompok manusia untuk meredakan pertentangan ”. Ada beberapa tujuan
persesuaian, antara lain : 1 Untuk mengurangi pertentangan antara individu atau kelompok
sebagai akibat perbedaan paham. 2 Untuk mencegah meledaknya pertentangan yang bersifat
sementara. 3 Untuk memungkinkan kerjasama antara kelompok-kelompok
sosial sebagai akibat psikologis atau kebudayaan. 4 Untuk mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok
sosial yang terpisah. Park dan Burgess dalam Santosa, 2004: 25 Berdasarkan penjelasan di atas, persesuaian berarti proses ketika individu
atau kelompok saling mengurangi perbedaan ketika mempertahankan pendapat masing-masing serta mencapai kestabilan.
2.2.4.3 Asimilasiperpaduan Assimilation
Asimilasi atau perpaduan adalah suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan yang
terdapat di antara individu atau kelompok dan juga merupakan usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses mental dengan memperhatikan
kepentingan dan tujuan bersama Santosa, 2004: 26. Pendapat lain dipaparkan oleh Tim Sosiologi 2002: 49 dalam
http:jurnal-sdm.blogspot.com , asimilasi
adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka
waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.
Asimilasi atau perpaduan yang merupakan bentuk interaksi sosial yang ditandai dengan adanya usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan dari
masing-masing individu atau kelompok dan proses mental dengan memperhatikan toleransi dalam kelompok. Ada beberapa bentuk-bentuk asimilasi atau perpaduan,
antara lain : 1 Alienation adalah suatu bentuk asimilasi ketika individu kurang
baik dalam interaksi sosialnya. 2 Stratification adalah suatu proses ketika individu yang
mempunyai kelas, kasta, tingkat, atau status memberi batas yang jelas dalam masyarakat. Park dan Burgess dalam Santosa, 2004:
26
Individu sebagai makhluk sosial tidak bisa dihindarkan dengan interaksi sosial dan bentuk-bentuk interaksi sosial yang dijalin. Seperti telah dipaparkan di
atas, bentuk-bentuk interaksi sosial meliputi kerjasama, persesuaian, dan asimilasiperpaduan. Peranan bentuk-bentuk interaksi sosial dalam interaksi sosial
sangatlah penting. Hal ini disebabkan karena individu yang dapat berinteraksi sosial dengan baik dalam lingkungan masyarakat adalah individu yang dapat
menjalin bentuk-bentuk interaksi sosial dengan baik pula. Layanan bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
sekolompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Dinamika kelompok dalam bimbingan kelompok berguna bagi pengembangan komunikasi
antarpribadi dengan orang lain. Sedangkan menurut Floyd D. Ruch dalam Gerungan, 2009:119, dinamika kelompok adalah analisis dari hubungan-
hubungan kelompok sosial yang berdasarkan prinsip bahwa tingkah laku dalam kelompok adalah hasil dari interaksi yang dinamis antara individu-individu dalam
situasi sosial. Dalam kegiatan bimbingan kelompok pada siswa program akselerasi diharapkan dapat tercipta dinamika kelompok yang dinamis dan timbal
balik antara anggota-anggota yang terlibat dalam kelompok.
2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
Interaksi sosial tidak muncul begitu saja. “Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat
mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik” Walgito, 2003: 57. Terjadinya interaksi sosial pada
individu dapat dipengaruhi oleh be berapa faktor, yaitu “faktor imitasi, faktor
sugesti, faktor identifikasi, dan faktor simpati” Ahmadi, 2007: 25. Sedangkan menurut Gerungan 2009: 62, kelangsungan interaksi sosial dalam bentuknya
yang sederhana, ternyata merupakan proses yang kompleks, tetapi dapat dibedakan beberapa faktor yang mendasarinya, baik secara tunggal maupun
bergabung, yaitu faktor imitasi, faktor sugesti, faktor identifikasi, faktor simpati. Peneliti menyimpulkan dari kedua pendapat tersebut bahwa proses
interaksi sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor imitasi, faktor sugesti, faktor identifikasi, dan faktor simpati. Penjelasan dari keempat faktor
tersebut adalah sebagai berikut : 1 Faktor Imitasi
Gabriel Tarde dalam Ahmadi, 2007: 52 beranggapan bahwa seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan pada faktor imitasi saja. Peranan
faktor imitasi dalam interaksi sosial seperti digambarkan di atas juga mempunyai segi-segi yang negatif, yaitu :
1 Mungkin yang diimitasi itu salah, sehingga menimbulkan kesalahan kolektif yang meliputi jumlah manusia yang besar.
2 Kadang-kadang orang yang mengimitasikan sesuatu tanpa kritik, sehingga dapat menghambat perkembangan kebiasaan berpikir
kritis.
Menurut Gerungan 2009:64 memaparkan bahwa “imitasi bukan merupakan dasar pokok dari semua interaksi sosial, melainkan merupakan suatu
segi dari proses tingkah interaksi sosial, yang menerangkan mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku di antara
orang banyak”.
2 Faktor Sugesti Menurut Ahmadi 2007: 53 yang dimaksud
“sugesti adalah pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun orang lain, yang pada
umumnya diterima tanpa adanya daya kritik ”. Sedangkan Gerungan 2009: 65
mendefinisikan “sugesti sebagai suatu proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa
kritik terlebih dahulu”. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sugesti adalah pengaruh psikis yang diterima individu tanpa adanya kritik.
3 Faktor Identifikasi Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik
sama dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun secara batiniah. Proses identifikasi berlangsung secara tidak sadar secara dengan sendirinya kemudian
irrasional, yaitu
berdasarkan perasaan-perasaan
atau kecenderungan-
kecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasional, dan identifikasi berguna untuk melengkapi sistem norma-norma, cita-cita, dan pedoman-pedoman
tingkah laku orang yang mengidentifikasi itu.
4 Faktor Simpati Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang
lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses identifikasi. Hubungan antara individu
yang berinteraksi merupakan hubungan saling pengaruh yang timbal balik. Interaksi sosial dalam bentuknya yang sederhana, ternyata merupakan proses yang
kompleks. Ada beberapa faktor yang mendasarinya, yaitu faktor imitasi, faktor sugesti, faktor identifikasi, dan faktor simpati.
Dengan cara imitasi, pandangan dan tingkah laku seseorang mewujudkan sikap, ide, dan adat istiadat dalam kelompok masyarakat serta dapat memperluas
hubungan sosialnya dengan orang lain. Selain faktor imitasi, terdapat faktor lain yaitu sugesti. Sugesti dapat dirumuskan sebagai suatu proses di mana seorang
individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Sedangkan identifikasi adalah
dorongan untuk menjadi identik dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun secara batiniah. Berikutnya simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu
terhadap orang yang lain. Kegiatan bimbingan kelompok bermaksud membahas secara bersama-
sama pokok bahasan topik tertentu. Pembahasan topik-topik mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan mewujudkan tingkah
laku yang efektif. Melalui bimbingan kelompok yang intensif, diharapkan interaksi sosial siswa program akselerasi dapat terjalin secara optimal yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor interaksi sosial.
2.3 Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Program
Akselerasi
2.3.1 Layanan Bimbingan Kelompok 2.3.1.1 Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok
Kegiatan bimbingan kelompok tercapai jika di dalamnya terdapat dinamika kelompok. Dinamika kelompok dalam bimbingan kelompok berguna
bagi pengembangan pribadi ketika mengadakan komunikasi antarpribadi dengan orang lain. Prayitno 1995: 178 mengemukakan bahwa
“bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan
memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi,
memberi saran, dan lain-lain sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta
lainnya ”.
Pendapat lain dipaparkan oleh Sukardi 2008: 78 “layanan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan, konseling yang memungkinkan sejumlah
peserta didik konseli secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu terutama dari guru
pembimbingkonselor danatau membahas secara bersama-sama pokok bahasan topik tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya
sehari-hari danatau untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan danatau
tindakan tertentu ”. Menurut Wibowo 2005: 17 “bimbingan kelompok adalah
suatu kegiatan kelompok di mana pemimpin kelompok menyediakan informasi-